Wilayah Bali sedang mengalami peralihan musim atau pancaroba. Hujan sudah mulai turun di sejumlah wilayah di Bali meskipun puncak musim hujan diperkirakan mulai Januari mendatang.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Sebagian wilayah Bali sedang mengalami peralihan musim atau pancaroba. Hujan sudah mulai turun di sejumlah wilayah di Bali meskipun puncak musim hujan diperkirakan mulai Januari mendatang.
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah III Denpasar Iman Fatchurochman menerangkan, hujan ringan hingga sedang berpotensi terjadi di wilayah Bali meski belum merata. ”Wilayah Bali tengah, Bali barat, dan Bali selatan sudah mulai memasuki musim hujan,” kata Fatchurochman, Jumat (20/11/2020).
Berdasarkan informasi peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, sejumlah wilayah Bali berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, terutama di bagian barat dan tengah. Sementara itu, wilayah Bali lainnya diperkirakan tidak berpotensi cuaca ekstrem.
Fatchurochman mengatakan, pola monsunal Asia yang sedang berlangsung akan memengaruhi perubahan cuaca, termasuk di Bali. Adapun suhu di Kota Denpasar dan sekitarnya mulai 22 derajat celsius dengan suhu maksimal mencapai 35 derajat celsius.
Kondisi cuaca panas di wilayah Bali juga dipengaruhi kedudukan semu matahari yang berada tepat di atas Pulau Jawa, termasuk Bali, sehingga puncak suhu maksimum akan terjadi. Menurut Fatchurohman, cuaca cerah juga memengaruhi penyinaran matahari yang langsung ke permukaan yang juga berpotensi menyebabkan penguapan.
Dalam siaran pers BMKG pada 12 November 2020 terkait beredarnya informasi tentang terjadinya gelombang panas dijelaskan bahwa suhu tertinggi di siang hari mengalami peningkatan. Namun, peningkatan suhu itu bukan merupakan penyimpangan besar dari rata-rata iklim suhu maksimum dan masih berada dalam rentang variabilitasnya pada November.
Sementara itu, Kamis (19/11) siang, beberapa banjar di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, dilanda hujan lebat yang disertai jatuhnya butiran es. Hujan disertai turunnya es berlangsung sekitar 30 menit.
Dihubungi Jumat, Penjabat Perbekel Pelaga I Made Sandu membenarkan peristiwa hujan disertai butir es di wilayah desanya. ”Ada beberapa banjar yang terdampak, terutama di Tinggan dan Pelaga,” kata Sandu. ”Sejauh ini, tidak terjadi dampak kerusakan yang dilaporkan,” ujarnya.
Dari rekaman video warga yang dikirimkan Sandu, butiran es berjatuhan ketika hujan turun. Beberapa orang warga terekam sedang mengumpulkan butiran es tersebut meskipun sedang turun hujan. Sandu menambahkan, hujan disertai turunnya butiran es melanda wilayah Pelaga sekitar 30 menit, mulai Kamis sekitar pukul 13.00 Wita.
Menanggapi peristiwa itu, Fatchurochman menyatakan, hujan es merupakan fenomena cuaca alamiah. Kejadian hujan lebat disertai kilat dan angin kencang atau es berdurasi singkat terjadi karena adanya awan konvektif. Awan itu adalah kumulonimbus yang lebih banyak terjadi pada masa transisi atau pancaroba musim.
Fatchurochman menambahkan, pantauan citra satelit pada Kamis menunjukkan terjadinya awan konvektif di wilayah Petang, Badung, antara pukul 13.00 Wita sampai pukul 14.00 Wita. Dari citra radar cuaca tertangkap ada fenomena hujan lebat yang berlangsung singkat, antara pukul 13.30 Wita dan 13.40 Wita.