Sulut Siaga Hadapi Banjir dan Tanah Longsor Jelang Akhir Tahun
Pemerintah Sulawesi Utara mempersiapkan 1.000 personel guna menanggulangi bencana hidrometeorologis akibat hujan deras pada akhir tahun. Kewaspadaan terpusat pada risiko banjir dan tanah longsor yang melanda tiap tahun.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pemerintah Sulawesi Utara mempersiapkan 1.000 personel untuk menanggulangi potensi bencana hidrometeorologis seiring prediksi hujan deras pada akhir 2020. Kewaspadaan terpusat pada risiko banjir, tanah longsor yang melanda setiap tahun, dan pohon tumbang.
Kesiapsiagaan ini ditunjukkan dalam apel dan simulasi penanganan bencana di kawasan bisnis Megamas, Manado, Rabu (18/11/2020) pagi. Beberapa instansi yang bertugas menangani bencana alam turut terlibat, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Pencarian dan Penyelamatan Nasional (Basarnas), Polda Sulut, serta PT PLN Wilayah Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo (Suluttenggo).
Personel Basarnas, BPBD, dan polisi memeragakan penyelamatan korban banjir, yang kemudian mendapat pertolongan dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Sulut. Adapun tim PT PLN memamerkan peralatan pemangkas pohon untuk mencegah listrik padam.
Pejabat Sementara Gubernur Sulut Agus Fatoni mengatakan, apel dan simulasi bertujuan mengecek kesiapan dan kekompakan semua instansi dalam bekerja sama serta ketersediaan peralatan. Tugas pemerintah cukup berat karena potensi bencana datang saat Pilkada 2020 digelar, disusul perayaan Natal dan Tahun Baru.
”Akhir tahun ini, di Sulut diperkirakan akan ada hujan dengan curah yang tinggi. Semua stakeholder dan masyarakat perlu bersama-sama mengantisipasi manakala bencana ini terjadi. Harus siap sedia karena datangnya bencana tidak bisa kita prediksi,” kata Fatoni.
Sebelumnya, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Minahasa Utara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Muhammad Candra Buana mengatakan, puncak musim hujan diprediksi berlangsung pada Desember 2020-Januari 2021 seiring fenomena La Nina. Curah hujan berkisar 288-365 milimeter per bulan.
Curah hujan bervariasi setiap hari, sangat mungkin mencapai 100 mm per hari. Potensi banjir dan tanah longsor pun bisa meningkat selama periode tersebut, sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya.
Oleh karena itu, kata Fatoni, ada beberapa kabupaten/kota yang dinilai paling rawan, tetapi risiko bencana tetap merata di semua daerah. Pemerintah pun menyiapkan sekitar 1.000 personel dari semua instansi yang bertugas menanggulangi bencana. Jumlah personel bisa ditambah jika diperlukan sewaktu-waktu.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk aktif terlibat jika bencana datang. ”Kearifan lokal mapalus (sistem pembagian kerja untuk kepentingan bersama di Minahasa) akan menjadi kekuatan kita untuk menghadapi bencana,” katanya.
Kepala Kantor Basarnas Manado Suhri Sinaga mengatakan, dua daerah yang dinilai paling rawan banjir dan longsor adalah Manado dan Bolaang Mongondow. Konektivitas di sepanjang jalur Trans-Sulawesi di sisi utara juga terancam putus jika longsor terjadi. Basarnas pun siap dengan 94 personel di 15 kota/kabupaten di Sulut.
Kearifan lokal mapalus (sistem pembagian kerja untuk kepentingan bersama di Minahasa) akan menjadi kekuatan kita untuk menghadapi bencana.
Sementara itu, Kepala Polda Sulut Inspektur Jenderal RZ Panca Putra Simanjuntak berharap bencana tidak terjadi. Namun, ia menegaskan semua instansi terkait sudah siap menghadapi risiko yang ada, begitu juga mengamankan Pilkada 2020 serta perayaan Natal dan Tahun Baru. Dia mengatakan akan menerjunkan dua pertiga personel Polda Sulut.
”Khusus penanganan bencana, ada mekanisme yang akan kami ikuti, mulai dari mendirikan pos pusat komando penanggulangan bencana. Ada unit-unit kerja yang akan mendukung, mulai dari yang berkaitan dengan mengelola psikologi massa, distribusi logistik, hingga DVI (identifikasi korban bencana),” kata Panca.
Polda Sulut juga menyiapkan sarana pendukung, seperti mobil crane, meriam air, dan penyuling air bersih. Perahu karet dan helikopter juga disiagakan.
General Manager PT PLN Wilayah Suluttenggo Leo Basuki mengatakan telah mempersiapkan diri untuk menjaga agar aliran listrik tidak putus jelang akhir tahun. Hal ini dilakukan dengan memangkas dahan atau menebang pohon yang dapat memutus kabel atau ikut menumbangkan tiang listrik.
”Hampir 80 persen gangguan listrik memang terjadi karena pohon. Kami akan mengupayakan agar jaringan tetap steril (bebas gangguan). Personel kami juga akan dijaga kesehatan dan staminanya dengan mengatur jadwal tugas mereka,” ujar Leo.
Menurut Leo, jaringan tidak akan putus karena wilayah Sulut dan Gorontalo masih surplus listrik sekitar 300 megawatt (MW). Adapun beban puncak di wilayah Suluttenggo sekitar 410 MW. ”Kapasitas listrik masih sangat memadai. Berapa pun kebutuhan pelanggan akan kami pasok,” katanya.