Rebana Metropolitan di Jawa Barat Butuh Kesiapan Tenaga Kerja Lokal Mumpuni
Pemerintah Provinsi Jawa Barat meluncurkan kawasan ekonomi baru Rebana Metropolitan. Pengembangan kawasan di tujuh kabupaten/kota ini butuh kesiapan tenaga kerja lokal yang mumpuni agar tidak hanya menjadi penonton.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Barat meluncurkan kawasan ekonomi baru Rebana Metropolitan, Senin (16/11/2020). Pengembangan kawasan di tujuh kabupaten/kota ini membutuhkan kesiapan tenaga kerja lokal yang mumpuni agar tidak sekadar menjadi penonton di rumah sendiri.
Ketujuh daerah itu adalah Kabupaten Cirebon, Subang, Majalengka, Indramayu, Kuningan, Sumedang, dan Kota Cirebon. Di kawasan seluas 43.913 hektar itu akan dibangun 13 kota baru dalam 10-30 tahun ke depan.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, dalam kurun waktu tersebut diproyeksikan tercipta sekitar lima juta lapangan kerja. Dia meminta kepala daerah di 13 kabupaten/kota tersebut menyiapkan sumber daya manusia untuk berkontribusi dalam pengembangan kawasan itu.
Kamil mendorong pembukaan sekolah menengah kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan sektor industri di Rebana, salah satunya bidang kemaritiman. ”Saya tidak mau masyarakat lokal hanya jadi penonton. Oleh sebab itu, SDM-nya harus dipersiapkan,” ujarnya dalam West Java Investment Summit (WJIS) 2020 di Kota Bandung.
Salah satu kota baru di Rebana adalah Subang Smartpolitan. Kawasan seluas 2.700 hektar ini dikembangkan oleh PT Suryacipta Swadaya.
”Dalam minggu ini akan dilakukan konstruksi di lapangan (Subang). Menandakan ekonomi sudah bergerak sehingga menjadi harapan bersama untuk pengembangan berikutnya,” ujarnya.
Rebana menjadi kawasan metropolitan ketiga di Jabar setelah Bodebek (Bogor, Depok, Bekasi) dan Bandung Raya. Konsepnya direncanakan tidak sebatas area pabrik, melainkan kota baru dengan dukungan berbagai fasilitas, seperti alun-alun, pusat perbelanjaan, dan permukiman.
Kamil mengatakan, pembangunan Rebana akan lebih terencana dibandingkan dengan dua kawasan metropolitan sebelumnya. Oleh sebab itu, diperlukan pemetaan tata ruang yang matang.
”Supaya seimbang antara kawasan yang dikembangkan menjadi kota baru dan lahan yang harus dipertahankan,” ujarnya.
Dukungan infrastruktur sangat penting untuk merealisasikan investasi. Namun, juga diperlukan regulasi yang mempermudah pelaksanaan proyek pembangunan.
Rebana didukung berbagai infrastruktur, di antaranya Pelabuhan Patimban di Subang, Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Majalengka, dan jalan tol. Pemprov Jabar berencana membentuk badan otorita untuk mengelola kawasan ini.
Menurut Kamil, Rebana Metropolitan telah menjadi atensi pemerintah pusat. Berbagai proyek infrastruktur sedang dan direncanakan dibangun, seperti Pelabuhan Patimban Tahap II, Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), tol akses Patimban, tol Kertajati, dan Sistem Penyediaan Air Minum Jatigede.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Jabar Herawanto mengatakan, dukungan infrastruktur sangat penting untuk merealisasikan investasi. Namun, juga diperlukan regulasi yang mempermudah pelaksanaan proyek pembangunan.
”Realisasi investasi yang cepat akan meningkatkan konsumsi rumah tangga. Anjloknya konsumsi rumah tangga saat pandemi Covid-19 membuat pertumbuhan ekonomi Jabar minus. Ketika proyek investasi ini berjalan, harapannya pertumbuhan ekonomi bisa menuju positif,” ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi Jabar minus dalam dua triwulan berturut-turut pada 2020. Pada triwulan II minus 5,98 persen dan triwulan III minus 4,08 persen.
700 investor
WJIS 2020 diikuti sekitar 700 investor melalui telekonferensi. Total nilai proyek yang diregistrasi sekitar Rp 360 triliun. Sementara investasi yang ditandatangani langsung di tempat senilai Rp 32 triliun.
”Selanjutnya diadakan one on one meeting antara investor dan pemilik lahan serta yang punya potensi ekonomi,” ujar Kamil.
WJIS berlangsung selama empat hari pada 16-19 November. Terdapat delapan kegiatan utama, yaitu peluncuran Rebana Metropolitan, pengumuman proyek, pertemuan one on one dengan investor, dan high level session. Selain itu, ada seminar daring perdagangan dan pariwisata, gelar wicara investasi, peletakan batu pertama Subang Smartpolitan, serta kunjungan proyek.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia yang hadir melalui telekonferensi mengatakan, Jabar masih menjadi tujuan favorit investor. Dalam tiga tahun terakhir, realisasi investasi Jabar menjadi yang tertinggi di Indonesia.
”Hingga triwulan III-2020 atau periode Januari-September, realisasi investasi di Jabar sebesar Rp 86,3 triliun. Jumlah itu akumulasi PMA (penanaman modal asing) dan PMDN (penanaman modal dalam negeri),” ujarnya.