Protokol Kesehatan Diperketat di Pengungsian Balerante
Protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 mulai diterapkan secara ketat di posko pengungsian prabencana erupsi Merapi di Desa Balerante, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Oleh
Mohamad Final Daeng
·3 menit baca
KLATEN, KOMPAS — Protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 mulai diterapkan secara ketat di posko pengungsian prabencana erupsi Merapi di Desa Balerante, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Hal ini penting mengingat mayoritas pengungsi saat ini adalah warga kelompok rentan yang lebih berisiko tinggi jika tertular Covid-19.
Dari pantauan, Minggu (15/11/2020), protokol kesehatan diberlakukan sejak orang hendak memasuki kompleks Balai Desa Balerante. Balai desa itu selama seminggu terakhir menjadi posko pengungsian untuk empat dusun yang masuk zona bahaya erupsi di Balerante, yakni Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang, dan Sukorejo.
Dua personel Brimob berjaga di gerbang balai desa dan meminta setiap pengunjung mencuci tangan terlebih dulu, kemudian dicek suhu tubuhnya sebelum memasuki pengungsian. Pengunjung juga diwajibkan memakai masker.
Di barak pengungsian, bilik-bilik dari papan tripleks tebal juga sudah menyekat para pengungsi. Setiap bilik diisi oleh satu keluarga. Sebelumnya, para pengungsi tak disekat di aula besar balai desa itu meski posisi tidur diberi jarak satu sama lain.
Koordinator Posko Evakuasi Balerante Jainu mengatakan, protokol pencegahan Covid-19 secara ketat mulai diterapkan pada Sabtu (14/11/2020). Saat ini terdapat 272 jiwa dari empat dusun rawan bahaya yang telah mengungsi ke balai desa. Total penduduk di keempat dusun itu adalah 509 jiwa.
”Kami juga mengingatkan kepada pengungsi untuk selalu memakai masker. Kalau ada yang tidak pakai, kami akan tanyakan lebih dulu apakah punya masker atau tidak. Kalau tidak, akan kami berikan masker,” ujarnya. Belum semua pengungsi sadar untuk selalu mengenakan masker, terutama warga lanjut usia.
Selain itu, untuk mencegah Covid-19, pada Jumat (13/11/2020) petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten juga menggelar tes usap PCR secara sampling bagi 25 orang di posko pengungsian Balerante. Mereka yang dites adalah sukarelawan dan sebagian pengungsi. ”Namun, hasilnya belum keluar,” kata Jainu.
Sukarelawan Posko Kesehatan Balerante Nuryanti mengatakan, pengunjung yang suhu tubuhnya lebih dari 37 derajat celsius tak diperbolehkan masuk kompleks pengungsian. Hal ini untuk mencegah potensi penyebaran Covid-19.
Adapun untuk kesehatan para pengungsi, sukarelawan kesehatan kerap melakukan pengecekan tekanan darah mereka. Sejauh ini, Nuryanti mengatakan, sebagian besar pengungsi dalam keadaan sehat. ”Ada sejumlah keluhan kesehatan, tetapi sifatnya ringan, seperti tensi tinggi, pusing, dan gatal-gatal,” katanya.
Jika ada pengungsi yang mengalami kondisi kesehatan serius, termasuk kemungkinan gejala Covid-19, Nuryanti mengatakan, protokolnya adalah segera dibawa ke Puskesmas Kemalang untuk diperiksa lebih lanjut.
Harini (35), pengungsi dari Dusun Gondang, senang dengan diperketatnya protokol kesehatan. Pembuatan bilik untuk menyekat ruang antarpengungsi membuatnya merasa aman dan nyaman. ”Jadi, tidak khawatir Covid juga,” kata ibu yang mengungsi dengan orangtua dan dua anaknya itu.
Keempat dusun yang berada dalam radius bahaya erupsi Merapi di Balerante memiliki pengalaman buruk saat erupsi pada 2010 lalu. Kala itu, banyak rumah penduduk yang hancur di dusun-dusun tersebut akibat terkena awan panas dan material erupsi Merapi.