Terketuk hati mengulurkan tangan untuk kemanusiaan, sebuah galeri kecil dibangun di tepian Danau Sipin, Kota Jambi. Galeri akan mewadahi karya lukisan dan berbagai jenis kerajinan tangan mereka yang tak kenal menyerah.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
Goresan krayon biru dan kuning bergantian memulas hamparan kertas gambar. Sesekali Habibatul Fasihah (9) terdiam membiarkan imajinasinya berkelana. Saat ide kembali muncul, jemari tangannya bergerak dengan mantap.
Penyakit langka Epidermolysis bullosa (EB) yang terus menggerogoti organ-organ tubuhnya seakan bukan penghalang. Memang, pertumbuhan tubuh gadis cilik itu menunjukkan kelainan. Jemari kedua tangan dan kakinya yang semula utuh perlahan tertutupi selaput. Dalam dua tahun terakhir, semua jemari tangan dan kaki itu tampak menyatu di balik selaput.
Habibah tak terusik oleh berbagai keterbatasan fisiknya. Ia terus berkarya. Pagi itu, ia menyelesaikan lukisan pemandangan bawah air yang tampak mengagumkan.
Di sekelilingnya tampak belasan lukisan yang tak kalah indahnya. Sebagian besar merupakan pemandangan alam, mulai dari hutan, sungai, danau, hingga keindahan senja dan terbitnya sang surya. Seluruh gambar itu ia rekam dari menonton tayangan di televisi.
Menurut Leni Haini, sang bunda, Habibah sudah gemar menggambar dan mewarnai sejak usia 5 tahun. Habibah pun gembira sewaktu mendapatkan sebungkus hadiah berisi buku gambar, krayon, dan spidol. Pemberian dari kenalan ibunya langsung dimanfaatkan.
Hampir setiap hari ia larut dalam imajinasi. ”Habibah ingin lukisan-lukisan itu dapat disumbangkan untuk membantu biaya pengobatan bagi anak-anak lain yang mengidap penyakit Epidermolysis bullosa seperti dirinya,” kata Leni, Selasa (17/11/2020).
Habibah ingin lukisan-lukisan itu dapat disumbangkan untuk membantu biaya pengobatan bagi anak-anak lain yang mengidap penyakit Epidermolysis bullosa seperti dirinya.
Perjuangan Habibah mengumpulkan dana rupanya terdengar oleh Tanty Era Putri, tim Ekonomi Kreatif Provinsi Jambi sekaligus relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT). Terketuk hati untuk membantu keinginan si kecil, timnya pun langsung bergerak membangunkan sebuah galeri kecil di teras rumah Leni yang terletak di tepi Danau Sipin, Telanaipura, Kota Jambi. ”Seluruh karya lukisan Habibah nantinya dipamerkan di galeri ini,” ujarnya.
Selain karya lukisan, galeri akan berisi hasil kerajinan Leni dan warga sekitar yang selama ini memproduksi anyaman dari bahan koran bekas dan kerajinan daur ulang sampah. Di salah satu sudut galeri dijadikan kedai mini menghidangkan seduhan bungur. ”Kami menyebutnya kopi bungur. Rasanya persis minuman kopi, tetapi diolah dari buah bungur,” kata Leni.
Kreativitas memang selalu hidup di rumah itu. Menurut Leni, keterbatasan ekonomilah yang meletupkannya. Rupanya, jiwa kreatif terus menulari orang-orang sekitar di kawasan Danau Sipin, Kota Jambi. Mereka turut serta memproduksi berbegai jenis kerajinan tangan.
Leni yang merupakan mantan atlet dayung internasional awalnya memilih pensiun demi merawat Habibah yang sakit sejak lahir. Setelah tumbuh besar, sang putri meminta ibunya membangunkan sekolah. Sehinga, empat tahun silam, Leni menyulap rumah warisan orangtuanya menjadi tempat kelompok belajar mandiri bagi pendidikan anak usia dini (PAUD).
Kehadiran kelompok belajar ternyata menarik minat anak-anak. Di kampung itu banyak anak berasal dari keluarga tak mampu. Sebagian tidak mampu bersekolah karena penghasilan orangtua mereka sehari-harinya hanya dari menjadi buruh angkut sayuran, buruh gerobak, hingga memulung sampah di Pasar Angso Duo. Karena tak perlu keluar rumah, Habibah bisa ikut belajar bersama dalam PAUD itu.
Tak ingin mengubur dunia dayungnya, Leni lalu mendirikan sekolah dayung dan bank sampah. Anak-anak yang ingin belajar dayung cukup membayar dengan sampah. Setiap Sabtu pagi, mereka mendayung bersama sembari mengumpulkan sampah di danau itu. Sedikit banyak upaya itu mendukung program Pemerintah Kota Jambi menjadikan Danau Sipin sebagai kawasan wisata di tengah kota.
Menurut Tanty, pembangunan galeri yang tengah berjalan diharapkan sudah bisa dimanfaatkan di pengujung tahun. Harapannya, galeri tak hanya mewadahi tekad Habibah untuk mendonasikan karya lukisannya, tetapi juga menjadi wadah bagi tumbuh kembangnya ekonomi kreatif di kawasan itu.