Desa Wisata Sekitar TN Komodo dan Labuan Bajo Butuh Perhatian
Pelaku wisata di Nusa Tenggara Timur meminta pemerintah daerah aktif mempromosikan desa-desa wisata di Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur. Tujuannya, memberikan banyak pilihan bagi wisatawan yang datang.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
LABUAN BAJO, KOMPAS — Desa-desa wisata yang dekat dengan Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo di Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur butuh perhatian pemerintah. Hal itu bisa dilakukan dengan menggencarkan promosi wisata hingga mendorong perbaikan sarana dan prasarana umum di sekitarnya.
Ketua pelaksana harian Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Indonesia Manggarai Barat Donatus Matur saat dihubungi di Labuan Bajo, Rabu (18/11/2020), mengatakan, sudah ada 68 desa wisata dan 5 desa di antaranya dibentuk tahun ini. Semuanya, kata dia, bisa menjadi destinasi alternatif bagi wisatawan yang datang ke Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo.
”Tidak elok kalau TN Komodo dan Labuan Bajo ditata superpremium, tetapi desa-desa di sekitarnya tidak dibenahi. Kami berharap Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores-Lembata ikut mempromosikan kawasan wisata itu,” kata Donatus.
Ia mengatakan, setiap desa wisata di Manggarai Raya memiliki keunikan sendiri. Khusus Manggarai Barat, pemerintah daerah dan asosiasi perjalanan wisata setempat sepakat mendorong dan mempromosikan beragam atraksi budaya, keindahan alam, rumah adat, dan kuliner lokal. Di sana, hanya tarian caci yang sama antardesa. Di luar itu, masing-masing desa memiliki keragaman unik.
Kepala Bidang Usaha Kerja Sama dan Kelembagaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Manggarai Barat Ferdy Ben mengatakan, belasan desa bahkan masuk kategori desa wisata nasional, seperti Liang Ndara, Sano Lumbang, Golo Lujang, Batu Cermin, dan Pasir Panjang.
”Tahun ini, kami tengah menata lima desa baru, yakni Wontong, Pacar, Poco Ruteng, Watu Waja, dan Repi. Semuanya menyimpan keunikan tersendiri,” kata Ferdy.
Desa Wontong di Kecamatan Macang Pacar, misalnya, memiliki tiga gua alam, yakni Empo Sanga Satu, Empo Sanga Dua, dan Wae Bombang. Ada pula rumah adat Gendang Kampong dan Gendang Ngalo dengan perlengkapan gong, gendang, keris, dan peninggalan alat-alat bersejarah lainnya.
”Di sana sudah terbentuk juga Kelompok Sadar Wisata Empo Sanga. Kelompok ini mulai berpromosi melalui media sosial,” kata Ferdy.
Kekhasan lainnya ada di Desa Wisata Poco Ruteng di Kecamatan Lembor. Desa itu memiliki panorama sawah berbentuk sarang laba-laba dan rumah adat. Promosi wisata di sana disemarakkan dengan peran aktif masyarakatnya.
Ketua Pokdarwis Desa Repi di Kecamatan Lembor Selatan Margaretha Dina mengatakan, pihaknya memiliki pesona Pantai Repi. Pantai ini punya bentang pasir putih yang luas. Selain itu, ada juga sawah berbentuk sarang laba-laba di sepanjang jalan menuju Desa Gendang Pau.
Hasil pertaniannya pun bisa dipromosikan. Padi khas lahan kering yang disebut Raja bisa dijadikan kuliner khas. ”Memasaknya di dalam bambu yang dibumbui bawang, kunyit, sereh, hingga daun jeruk,” kata Dina.
Akan tetapi, tidak mudah menarik minat wisatawan. Saat ini, akses menuju Desa Repi sangat buruk. Layanan internet pun sangat terbatas. Dia berharap pemerintah mau meringankan beban itu dengan memperbaiki kualitas jalan menjadi lebih baik.