Digelar secara Daring, Peserta Kontes Robot Indonesia Diminta Jaga Integritas
Di tengah pandemi Covid-19, Kontes Robot Indonesia 2020 digelar secara daring. Penilaian dilakukan melalui konferensi video. Tim peserta diminta menjaga integritas agar kompetisi berjalan secara jujur dan adil.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Di tengah pandemi Covid-19, Kontes Robot Indonesia 2020 digelar secara daring. Penilaian dilakukan melalui konferensi video. Tim peserta diminta menjaga integritas agar kompetisi rancang bangun dan rekayasa dalam bidang robotika itu berjalan jujur dan adil.
Kontes Robot Indonesia (KRI) 2020 tingkat nasional diikuti 150 tim dari 67 perguruan tinggi pada 16-24 November. Kegiatan ini terbagi dalam enam divisi, yaitu Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPI), Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Beroda, KRSBI Humanoid, Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI), Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI), dan Kontes Robot Tematik Indonesia (KRTMI).
Perlombaan tingkat regional untuk divisi KRPI, KRSBI Beroda, KRSBI Humanoid, dan KRSTI telah digelar pada Oktober lalu. Sementara peserta divisi KRAI dan KRTMI diseleksi dewan juri untuk langsung tampil di tingkat nasional.
Pusat Prestasi Nasional merupakan penyelenggara KRI 2020. Sementara Institut Teknologi Bandung (ITB) ditunjuk sebagai tuan rumah.
Setiap tim akan menampilkan performa robot di perguruan tinggi masing-masing. Tim juri tidak berada di lokasi, tetapi menilai lewat video yang ditayangkan secara real time.
”Tantangannya adalah bagaimana bisa menjamin kompetisi ini tetap penuh integritas. Kalaupun kita memasang proktor di mana-mana, pada akhirnya semua kembali pada integritas peserta,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Asep Sukmayadi dalam konferensi pers secara daring, Rabu (18/11/2020).
Setiap tim akan menampilkan performa robot di perguruan tinggi masing-masing. Tim juri tidak berada di lokasi, tetapi menilai lewat video yang ditayangkan secara real time
Sekretaris ITB Prof Widjaja Martokusumo mengatakan, KRI memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berinovasi dan mengkreasikan ide-idenya. Selain itu, juga mendorong mahasiswa tetap produktif berkarya pada pandemi Covid-19.
Widjaja menuturkan, tantangan KRI 2020 tidak hanya penyelenggaraan yang harus menerapkan protokol kesehatan, tetapi juga faktor keadilan dalam penggunaan teknologi dan infrastruktur dan berlomba tanpa kecurangan.
”Ini tantangan berat bagi panitia. Bentuk pertandingan dan penilaian juga dikondisikan dengan pelaksanaan kegiatan secara daring tanpa mengurangi faktor kompetitif dan daya tariknya,” ujarnya.
Ketua Dewan Juri KRI 2020 Prof Benyamin Kusumoputro mengatakan, untuk meminimalkan potensi kecurangan, pihaknya menempatkan beberapa kamera pemantau. Dalam lomba divisi KRPI, misalnya, dipasang lima kamera. Selain kamera utama, terdapat dua kamera di bagian atas dan dua kamera yang bergerak di sekitar arena perlombaan.
”Dengan demikian, kecurangan bisa dideteksi, tetapi kami yakin tidak ada mahasiswa yang berani melakukan kecurangan. Jika terjadi, akan ditindak tegas,” ucapnya.