Memasuki Musim Hujan, Sumut Tingkatkan Kesiapsiagaan
Memasuki musim hujan, Sumatera Utara meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana banjir, banjir bandang, dan longsor. Pemerintah menyiapkan anggaran, personel, serta sarana dan prasarana yang memadai.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Memasuki musim hujan, Sumatera Utara meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana banjir, banjir bandang, dan longsor. Gubernur Sumut Edy Rahmayadi meminta agar semua pemerintah kabupaten/kota menyiapkan anggaran, personel, serta sarana dan prasarana yang memadai.
”Kunci menghadapi bencana adalah kesiapsiagaan dan mitigasi. Anggaran, personel, dan peralatan sudah disiapkan untuk menghadapi musim hujan ini,” kata Edy, di Medan, Sabtu (14/11/2020).
Edy mengatakan, Sumut sudah memetakan daerah rawan bencana selama musim hujan. Daerah dataran tinggi di sekitar kawasan Danau Toba dan Tapanuli bagian selatan diminta mewaspadai bencana longsor serta bajir bandang. Sementara daerah dataran rendah, seperti Medan, Binjai, Deli Serdang, Langkat, dan Asahan, bersiap mengantisipasi banjir dari luapan air sungai.
Petugas pun disiagakan dari Pemprov Sumut, pemerintah kabupaten/kota, kepolisian, TNI, Basarnas, dan sukarelawan masyarakat. ”Ada lebih dari 2.000 personel yang disiapkan untuk kesiapsiagaan bencana,” kata Edy.
Sejumlah bencana banjir pun sudah mulai terjadi selama Oktober dan November, seperti di Medan, Deli Serdang, Langkat, dan Tapanuli Tengah. Banjir yang sudah terjadi pun merendam rumah warga, tetapi tidak menimbulkan korban jiwa.
Kesiapsiagaan untuk mencegah bencana yang menelan korban jiwa pun diminta dilakukan dengan maksimal. Pada musim hujan sebelumnya, banjir bandang dan longsor yang menelan korban jiwa, antara lain, terjadi di Mandailing Natal, Toba Samosir, dan Tapanuli Tengah.
James Bondar, Kepala Desa Sijungkang, Kecamatan Andam Dewi, Tapanuli Tengah, mengatakan, sejak terjadi banjir bandang yang menelan korban jiwa di daerahnya pada Januari lalu, mereka sangat waspada saat hujan turun. Ketika itu, beberapa rumah juga hanyut terbawa arus sungai. ”Kalau hujan deras turun, warga yang bermukim di dekat sungai dan perbukitan kini langsung mengungsi ke rumah warga yang lebih aman,” katanya.
Kalau hujan deras turun, warga yang bermukim di dekat sungai dan perbukitan kini langsung mengungsi ke rumah warga yang lebih aman. (James Bondar)
James mengatakan, sebelumnya Pemprov Sumut dan Pemkab Tapanuli Tengah berjanji merelokasi rumah di daerah rawan ke tempat yang lebih aman. Namun, hingga kini program itu belum bisa dilaksanakan.
Sebagai upaya mitigasi bencana, kata James, mereka berpatroli setiap hujan turun dan meminta warga di daerah rawan untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Saat hujan reda, mereka pun kembali ke rumah masing-masing.
Khairil Anwar Simamora (40), warga Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, mengatakan, ratusan rumah warga sudah beberapa kali terendam banjir selama beberapa pekan ini. Banjir terjadi dari luapan Sungai Raisan. Ratusan rumah di sekitarnya pun terendam banjir hingga kedalaman 1 meter. Air biasanya surut beberapa jam setelah hujan reda.
Khairil mengatakan, saat musim hujan seperti sekarang, mereka sudah bersiap dengan memindahkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi agar tidak rusak terendam air. Namun, mereka sangat takut jika banjir bandang datang.
”Kalau banjir bandang, kami hanya berusaha menyelamatkan diri. Barang-barang biasanya sebagian besar rusak terendam lumpur dan kayu,” kata Khairil.
Khairil mengatakan, kerusakan hutan di hulu sungai, yakni di Tapanuli Tengah dan Humbang Hasundutan, membuat banjir bandang kini semakin sering terjadi. Mereka pun bersiap mengungsi jika hujan sudah terjadi di hulu sungai.