Seluruh dinas, badan, dan kantor dalam Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, harus menggelar operasi penegakan protokol kesehatan sesuai bidang kompetensi untuk mengantisipasi gelombang kedua wabah Covid-19.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Organisasi perangkat daerah, yakni dinas, badan, dan kantor, dalam Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, harus menggelar operasi penegakan protokol kesehatan sesuai bidang kompetensi. Operasi secara gencar bertujuan mengantisipasi lonjakan kasus baru atau gelombang kedua warga terjangkit wabah Covid-19 (coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2).
Menurut laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/ yang dikelola Pemerintah Provinsi Jatim per Rabu (18/11/2020), data sepekan terakhir memperlihatkan wabah Covid-19 di Surabaya terindikasi mereda. Dalam seminggu terakhir, penambahan kasus baru tercatat 144 jiwa atau rata-rata 21 orang per hari. Kematian bertambah 8 orang atau 1-2 pasien Covid-19 meninggal per hari. Kesembuhan 130 orang atau 18-19 pasien per hari.
Secara akumulatif, wabah Covid-19 di Surabaya telah menjangkiti 16.497 warga atau 0,52 persen dari populasi sebanyak 3.148.939 orang yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik Kota Surabaya pada 26 Juni 2020. Wabah telah mengakibatkan kematian 1.194 orang, tetapi sebanyak 15.238 pasien berhasil sembuh. Posisi Rabu ini, 65 pasien Covid-19 masih dirawat di Surabaya.
Menurut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, pagebluk terindikasi mereda dan berpotensi dapat dikendalikan. Namun, jangan sampai seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat teledor dan abai menegakkan protokol kesehatan. Situasi wabah yang terindikasi mereda akan membaik jika disiplin menerapkan protokol dan langkah-langkah penanganan terus diwujudkan.
”Jangan kendur,” kata Risma, perempuan pertama yang menjabat wali kota Surabaya.
Oleh sebab itu, Risma menginstruksikan seluruh organisasi perangkat daerah (OPD), yakni dinas, badan, dan kantor, mengadakan operasi protokol kesehatan sesuai bidang dan kompetensi.
Operasi yang intensif diharapkan mampu mencegah lonjakan penambahan kasus baru atau gelombang kedua wabah karena saat ini di Jatim belum ada pemberlakuan kembali pembatasan sosial berskala besar atau karantina wilayah.
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Irvan Widyanto menambahkan, penerapan protokol kesehatan seolah harga mati yang harus diwujudkan. Disiplin pelaksanaan protokol kesehatan terus dipantau di seluruh fasilitas publik, yakni hotel, mal, kantor, industri, sekolah, pasar, dan permukiman.
Jangan kendur. (Tri Rismaharini)
”Operasi kemudian dijalankan setiap OPD untuk memastikan protokol diterapkan secara sempurna,” kata Irvan yang juga Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya.
Dinas Perdagangan Kota Surabaya, misalnya, baru-baru ini mengadakan operasi protokol kesehatan di Jembatan Merah Plaza, ITC, dan Pusat Grosir Surabaya. Petugas dinas juga memantau penerapan protokol di pertokoan Jalan Kebalen Timur, Jalan Raya Dupak, dan Jalan Tembaan.
Sarana protokol kesehatan
Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah bersama Perusahaan Daerah Pasar Surya mengadakan operasi di 23 pasar. Tim mengecek apakah masyarakat di tempat-tempat ini bermasker, menjaga jarak, rutin mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, dan tidak keberatan jika diminta memeriksakan diri karena terindikasi sakit.
”Kami meyakini penerapan protokol kesehatan dengan ketat dan disiplin akan membantu masyarakat terhindar dari penularan wabah,” kata Irvan.
Adapun Ikatan Alumni Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Apsilangga) turut membantu gugus tugas Surabaya berupa pendampingan masyarakat dalam situasi wabah. Mereka memberikan psiko-edukasi kepada warga agar dapat menyelesaikan berbagai problem kehidupan dalam masa pagebluk.
”Psiko-edukasi kami laksanakan di Rusunawa Penjaringan Sari sejak 10 November 2020 dan akan dikembangkan di wilayah lain,” kata Wakil Ketua 2 Apsilangga Dyah Ayu Sulistyowati.
Melalui psiko-edukasi akan tercipta ruang curahan hati bagi warga yang dimulai dengan parenting dan konseling keluarga. Pendampingan ini diharapkan membantu ketahanan keluarga saat wabah dan setelahnya di masa depan.
Salah satu masalah yang kerap dikeluhkan warga adalah pengasuhan anak atau pendampingan anak saat belajar daring. Bagaimana mendampingi anak ketika belajar dan dalam situasi sulit itulah yang kemudian dipecahkan bersama antara Apsilangga dan warga.
”Kegiatan ini juga bersinergi dengan kampus sehingga bisa menjadi wadah mahasiswa untuk magang dan belajar mendampingi masyarakat,” kata Dyah.
Sementara itu, Pemimpin PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Wilayah Surabaya Muhammad Gunawan Putra menyerahkan bantuan satu unit ventilator senilai Rp 440 juta kepada Risma untuk membantu penanganan pasien Covid-19.
BNI turut memiliki tanggung jawab membantu masyarakat melalui pemerintah dalam penanganan wabah. Bantuan merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Sebelumnya, BNI juga menyumbang untuk pengadaan tes usap (PCR) bagi 1.000 orang dengan sasaran utama tenaga medis.
Labkesda Kota Surabaya saat ini rata-rata memeriksa 3.000 spesimen setiap hari. Spesimen itu berasal dari puskesmas dan hasil Tim Swab Hunter yang menjaring pelanggar protokol kesehatan. Setiap hari razia, warga yang tidak menerapkan protokol kesehatan dan terjaring saat razia berkisar 40 hingga 50 orang. Hingga hari ini hampir 242.000 warga Kota Surabaya sudah menjalani tes usap.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengingatkan pentingnya menjaga jarak dan pelindung diri untuk mencegah seseorang tertular virus korona. Ia menyarankan setiap orang dalam beraktivitas harus menjaga jarak minimal 2 meter dari orang lain dan bermasker.
”Ruang bebas 4 meter persegi dan masker kami yakini bisa sampai 95 persen melindungi seseorang dari penularan virus korona saat ini,” kata Windhu.