Sinabung Masih Sangat Aktif, Awan Panas Meluncur 1.500 Meter
Pertumbuhan kubah lava yang sangat pesat membuat awan panas guguran dan guguran lava masih terus terjadi di Gunung Sinabung. Masyarakat diminta menghindari bahaya Sinabung dengan tidak memasuki zona merah.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS — Pertumbuhan kubah lava yang sangat pesat membuat awan panas guguran dan guguran lava masih terus terjadi di Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Masyarakat diminta menghindari bahaya Sinabung dengan tidak memasuki zona merah.
”Sinabung kembali mengeluarkan awan panas guguran yang meluncur 1.500 meter ke arah timur-tenggara pada pukul 13.59,” kata pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung, Armen Putra, Kamis (19/11/2020).
Armen mengatakan, Sinabung juga masih terus mengeluarkan guguran lava yang meluncur 100 hingga 300 meter dari kawahnya. Awan panas guguran dan guguran lava semakin intensif terjadi dalam dua bulan belakangan karena pertumbuhan kubah lava yang sangat pesat. Volume kubah lava Sinabung saat ini diperkirakan lebih dari 1 juta meter kubik.
Armen mengatakan, pertumbuhan kubah lava Sinabung juga ditandai gempa hibrid yang semakin intensif terjadi. Namun, kubah lava tersebut tidak stabil sehingga runtuh menjadi awan panas guguran dan guguran lava. Ketidakstabilan kubah lava juga ditandai gempa guguran yang kini mendominasi kegempaan di Sinabung. ”Gempa guguran menandakan kubah lava yang runtuh karena tidak stabil,” kata Armen.
Menurut Armen, di atas kawah Sinabung juga terdapat asap putih setinggi 100 meter sampai 300 meter yang menandakan masih ada tekanan yang cukup kuat di kawahnya. Dengan kondisi Sinabung yang sangat aktif, bahaya yang paling besar adalah awan panas guguran yang sudah beberapa kali memakan korban jiwa.
Bahaya lain dari Sinabung ialah guguran lava pijar, jatuhan material vulkanis berupa batuan kecil, gas beracun, dan hujan abu pekat. Di lereng gunung juga terdapat material hasil erupsi yang bisa meluncur menjadi lahar hujan saat musim hujan, seperti saat ini. ”Bahaya itu dapat dihindari jika warga tidak masuk ke zona merah dan menjauhi sungai saat hujan deras turun,” kata Armen.
Bahaya itu dapat dihindari jika warga tidak masuk ke zona merah dan menjauhi sungai saat hujan deras turun.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Natanael Peranginangin mengatakan, saat ini pihaknya berfokus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak memasuki zona merah Sinabung. Setelah lebih dari setahun Sinabung tidak meletus, banyak warga yang berladang di zona merah, termasuk di bawah jalur awan panas di Desa Gamber dan Berastepu.
”Sejak aktivitas Sinabung meningkat, kami semakin intensif berpatroli meminta warga keluar dari ladangnya di zona merah,” ujar Natanael.
Natanael mengatakan, dampak dari letusan Sinabung saat ini adalah paparan abu pekat di jalan, permukiman, dan ladang warga hingga radius 10 kilometer. Pemerintah pun mengurangi dampaknya dengan menyiram jalan dan membagikan masker.
Yahya Ginting (56), warga Kecamatan Naman Teran, Karo, mengatakan, kerugian paling besar yang dialami warga adalah kerusakan tanaman pertaniannya. ”Saya sudah beberapa kali gagal panen karena sayur-sayuran saya rusak terpapar abu,” kata Yahya.