Setelah Banjir Bandang di Langkat, Sumut Antisipasi Banjir di Daerah Lain
Sumatera Utara meningkatkan kesiapsiagaan setelah banjir bandang di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Sebanyak 46 penginapan dan warung, 16 ternak, dan satu jembatan gantung rusak akibat banjir itu.
Oleh
NIKSON SINAGA
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sumatera Utara meningkatkan kesiapsiagaan setelah banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Sebanyak 46 penginapan dan warung, 16 ternak, dan satu jembatan gantung rusak akibat banjir bandang di destinasi wisata Sungai Landak itu.
”Banjir bandang di Bahorok menjadi peringatan agar kita meningkatkan kesiapsiagaan, mitigasi, dan peringatan dini dalam menghadapi bencana hidrometeorologi di Sumut,” kata Sekretaris Daerah Pemerintah Sumut Sabrina, Kamis (19/11/2020).
Sabrina mengatakan, Gubernur Sumut telah mengirimkan surat edaran kepada semua pemerintah kabupaten/kota untuk memprioritaskan anggaran bencana, menyiagakan personel, peralatan, dan sosialisasi kepada masyarakat.
Sepanjang tahun 2020, kata Sabrina, di Sumut sudah terjadi 691 bencana. Sebanyak 689 di antaranya merupakan bencana hidrometeorologi. Dua lainnya adalah bencana letusan Gunung Sinabung dan pandemi Covid-19. ”Hidrometeorologi penyebab utama bencana di Sumut. Karena itu, pemerintah kabupaten/kota harus meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapinya,” kata Sabrina.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Langkat Irwan Syahri mengatakan, pihaknya memperkirakan kerugian Rp 1 miliar akibat banjir bandang di destinasi wisata Sungai Landak pada Rabu (18/11) dini hari. Kerugian paling besar disebabkan hanyutnya 19 unit penginapan, 27 warung, dan 16 ekor ternak.
”Saat ini tim gabungan membantu masyarakat membersihkan tumpukan material lumpur, batang pohon, dan batu yang menumpuk di area wisata itu,” kata Irwan.
Pihaknya memperkirakan kerugian Rp 1 miliar akibat banjir bandang di destinasi wisata Sungai Landak pada Rabu (18/11) dini hari.
Banjir bandang terjadi di Sungai Landak dan merusak dua destinasi wisata yakni Landak River dan Selang Pangeran. Destinasi yang berada sekitar 80 kilometer di barat Kota Medan itu belakangan ini semakin ramai dikunjungi karena air sungainya yang jernih dan pohon yang rindang di sekitarnya.
Nico Munthe, pengusaha di Landak River, mengatakan, pihaknya kini berfokus membersihkan material lumpur, batu, dan batang pohon yang terbawa arus bandang dan menimbun area wisata itu. Material itu juga merusak ladang warga. Namun, banjir bandang tidak sampai ke permukiman warga.
“Kami berharap pemerintah membantu kami menata kembali destinasi wisata Sungai Landak ini. Semua yang kami bangun selama bertahun-tahun hanyut diterjang banjir,” katanya.
Sungai Landak merupakan kawasan yang semakin populer dalam beberapa tahun ini. Destinasi itu juga dekat dengan kawasan wisata Bukit Lawang yang pernah diterjang banjir bandang pada tahun 2003. Ketika itu, banjir bandang menghantam hampir semua hotel dan rumah di tepi Sungai Bahorok dan menyebabkan lebih dari 200 orang meninggal.