Di tengah pandemi Covid-19, Banjarmasin mulai bergeliat. Bus Bajajalan menjadi sarana baru melepas penat warga sekaligus memutar lagi roda perekonomian kota.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
Tawaran berwisata dalam kota di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, mulai disambut warga yang sudah jenuh terkurung pandemi Covid-19. Warga kini bisa menikmati suasana kota sekaligus mengenalnya secara asyik, yakni dengan berkeliling naik bus wisata. Selama satu jam perjalanan, warga mendapat hiburan dan wawasan tentang Kota Banjarmasin.
Tawa penumpang bus wisata pecah ketika Mukani (53), pemandu wisata melontarkan teka-teki dengan jawaban yang tak terduga, Kamis (29/10/2020). Teka-teki jenaka, pantun, dan lagu menjadi selingan ceritanya tentang bangunan, jalan, jembatan, serta lanskap Kota Banjarmasin yang dilalui sepanjang perjalanan.
”Habis ini ada ujian, ya,” ujar Evidoyanti (47), warga Banjarmasin sambil tertawa. Hari itu adalah pertama kalinya bagi Evi mencoba naik bus wisata keliling Kota Banjarmasin. Mereka merupakan rombongan dari Politeknik Negeri Banjarmasin.
Bus wisata keliling kota itu mirip kereta kelinci atau odong-odong. Tempat duduk penumpangnya merupakan kabin terbuka, yang hanya diberi atap dan pagar besi. Sementara tempat sopirnya tetap berupa kabin tertutup.
Perjalanan naik ”bus bejajalanan” dimulai dari Taman Siring 0 Kilometer dan berakhir di tempat yang sama. Bus melintasi jalan-jalan protokol di dalam Kota Banjarmasin, mulai dari Jalan Jenderal Sudirman hingga Jalan Hasan Basry. Jika ditotal, ada sebelas jalan yang dilewati bus wisata selama lebih kurang satu jam.
Evi mengatakan, perjalanan singkat dengan bus wisata itu sungguh seru dan menyenangkan. ”Kami tak hanya terhibur, tetapi juga mendapatkan pengalaman edukasi. Sebagai warga Banjarmasin, akhirnya bisa lebih mengetahui tentang sejarah dan perkembangan Kota Banjarmasin dari cerita pemandu wisata,” tuturnya.
Bahkan, Evi merasa seperti tidak sedang berada di Banjarmasin ketika berada dalam bus wisata itu. ”Sangat cocok untuk mengisi waktu liburan setelah jenuh dilanda pandemi. Walaupun liburannya di dalam kota saja, tetapi berasa seperti liburan di kota lain,” katanya sambil tersenyum.
Dewienta Pramesuari (21), warga Banjarmasin yang turut mencoba naik ”bus bejajalanan”, juga langsung terkesan dengan wahana wisata baru itu. Perjalanan selama satu jam menjadi tidak terasa karena ditemani pemandu wisata yang interaktif dan menghibur. ”Tidak rugi mencoba wisata baru ini karena memang seru. Saya pasti akan ceritakan pengalaman ini kepada teman-teman yang lain supaya mereka juga tertarik mencoba naik bus wisata,” ujarnya.
Untuk menjajal ”bus bejajalanan”, warga cukup datang ke Taman Siring 0 Kilometer, Banjarmasin dan membayar ongkos Rp 10.000 per orang. Pada hari biasa, bus beroperasi dari pukul 15.00 sampai pukul 18.00 Wita, sedangkan pada akhir pekan dan hari libur beroperasi dari pukul 08.00 sampai pukul 18.00 Wita. Hilmi (40), sopir bus wisata, menuturkan, bus selalu terisi penuh pada akhir pekan dan hari libur. Warga yang mengantre untuk naik bus juga cukup ramai. ”Pada akhir pekan dan hari libur, saya bisa jalan sampai 10 trip,” ungkapnya.
Masih tinggi
Menurut Mukani, animo masyarakat untuk naik bus wisata keliling kota masih tinggi sejak bus mulai beroperasi pada 5 Oktober 2020. Para pemandu wisata pun harus bergantian memandu perjalanan singkat itu karena cukup kewalahan juga. ”Pada akhir pekan dan hari libur, kami bisa kebagian empat trip dalam sehari, sedangkan pada hari biasa dapat 2-3 trip,” katanya.
Tingginya animo masyarakat disambut gembira oleh para pemandu wisata yang sudah lama vakum akibat pandemi Covid-19. Selama enam bulan, pemandu wisata tidak dapat pemasukan sama sekali karena tak ada kunjungan wisatawan. ”Kami bersyukur atas respons masyarakat yang mau memercayakan perjalanan satu jam dengan bus wisata,” ucapnya.
Dalam perjalanan satu jam, Mukani mencoba memberikan berbagai informasi tentang Kota Banjarmasin. Sebagian informasi itu mungkin belum diketahui oleh warga Banjarmasin. ”Kami berharap wawasan warga tentang Kota Banjarmasin bertambah sehingga mereka bisa lebih mencintai kotanya,” ujar Mukani yang menggeluti profesi pemandu wisata sejak 1993.
Di samping memberikan informasi dan wawasan tentang Kota Banjarmasin, pemandu wisata juga selalu menyampaikan pesan-pesan kepada warga untuk selalu menjaga kebersihan dan menaati protokol kesehatan pencegahan Covid-19. ”Perjalanan dengan bus ini juga menerapkan protokol kesehatan,” katanya.
Perjalanan dengan bus ini juga menerapkan protokol kesehatan.
Untuk mengurangi kepadatan penumpang, bus diisi maksimal 15 orang dari kapasitas 20 orang. Duduk berdampingan dalam bus hanya diperkenankan pada penumpang yang merupakan satu rombongan atau keluarga. Semua penumpang bus juga diwajibkan memakai masker dan membersihkan tangan dengan cairan antiseptik.
Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) DPD Kalsel Guntur Mas mengatakan, Bus Bejajalanan Kota Banjarmasin merupakan armada milik Dinas Pariwisata Provinsi Kalsel. Untuk keperluan wisata dalam kota, bus itu dikelola oleh beberapa asosiasi pelaku usaha pariwisata di Kalsel. ”Ada dua unit bus wisata yang dioperasikan,” ujarnya.
Menurut Guntur, kehadiran bus wisata itu menjadi terobosan baru bagi pariwisata Kalsel yang cukup lama mati suri akibat pandemi. Pada masa adaptasi kebiasaan baru seiring melandainya kasus Covid-19 di Kalsel, bus wisata akhirnya bisa dioperasikan dengan standar protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Wahana baru ini perlahan-lahan membuat pariwisata Kalsel kembali berdenyut.
”Sebelum masa pandemi, kami lebih banyak memandu wisatawan asing. Sekarang, kami harus menjelaskan tentang Kota Banjarmasin kepada warganya sendiri. Ternyata itu tidak semudah yang dibayangkan,” katanya.
Dengan adanya wisata ”bus bejajalanan”, delapan orang pemandu wisata yang sudah lama tidak mendapat pemasukan bisa kembali mendapat pemasukan. Para pedagang kecil dengan gerobak dorongnya juga kembali diserbu pembeli ketika memangkal di sekitar Taman Siring 0 Kilometer. Semua kebagian rezeki supaya tak lagi mati suri.