Hujan lebat berpotensi mengguyur wilayah Kota Manado dan kabupaten lainnya di Sulawesi Utara pada akhir 2020. Banjir dikhawatirkan kembali melanda.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Hujan lebat berpotensi mengguyur wilayah Kota Manado dan kabupaten lainnya di Sulawesi Utara pada akhir 2020. Hujan satu jam saja menjadi momok sebagian warga kota, terutama di wilayah bantaran sungai, karena berisiko mendatangkan banjir.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Minahasa Utara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Muhammad Candra Buana mengatakan, Sulut sudah memasuki musim hujan sejak pekan kedua Oktober 2020. Hujan lebat sempat turun selama beberapa minggu, tetapi berganti terik dan lembab sejak pekan pertama November.
Namun, puncak musim hujan akan jatuh pada Desember 2020-Januari 2021. Curah hujan berkisar 288-365 milimeter per bulan. Curah hujan per hari bervariasi, tetapi sangat mungkin mencapai 100 mm per hari. Masyarakat pun perlu mewaspadai potensi terjadinya banjir dan tanah longsor selama periode tersebut.
Meskipun hujan belum kerap turun di Manado sejak pekan pertama November, daerah lain, seperti Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow, dan Bolaang Mongondow Utara, sudah diguyur hujan hampir setiap hari. (Carisz Kainama)
”Menurut riwayat, kejadian bencana (hidrometeorologi) memang selalu terjadi pada bulan-bulan itu. Menurut dinamika atmosfer, diprediksi akan ada La Nina lemah di Samudra Pasifik sehingga curah hujan di timur Indonesia, termasuk Sulut, bakal meningkat,” kata Candra, Kamis (12/11/2020).
Sebelumnya, hujan deras disertai angin kencang sudah berdampak pada pohon tumbang dan banjir di Manado, seperti pohon tumbang pada 17 Oktober di Kombos Barat, Singkil, yang menimpa sebuah mobil. Sehari setelahnya, pohon tumbang di Kelurahan Kleak, Malalayang, merusak sebuah rumah dan memutus jaringan listrik.
Banjir juga terjadi di beberapa kelurahan, seperti Bailang, Banjer, dan Kombos Barat. Tinggi air berkisar 50-100 sentimeter. Wilayah yang dilanda banjir umumnya terletak dekat daerah aliran sungai.
Menurut Isa Anshar (35), warga Manado, banjir masih menjadi masalah utama kota. Masyarakat, terutama di wilayah dekat sungai, hanya bisa pasrah dan bersiap mengungsi jika hujan deras mengguyur dalam durasi lebih dari satu jam. Angel Rawis (26), warga lainnya, mengatakan, hujan sebentar saja sudah mampu menyebabkan genangan di jalan raya.
Adapun cuaca panas dan lembab yang terjadi sejak awal November menunjukkan pengaruh adanya pusat tekanan rendah di Samudra Pasifik sisi barat Filipina. ”Selain menunjukkan variasi harian, ini juga menunjukkan cuaca yang sudah semakin tak menentu. Tetapi, puncak musim hujan tetap akan jatuh pada Desember,” kata Candra.
Sementara itu, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado Carisz Kainama mengatakan, meskipun hujan belum kerap turun di Manado sejak pekan pertama November, daerah lain, seperti Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow, dan Bolaang Mongondow Utara, sudah diguyur hujan hampir setiap hari.
Bolaang Mongondow Selatan justru akan mendapat sedikit hujan karena pola cuaca yang berkebalikan dengan wilayah Manado dan Minahasa. Musim hujan telah memuncak pada awal Agustus lalu, diikuti dengan banjir bandang yang berdampak pada sekitar 22.655 warga di tujuh kecamatan.
Siaga
Wali Kota Vicky Lumentut telah mengantisipasi risiko bencana hidrometeorologi dengan menggelar apel bersama Badan Penanggulangan Bancana Daerah (BPBD) Manado dan TNI-Polri, pekan lalu. Ia mengatakan, fenomena La Nina diramalkan BMKG dapat memicu banjir dan longsor di wilayah dengan kemiringan lebih dari 30 derajat.
”Warga juga harus mengantisipasi tiang listrik dan pohon tumbang serta dahan yang patah. Hujan lebat sering kali disertai angin kencang. Kesiapan dan kesigapan kita menjadi kunci keberhasilan memitigasi dampak bencana,” katanya.
Taruna Siaga Bencana (Tagana) telah disiapkan di setiap kelurahan. Sistem pusat komando Cerdas Command Center juga akan mendeteksi ancaman banjir dan mengirimkan peringatan kepada warga melalui media sosial. Ia juga mendorong warga memanfaatkan sambungan telepon darurat 112 jika membutuhkan pertolongan dalam situasi gawat darurat.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, dalam kunjungan ke Manado, Oktober lalu, juga meminta masyarakat untuk memperhatikan lingkungan sekitar. Ia mengimbau agar lahan dengan kemiringan 30 derajat tidak ditanami sayuran karena bisa menimbulkan longsor.
Di lain pihak, Denny Taroreh, aktivis lingkungan dari lembaga swadaya masyarakat Talun Kentur, mengatakan, hujan satu jam saja sudah akan membuat warga Manado waswas. Penyebabnya adalah kurangnya daerah resapan air yang dulunya wilayah bukit dan perkebunan menjadi permukiman.
”Pada 1986, jarang terlihat rumah di daerah Paniki dan Mapanget. Tetapi, cetak biru pembangunan kota menetapkan wilayah itu sebagai permukiman dan kota baru. Akhirnya, gunung dan bukit dipotong, diubah jadi permukiman dan jalan, termasuk Manado Outer Ring Road (MORR). Akibatnya, wilayah serapan air berkurang,” kata Denny.
Akibatnya, terjadi limpasan dan erosi permukaan. Hal ini berkontribusi pada banjir bandang pada Januari 2014 di Manado yang menyebabkan 18 orang tewas. Denny menilai, belum ada upaya perbaikan tata kota dan penanaman kembali vegetasi, terutama di wilayah yang tadinya menjadi daerah serapan air. Bukit-bukit yang mengapit MORR pun hanya ditumbuhi alang-alang.
Di samping itu, banjir juga kerap melanda akibat penyempitan badan sungai. Aliran air dari, misalnya, sungai di Kelurahan Paniki, Kairagi, terhambat ketika mencapai Kelurahan Mahawu, Tuminting, akibat terbentuknya permukiman padat. Warga mendirikan dapur dan jamban di atas sungai serta membuang sampah langsung ke air.
Denny mengatakan, pemerintah perlu menegakkan aturan untuk mencegah banjir, seperti mendesak pengembang permukiman membuat biopori sedalam 1 meter di setiap rumah. Permukiman di wilayah bantaran sungai juga perlu ditertibkan dengan menerapkan jarak 15 meter antara rumah dan badan sungai. Pemulihan daya dukung dengan menanam pohon juga perlu dilakukan.