Transportasi dan Komunikasi Potensial Jadi Pengungkit Ekonomi Kalsel Pascapandemi
Perekonomian Kalimantan Selatan diperkirakan baru akan pulih pada 2021 sebagai akibat dari pandemi Covid-19. Sektor transportasi dan komunikasi berpotensi jadi salah satu pengungkit ekonomi daerah pascapandemi.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Perekonomian Kalimantan Selatan diperkirakan baru akan pulih pada 2021 sebagai akibat dari pandemi Covid-19. Sektor transportasi dan komunikasi berpotensi jadi pengungkit ekonomi bersama dengan sektor pertambangan dan pertanian dalam masa pemulihan ekonomi daerah pascapandemi.
Dua triwulan berturut-turut, perekonomian Kalimantan Selatan terkontraksi akibat kinerja semua sektor melambat. Pada triwulan II-2020, perekonomian Kalsel terkontraksi sebesar 2,63 persen secara tahun ke tahun. Kontraksi itu berlanjut dan lebih dalam lagi pada triwulan III-2020 menjadi 4,68 persen.
Ekonom Junior Kelompok Perumusan Kajian Ekonomi dan Keuangan Daerah (KEKDA) Wilayah dan Provinsi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel, Annisa Elma Nabila, mengatakan, perekonomian Kalsel pada 2020 tumbuh melambat dibandingkan 2019 akibat pandemi Covid-19. Kondisinya diperkirakan baru akan membaik pada 2021 seiring hadirnya vaksin.
”Dari hasil kajian Bank Indonesia Kalsel, sektor-sektor prioritas yang berpotensi didorong untuk mempercepat pemulihan ekonomi Kalsel ialah sektor pertambangan, pertanian, industri pengolahan, serta transportasi dan komunikasi,” katanya di Banjarmasin, Jumat (20/11/2020).
Dari sejumlah sektor tersebut, menurut Elma, yang paling menarik adalah sektor transportasi dan komunikasi yang selama ini bukanlah sektor utama penopang perekonomian Kalsel. Sektor tersebut diyakini mampu memberikan nilai tambah tinggi pada perekonomian dan mempunyai risiko penularan Covid-19 yang rendah.
”Ada empat kabupaten/kota yang berpotensi menjadi prioritas pengembangan sektor transportasi dan komunikasi, yaitu Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar, dan Tanah Bumbu. Hal itu sejalan dengan pelonggaran pembatasan sosial dan peningkatan penggunaan digitalisasi di daerah tersebut,” tuturnya.
Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan terjadi peningkatan pengeluaran masyarakat Indonesia selama pandemi sebesar 56 persen. Peningkatan terutama didorong oleh peningkatan aktivitas belanja daring sebesar 31 persen. Kondisi itu berpotensi mendorong kinerja sektor transportasi dan komunikasi, terutama pada layanan pengantaran barang kepada konsumen.
Di tengah pandemi Covid-19, banyak sekali pelaku usaha yang melakukan adaptasi dengan melakukan pemasaran secara digital. Bahkan, empat dari setiap lima pelaku usaha mengakui pemasaran daring sangat berpengaruh terhadap penjualan produk.
Di samping itu, ujar Elma, sektor transportasi dan komunikasi juga memiliki keterkaitan antarsektor yang cukup tinggi sehingga berpotensi didorong untuk mendukung pemulihan ekonomi. Hal ini terutama didukung peningkatan transaksi digital melalui layanan perdagangan elektronik (e-dagang) yang tecermin dari nominal, jumlah pembeli, dan jumlah penjual yang meningkat.
”Di tengah pandemi Covid-19, banyak sekali pelaku usaha yang melakukan adaptasi dengan melakukan pemasaran secara digital. Bahkan, empat dari setiap lima pelaku usaha mengakui pemasaran daring sangat berpengaruh terhadap penjualan produk,” katanya.
Diversifikasi
Sebelumnya, dalam webinar dengan topik Strategi dan Peluang dalam Pemulihan Ekonomi Regional Kalsel, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Sri Soelistyowati mengatakan, perlu ada diversifikasi perekonomian Kalsel agar tak terlalu bergantung pada pertambangan, yang mengakibatkan ekonomi Kalsel terkontraksi lebih dalam dari ekonomi nasional pada triwulan III-2020.
”Kalsel bisa beralih ke sektor pertanian atau sektor lain yang menjanjikan sehingga perekonomian Kalsel bisa cepat pulih. Hanya dengan diversifikasi produk potensial, perekonomian Kalsel tidak terkontraksi lebih dalam karena pandemi belum diketahui kapan akan berakhir,” katanya pekan lalu.
Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, Muhammad Handry Imansyah, Kalsel harus menyiapkan transformasi struktur ekonomi dari sumber daya alam (SDA) berbasis tambang menjadi SDA berbasis pertanian yang dapat diolah menjadi barang industri makanan. ”Berbagai industri pengolahan hasil pertanian dengan mengidentivikasi komoditas yang sesuai harus dipersiapkan,” ujarnya.