Seekor dugong dengan panjang 130 sentimeter ditemukan warga Wawonii, Sultra. Tim BKSDA Sultra mengevakuasi hewan langka ini untuk dirawat sebelum dilepasliarkan. Keberadaan hewan ini sering terganggu aktivitas manusia.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
BKSDA SULTRA
Tim BKSDA Sultra mengevakuasi seekor dugong yang ditemukan warga Wawonii, Sultra, Senin (16/11/2020). Hewan langka dengan kategori apendiks satu ini perlu terus dijaga agar menjaga populasi yang selalu terancam.
KENDARI, KOMPAS — Seekor duyung atau dugong (Dugong dugon) yang ditemukan warga Wawonii, Sulawesi Tenggara, diselamatkan tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Hewan langka tersebut akan dirawat terlebih dahulu sebelum dilepasliarkan.
Hewan yang termasuk dalam kategori apendiks satu ini ditemukan oleh seorang warga Wawonii Tenggara, akhir pekan lalu. Syawaluddin (52) menemukan hewan ini saat perjalanan pulang sehabis memancing.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Sultra Lao Ode Kaida menyampaikan, dugong tersebut mengikuti perahu yang digunakan Syawal saat menuju pulang. Syawal lalu berusaha membawa hewan jinak tersebut ke tengah laut, tetapi terus ikut saat Syawal kembali pulang.
”Sepertinya dugong itu terpisah dari induknya sehingga mengikuti warga. Dugong itu lalu dirawat di tepi pantai, tetapi sayangnya dengan ekor yang diikat,” ucap Kaida di Kendari, Sultra, Senin (16/11/2020).
Setelah mendapat laporan warga, tutur Kaida, tim lalu turun dan melakukan pemantauan. Dari hasil observasi, dugong ini diperkirakan berumur empat bulan dengan bobot sekitar 50 kilogram. Pada tubuh hewan ini ditemukan beberapa luka di perut dan di bagian ekor.
Sepertinya dugong itu terpisah dari induknya sehingga mengikuti warga. Dugong itu lalu dirawat di tepi pantai, tetapi sayangnya dengan ekor yang diikat. (Lao Ode Kaida)
Tim lalu berkomunikasi alot dengan warga karena warga berharap bisa merawat hewan tersebut. Meski demikian, setelah dijelaskan bahwa hewan ini dilindungi oleh undang-undang, dugong tersebut diserahkan kepada BKSDA Sultra.
Dugong itu lalu dibawa ke Konawe Selatan untuk dirawat di sebuah keramba yang telah disiapkan. Perawatan dilakukan untuk memastikan luka di tubuh hewan ini benar-benar sembuh dan siap untuk kembali ke laut lepas.
Dugong tersebut diketahui berjenis kelamin betina dengan panjang 130 sentimeter dan bobot lebih kurang 50 kilogram. Saat dievakuasi terdapat luka dan sayatan serta beberapa garis bekas luka. Pada bagian punggung, luka serius terdapat pada sirip ekor dan bagian perut.
BKSDA SULTRA
Tim BKSDA Sultra mengevakuasi seekor dugong yang ditemukan warga Wawonii, Sultra, Senin (16/11/2020). Hewan langka dengan kategori apendiks satu ini perlu terus dijaga agar menjaga populasi yang selalu terancam.
”Kami menghubungi dokter hewan untuk merawat dan nanti (dugong) akan dilepasliarkan di Teluk Lasolo setelah benar-benar sembuh. Memang perairan Buton dan wilayah sekitar Sultra menjadi habitat dugong. Meski demikian, beberapa kali hewan ini muncul atau terganggu karena aktivitas manusia,” ujarnya.
Kemunculan hewan ini beberapa kali terjadi di wilayah Sultra. Pada 2018, seekor dugong terjerat jaring warga di wilayah Konawe Utara. Warga yang awam dengan status hewan ini lalu menyembelih dan menyantap dugong yang ditemukan tersebut. Hewan ini diyakini memberi khasiat untuk kesehatan.
Dugong atau duyung secara alami merupakan hewan pemalu. Sifat gemar bersembunyi menyelamatkan mereka dari pemangsa, baik ikan hiu maupun manusia. Namun, manusia punya beragam cara berburu duyung demi gigi dan air mata mereka yang dianggap punya kekuatan magis. Bahkan, pada 2017, laman Facebook Dugong and Seagrass Conservation Project menampilkan foto daging duyung dijual di pasar ikan di Belitung (Kompas, 25/3/2017).
Pemerintah pusat telah berkomitmen untuk meningkatkan populasi dugong di Indonesia. Hewan ini menjadi satu dari 20 spesies prioritas yang harus ditingkatkan populasinya. Meski demikian, berbagai kasus yang mengancam keberadaan hewan ini terus terjadi.
Populasi dugong di Indonesia juga masih minim. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2016, populasi dugong di Indonesia sekitar 1.000 ekor.
BKSDA SULTRA
Tim BKSDA Sultra mengevakuasi seekor dugong yang ditemukan warga Wawonii, Sultra, Senin (16/11/2020). Hewan langka dengan kategori apendiks satu ini perlu terus dijaga agar menjaga populasi yang selalu terancam.
Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Sekar Mira, mengatakan, Indonesia hanya punya dugong dari dua ordo Sirenia. Di luar negeri terdapat manatee (Trichechus manatus) yang berukuran lebih besar dan berekor bulat seperti kipas tangan.
”Dugong ini sangat spesial sehingga bisa merupakan flagship konservasi mamalia laut di Indonesia,” katanya.
Dugong merupakan mamalia laut pendiam, sangat berbeda dengan kerabat lainnya, seperti pesut mahakam, lumba-lumba, dan paus yang kerap beratraksi melompat di udara. ”Mungkin saking pendiamnya, sampai tak banyak yang peduli,” katanya (Kompas, 15/3/2016).