Pendeta Agustinus Merintis Koperasi dan Menanggulangi Bencana Sinabung
Ketua Umum Moderamen Gereja Batak Kristen Protestan Pendeta Agustinus Pengarapen Purba tutup usia. Agustinus dikenal sebagai pendeta yang konsentrasi dalam penguatan ekonomi masyarakat dan kebencanaan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Ketua Umum Moderamen Gereja Batak Karo Protestan Pendeta Agustinus Pengarapen Purba tutup usia. Agustinus dikenal sebagai pendeta yang juga berfokus dalam penguatan ekonomi masyarakat. Dia juga membawa GBKP berada di garis depan menangani bencana letusan Gunung Sinabung.
”Pendeta Agustinus juga merupakan motivator pengadaan air bersih, listrik, dan ketahanan ekonomi desa melalui pembentukan credit union (koperasi kredit),” kata Ketua Bidang Diakonia Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Pendeta Rosmalia Barus, Jumat (20/11/2020).
Agustinus meninggal pada usia 54 tahun setelah dirawat karena Covid-19 dan penyakit penyerta di Rumah Sakit Martha Friska, Medan, Kamis pukul 17.12. Agustinus pun dimakamkan di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Jumat siang.
Pendeta Agustinus juga merupakan motivator pengadaan air bersih, listrik, dan ketahanan ekonomi desa melalui pembentukan koperasi kredit.
Rosmalia mengatakan, Agustinus sangat konsentrasi dalam penguatan ekonomi masyarakat, khususnya di kawasan Tanah Karo. Ia mendorong pembentukan koperasi kredit (CU) di lingkungan GBKP. ”Dia menjadi Direktur Eksekutif Yayasan Ate Keleng GBKP yang menjadi motor penggerak CU di Tanah Karo,” kata Rosmalia.
CU Perkeleng yang berada di bawah yayasan itu pun tumbuh di tengah masyarakat kecil dan menjadi penopang ekonomi rakyat kecil. Pada akhir 2019, CU Perkeleng punya 176 kelompok, 45.000 anggota, dan aset Rp 250 miliar. Setiap kelompok menyalurkan Rp 1 miliar hingga Rp 3 miliar pinjaman setiap tahun untuk bantuan modal usaha bagi anggotanya.
”Saat terjadi krisis ekonomi seperti sekarang, CU Perkeleng menjadi penopang ekonomi masyarakat, khususnya di Tanah Karo,” kata Rosmalia.
Konsentrasi
Agustinus juga sangat konsentrasi dalam penanganan bencana letusan Gunung Sinabung yang terjadi sejak 2010 hingga saat ini. Di awal meletus pada 2010, GBKP berada di garis terdepan dengan menyiapkan tempat pengungsian, logistik, dan relawan. Sejumlah gereja dan gedung pertemuan disiapkan menjadi tempat pengungsian.
”Ketika itu, kami tidak punya pengalaman sama sekali dalam menangani pengungsi. Pemkab Karo pun belum punya Badan Penanggulangan Bencana Daerah,” kata Rosmalia.
Pendeta Agustinus pun terus mendorong keterlibatan GBKP dan menjadi koordinator penanganan pengungsi. ”Pendeta Agustinus pun mendapat penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana karena keterlibatannya dalam penanganan bencana Sinabung,” kata Rosmalia.
Kepergian Agustinus pun menjadi kehilangan yang sangat besar bagi jemaat GBKP. Dalam perjalanan dari Medan ke pemakaman di Sibolangit, masyarakat, umat GBKP, pendeta, dan pengurus gereja tampak berdiri di sepanjang jalan memberikan penghormatan terakhir sebagaimana terlihat dalam siaran langsung di saluran Youtube Moderamen GBKP.
Agustinus pun dimakamkan dengan protokol Covid-19 yang ketat. Umat diminta tidak datang ke lokasi pemakaman, tetapi menyaksikan dari siaran langsung Youtube atau memberi penghormatan di tepi jalan yang dilintasi. Hanya sebagian pendeta dan keluarga yang ikut dalam prosesi pemakaman dengan mengenakan alat pelindung diri yang lengkap.
Pemimpin agama
Kluster pemimpin agama merupakan salah satu kluster penularan Covid-19 di Sumut. Selain Agustinus, sejumlah pemimpin umat sebelumnya positif Covid-19, yakni Uskup Agung Medan Mgr Kornelius Sipayung OFM Cap dan Administrator Apostolik Keuskupan Sibolga Mgr Anicetus B Sinaga OFM Cap.
Keduanya sembuh dari Covid-19. Namun, Anicetus meninggal setelah lima hari dinyatakan sembuh atau negatif Covid-19.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Sumut Whiko Irwan mengatakan, hingga Senin (16/11), kasus positif Covid-19 di Sumut mencapai 14.411. Sebanyak 11.804 di antaranya telah sembuh dan 578 orang meninggal.
Whiko pun meminta agar masyarakat di Sumut melaksanakan protokol kesehatan sebagai upaya pertama memutus rantai penularan Covid-19.