Kalimantan Selatan melakukan ekspor perdana belut hidup ke China. Terbukanya pintu ekspor itu jadi peluang untuk mengembangkan budidaya belut di Kalsel agar mampu memenuhi permintaan pasar luar negeri.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Kalimantan Selatan mulai mengekspor belut secara langsung ke China lewat jalur udara. Terbukanya pintu ekspor itu menjadi peluang untuk mengembangkan budidaya belut di Kalsel agar mampu memenuhi permintaan pasar luar negeri.
Sebanyak 1,55 ton belut dalam kondisi masih hidup dikirim dari Kalsel ke China lewat kargo Bandara Internasional Syamsudin Noor di Banjarbaru, Rabu (18/11/2020). Pelepasan ekspor perdana belut di terminal kargo bandara dihadiri jajaran Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas II Banjarmasin, Dinas Kelautan dan Perikanan Kalsel, Dinas Perdagangan Kalsel, serta CV Tiga A selaku eksportir belut.
Kepala BKIPM Banjarmasin Sokhib mengatakan, belut kini termasuk komoditas perikanan unggulan dari Kalsel yang turut menyumbang penerimaan negara bukan pajak (PNBP) seperti udang, kepiting, daging rajungan, ikan segar, dan ikan arwana. Sampai Oktober 2020, komoditas perikanan menyumbang PNBP sebesar Rp 885,28 juta dengan nilai komoditas mencapai Rp 145,41 miliar.
”Permintaan belut dari China sebenarnya mencapai 3 ton. Namun, pemenuhan sebagian dari permintaan itu masih ditunda karena ini baru pengiriman pertama dan masih harus dipantau dulu perkembangannya,” katanya.
Menurut Sokhib, komoditas belut akan semakin mendorong peningkatan ekspor langsung dari Kalsel. Kuantitas bukanlah hal yang utama dalam ekspor perdana ini karena yang terpenting, Kalsel sudah bisa memulainya. Diharapkan kegiatan ekspor komoditas dan produk perikanan itu bisa terus berlanjut.
”Dari 2018 sampai 2020 terlihat bahwa peluang ekspor komoditas perikanan Kalsel cukup besar. Namun, yang diekspor secara langsung dari Kalsel baru 17-20 persen dari potensi yang ada. Selebihnya harus dikirim ke provinsi lain terlebih dahulu baru kemudian diekspor,” tuturnya.
Sokhib mengatakan, sebagian besar ekspor komoditas perikanan dari Kalsel masih tercatat di provinsi lain karena tak bisa dikirim langsung lewat bandara ataupun pelabuhan di Kalsel. ”Untuk itu, perlu sinergisitas dari berbagai pemangku kepentingan untuk mendorong ekspor langsung komoditas perikanan dari Kalsel,” ujarnya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kalsel Muhammad Fadheli mengatakan, belut yang diekspor perdana ini masih merupakan hasil tangkapan di perairan umum. Kegiatan budidaya belut belum familier di kalangan pembudidaya ikan di Kalsel.
”Jika permintaan belut dari China terus meningkat, kami juga mendorong para pembudidaya ikan untuk membudidayakan belut. Walaupun saat ini belum familier, bisa saja nanti menjadi sangat populer,” katanya.
Menurut Fadheli, pihaknya sudah berdiskusi dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta pemerintah daerah mengenai rencana kegiatan budidaya perikanan dalam rangka mendukung ekspor komoditas dan produk perikanan. ”Ke depan, kami pastikan akan tumbuh juga para pembudidaya belut di Kalsel,” ujarnya.
Jika permintaan belut dari China terus meningkat, kami juga mendorong para pembudidaya ikan untuk membudidayakan belut. (Muhammad Fadheli)
Beri kemudahan
Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani mengatakan, ekspor perikanan Kalsel berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi provinsi tersebut. Perikanan bisa menjadi masa depan untuk ekspor Kalsel sehingga tak melulu bergantung pada ekspor komoditas pertambangan. Peningkatan ekspor perikanan juga akan menggairahkan para nelayan dan pelaku usaha perikanan.
”Kami dari Dinas Perdagangan membuka seluas mungkin kesempatan kepada para eksportir serta memberi kemudahan dan kecepatan untuk layanan surat keterangan asal (SKA) sebagai kelengkapan dokumen ekspor. Pembuatan SKA dipastikan hanya dalam hitungan menit dan tetap dilayani di luar jam kerja,” katanya.
Menurut Birhasani, pihaknya bertekad untuk terus meningkatkan ekspor perikanan Kalsel. Tidak hanya belut, tetapi juga komoditas dan produk perikanan lainnya. ”Peningkatan ekspor berarti juga peningkatan perekonomian daerah dan nasional yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Pemimpin CV Tiga A, Gusti Faisal, mengatakan, harga belut di China bisa tiga kali lipat harga belut di Kalsel, yakni mencapai Rp 100.000 per kilogram. ”Selama ini belut dari Kalsel dikirim ke Jakarta. Pemain ekspornya dari Jakarta. Sekarang kami coba ambil alih agar belut bisa diekspor langsung dari Kalsel,” tuturnya.
Faisal memastikan masih siap memenuhi permintaan China karena hasil tangkap belut cukup melimpah, terlebih pada musim hujan. ”China memang minta 3 ton, tetapi kami tidak kirim sebanyak itu dulu karena perjalanannya butuh waktu sekitar 24 jam. Kalau kiriman pertama ini sampai tujuan tetap bagus, baru kami kirim lagi,” katanya.