Kenalkan Mitigasi Bencana Alam pada Anak Kaki Merapi lewat Dongeng
Dongeng dan permainan edukasi mitigasi bencana diberikan untuk anak di pengungsian sementara Desa Klakah, Selo, Boyolali. Kegiatan ini dilakukan oleh berbagai komunitas untuk menumbuhkan kesiapsiagaan dan gotong royong.
Oleh
MELATI MEWANGI
·2 menit baca
BOYOLALI, KOMPAS — Dongeng dan permainan edukasi mitigasi bencana rutin diberikan kepada anak-anak di pengungsian sementara di Desa Klakah, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah. Kegiatan ini dilakukan oleh berbagai komunitas untuk menumbuhkan kesiapsiagaan dan sikap gotong royong semua kalangan saat menghadapi bencana.
Sabtu (21/11/2020), Komunitas Superhero Mendongeng dan Membaca Keliling asal Sukoharjo dan Surakarta berkunjung ke tempat pengungsian Desa Klakah. Kehadiran mereka disambut sekitar 50 anak-anak yang mengungsi.
Kisah anak durhaka terhadap orangtua menjadi pembuka dalam kegiatan hari ini. Alur cerita dimulai dari seorang anak bernama Malin Spider yang pergi merantau ke luar daerah untuk bekerja. Ia tidak mengikuti pesan ibunda agar bekerja di tempat yang baik. Spider malah menjadi seorang pencopet dan pencuri.
Ia tidak mengindahkan pesan ibunya sehingga terjebak dalam kegelapan dan ditangkap polisi atas perbuatan jahatnya. Sebaliknya, jika Spider mematuhi perintah ibunya, dia akan selamat dan terhindar dari hukuman.
Pendiri Komunitas Superhero Mendongeng dan Membaca Keliling, Agus Widanarko (40), menyampaikan, dongeng tersebut ingin mengingatkan anak-anak agar mematuhi perintah orangtua dalam situasi apa pun. Khususnya saat situasi siaga di pengungsian.
Terkadang, kata dia, anak-anak merengek minta pulang dan pergi main bersama teman-temannya ke tempat yang mungkin tidak diawasi orangtua. Padahal, belum semua anak paham batas-batas zona bahaya.
”Orang tua bisa berarti polisi, sukarelawan, dan tim siaga desa yang selalu membantu dalam situasi bencana. Di pengungsian mereka harus mendengarkan kata-kata atau perintah mereka agar tetap selamat,” ucapnya.
Permainan saling menggendong menjadi favorit anak-anak. Mereka mendapatkan kesempatan digendong oleh para pemeran dongeng yang menggunakan pakaian pahlawan super. Mereka harus bersabar untuk mengantre digendong sesuai giliran dan mengutamakan kelompok rentan.
”Permainan ini bertujuan menumbuhkan kesadaran anak agar mengikuti jalur antrean apabila evakuasi bencana terjadi. Mereka juga dilatih untuk gotong royong dalam kebersamaan,” kata Widanarko.
Antusiasme anak-anak terhadap kegiatan ini terpancar dari sorot mata Raihan (11). Penyampaian materi kesiapsiagaan lewat dongeng dan permainan ditangkapnya dengan baik. ”Tidak boleh ngeyel jika diminta mengungsi, kalau bermain tidak jauh-jauh,” katanya.
Kepala Desa Klakah Marwoto mengapresiasi sukarelawan dan komunitas yang bersedia jauh-jauh datang untuk memberikan hiburan dan edukasi kepada anak-anak. Kegiatan tersebut sangat dibutuhkan untuk mengusir kejenuhan dan menumbuhkan kepercayaan diri anak-anak.
Terlebih dalam situasi sekarang erupsi bisa saja terjadi sewaktu-waktu, anak-anak sebagai kelompok rentan sebaiknya betah untuk mengungsi di balai desa. Adapun para sukarelawan dan komunitas yang akan memberikan kegiatan hiburan dipersilakan meminta izin terlebih dulu. Hal ini untuk menghindari terjadinya bentrokan jadwal kegiatan hiburan dalam satu hari.