Kesadaran Protokol Kesehatan Warga Bandung Menurun, Relaksasi Dievaluasi
Tingkat kepatuhan protokol kesehatan di Kota Bandung dinilai menurun jika dibandingkan awal adaptasi kebiasaan baru. Penegasan aturan sangat dibutuhkan mengingat tingkat keterisian RS di Bandung mencapai 87,36 persen.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kesadaran protokol kesehatan di Kota Bandung dinilai menurun sehingga berpotensi mempercepat persebaran Covid-19. Pengawasan maksimal dari petugas diperlukan karena tren peningkatan kasus Covid-19 melonjak dalam tiga bulan terakhir.
Kecenderungan warga tidak menerapkan protokol kesehatan ketat terlihat di beberapa titik keramaian Kota Bandung, salah satunya di Jalan Asia Afrika, Minggu (15/11/2020). Di ruas jalan yang kerap dikunjungi wisatawan ini, sebagian warga menggunakan masker, tetapi tidak menutupi hidung dan mulut.
Bahkan, beberapa warga tidak menggunakan masker selama berkegiatan. Mereka bercengkerama dan berfoto di beberapa titik, seperti di depan Museum Asia Afrika dan Bioskop Majestic Bandung. Rina (24), warga Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung, saat ditemui di Jalan Asia Afrika, berujar ia selalu menyediakan cairan pembersih tangan dan masker saat bepergian.
Selain itu, dia menghindari bersinggungan dengan orang-orang saat berpapasan dan hanya bergerak dalam kelompok kecil. ”Kadang sesak kalau menggunakan masker. Makanya sesekali saya membukanya. Tetapi, kalau melewati tempat ramai, saya selalu tutup,” ujarnya.
Kecenderungan warga untuk melonggarkan protokol kesehatan di tempat umum ini berpotensi meningkatkan persebaran pandemi Covid-19 di Kota Bandung. Wali Kota Bandung Oded M Danial mengatakan, kecenderungan menurunnya kedisiplinan warga tercatat dalam aplikasi pengawasan yang dimiliki pemkot.
”Perkembangan Covid-19 di Kota Bandung saya garis bawahi karena degradasi kedisiplinan. Hingga 12 November 2020, terpantau kepatuhan warga mengalami penurunan sebesar 8,24 persen dari awal adaptasi kebiasaan baru,” tuturnya. Bentuk kepatuhan tersebut adalah penerapan penggunaan masker dan kerumunan di tempat umum.
Oded berujar, kondisi ini dinilai mengkhawatirkan karena tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit Kota Bandung terbilang tinggi. Pemkot Bandung mencatat, tingkat keterisian tempat tidur ini mencapai 87,36 persen atau 613 unit dari total 704 tempat tidur.
Perkembangan Covid-19 di Kota Bandung karena degradasi kedisiplinan. Hingga 12 November 2020, terpantau kepatuhan warga mengalami penurunan sebesar 8,24 persen dari awal adaptasi kebiasaan baru.
Bahkan, jika dilihat dari tren kasus Covid-19 di Kota Bandung, peningkatan cukup signifikan terlihat dalam peningkatan kasus dalam tiga bulan terakhir. Berdasarkan data yang dihimpun Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar), total kasus terkonfirmasi di Kota Bandung mencapai 3.056 pasien pada Sabtu (14/11/2020).
Padahal, catatan kasus positif pada akhir Agustus 2020 belum menyentuh 1.000 pasien. Artinya, dua pertiga dari total pasien positif di Kota Bandung tercatat dalam tiga bulan terakhir. Hal ini berbeda dibandingkan dengan enam bulan awal pandemi yang hanya mencatat sepertiga dari total kasus.
Evaluasi relaksasi
Oded pun berencana mengevaluasi kembali relaksasi ekonomi meskipun belum ada temuan kasus dari dampak tersebut. Karena itu, dia mengerahkan organisasi perangkat daerah untuk mengevaluasi sejumlah relaksasi yang digulirkan selama adaptasi kebiasaan baru.
”Saya ingatkan pandemi Covid-19 belum berakhir. Memang kelihatannya masyarakat sudah jenuh. Padahal, angka menunjukkan ada pergerakan. Ini menjadi persoalan. Karena itu, kami menginstruksikan penegakan sanksi pelanggaran AKB (adaptasi kebiasaan baru) menjadi lebih gencar, ” ujarnya.
Menurut Oded, pihaknya berupaya meminimalkan persebaran pandemi dengan melakukan pemeriksaan masif bagi warga Bandung. Dia berujar, pemeriksaan usap di Kota Bandung mencapai 1,37 persen dari total penduduk atau sebanyak 41.202 orang. Hal ini mengacu pada standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 1 persen dari total penduduk.