Empat Nelayan yang Hilang di Perairan Lombok Tengah Belum Ditemukan
KM Kerinci Indah yang membawa 11 nelayan mengalami kecelakaan di perairan Lombok Tengah. Empat nelayan belum ditemukan dan saat ini masih terus dicari.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
PRAYA, KOMPAS — Empat nelayan yang dilaporkan hilang di perairan Teluk Awang, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, belum ditemukan hingga Kamis (19/11/2020) sore. Kejadian ini menambah panjang daftar kecelakaan laut di perairan NTB.
Berdasarkan data Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Mataram, empat nelayan itu berasal dari daerah berbeda. Mereka adalah Rudy Kurniawan (32) asal Yogyakarta, Agus Nopyan (37) asal Padang, Alfonso Mali (40) asal Medan, dan Badu Dahman Harahab (56) asal Cirebon. Hingga hari ketiga pencarian, mereka belum ditemukan.
Kepala Kantor SAR Mataram Nanang P Sigit, di Mataram, Kamis, mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Selasa (17/11/2020). Mereka menerima laporan dari stasiun vessel traffic services (VTS) jika Kapal Motor Kerinci Indah mengalami kecelakaan. Nanang menambahkan, dari 11 nelayan yang berada di kapal yang berangkat dari Teluk Benoa, Bali, itu, tujuh orang telah ditemukan dan dievakuasi Kapal Cape Kallia pada saat kejadian.
Tujuh nelayan yang selamat adalah Ilham Werawansyah (34), Toni Wijaya (34), Riyanto (25), Jainuddin (51), Wagito (50), Irawan (27), dan Sulaiman (34). ”Semua korban selamat masih berada di kapal Basarnas Mataram yang sudah sandar di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat,” kata Nanang.
Nanang mengatakan, pencarian nelayan yang hilang akan tetap dilakukan. Kantor SAR Mataram mengerahkan personel menggunakan Kapal RIB Mataram yang dilengkapi dengan perlengkapan SAR laut dan alat komunikasi. Saat ini, kata Nanang, pencarian fokus menyisir perairan Lombok Tengah bagian selatan, sekitar 70 kilometer tenggara Mataram, ibu kota NTB.
Tidak hanya tim, menurut I Gusti Lanang Wiswananda dari bagian Humas Kantor SAR Mataram, mereka juga menginfokan kejadian itu kepada warga, nelayan setempat, juga ke kapal-kapal yang melintas di sekitar lokasi kejadian. ”Sekarang masih proses pencarian dan hasilnya nihil. Selain itu, pencarian terkendala cuaca. Apalagi, laut selatan gelombangnya tinggi,” kata Gusti.
Hilangnya nelayan di KM Kerinci Indah menambah daftar kejadian serupa di perairan NTB. Pada Senin (16/11/2020), tiga nelayan Dompu dilaporkan hilang di kawasan perairan Pulau Sangeang, Kabupaten Bima.
Setelah pencarian selama satu hari, semua nelayan yang berangkat melaut sejak Minggu (15/11/2020) itu ditemukan selamat pada Selasa sore. Mereka ditemukan nelayan yang sedang melintas. Mereka tidak bisa pulang karena mesin perahu mereka mati.
Selain itu, pada awal September lalu, Sofian Hadi (37), nelayan asal Kampung Baru Selatan, Tanjung Luar, Lombok Timur, hilang di perairan Sumbawa Barat. Kecelakaan laut juga menimpa pemancing asal Lombok Utara yang hilang di Pantai Jubrik, Kecamatan Bayan, dan nelayan asal Ampenan, Kota Mataram, yang hilang di Selat Bali, hingga Kamis (6/8).
Sebelumnya, awal Februari lalu, Amaq Mawar (50), asal Lombok Tengah, hilang seusai memeriksa kerambanya di Laut Awang, Mertak, Kecamatan Pujut. Kemudian, pertengahan Februari, lima nelayan asal Pulau Sanane, Sulawesi Selatan, juga dilaporkan hilang setelah lima hari berlayar ke Kabupaten Bima untuk menjual hasil laut.
Pada Juli lalu, tercatat ada dua kejadian, yakni Ridwan Hafiz (17), seorang pelajar, hilang di perairan Sekotong, Lombok Barat. Pada hari yang sama, Jayadi (25), nelayan asal Lombok Timur, hilang di perairan Sumbawa.
Selain itu, kapal tug boat Immanuel Wahana Gemilang Samudera Raya 3 dilaporkan terbakar dan hilang kontak di perairan Pulau Sangeang, Bima. Sepuluh awak kapal yang mengangkut bahan bangunan itu belum ditemukan. Lokasi hilangnya kapal diketahui berdasarkan aplikasi milik perusahaan kapal tersebut. Hingga operasi dihentikan, hasil pencarian tidak membuahkan hasil.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Bandara Lombok, Desi Megawati, mengatakan, selain potensi hujan yang disertai kilat dan angin kencang di sejumlah wilayah di NTB, masyarakat juga diimbau mewaspadai gelombang tinggi. Menurut Desi, ketinggian gelombang diperkirakan mencapai 2 meter atau lebih di Selat Lombok bagian selatan, Selat Alas bagian selatan, Samudra Hindia selatan NTB, dan Selat Sape bagian selatan.