Kejutan Lahir dalam Elite Race Borobudur Marathon 2020
Betmen menorehkan catatan waktu 2 jam 42 menit 25 detik, sedangkan Pretty meraih catatan waktu 3 jam 11 menit 51 detik. Total ada delapan putra dan empat putri yang mendapat medali dan hadiah.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA/ADRIAN FAJRIANSYAH/REGINA RUKMORINI
·5 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Elite Race Borobudur Marathon 2020 di kompleks Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (15/11/2020), rampung digelar. Kejutan terjadi setelah Betmen Manurung menjadi yang tercepat pada kategori putra dan Pretty Sihite menjadi yang terbaik pada kategori putri.
Betmen, asal Pematang Siantar, Sumatera Utara, dan bertugas sebagai prajurit TNI di Bogor, Jawa Barat, menorehkan catatan waktu 2 jam 42 menit 25 detik. Di tempat kedua ada Suwandi dengan 2 jam 43 menit 43 detik, sedangkan posisi ketiga ditempati Hamdan Sayuti dengan 2 jam 45 menit 15 detik.
Berikutnya ada Eldak Kafolamau (2 jam 47 menit 17 detik), Imam Mahdin (2 jam 49 menit 2 detik), Asma Bara (2 jam 50 menit 13 detik), Nugroho (2 jam 51 menit 21 detik), dan Nurshodiq (2 jam 54 menit 07 detik). Mereka merupakan delapan dari total 17 peserta putra.
Pada kategori putri, Pretty, asal Barus, Sumatera Utara, menorehkan catatan waktu 3 jam 11 menit 51 detik. Kemudian disusul Irma Handayani (3 jam 12 menit 33 detik), Oliva Sadi (3 jam 31 menit), dan Sharfina Sheila Rosada (3 jam 38 menit 35 detik) pada posisi kedua hingga keempat. Mereka empat dari total sembilan pelari putri yang berpartisipasi pada Elite Race Borobudur Marathon 2020.
Juara pertama setiap kategori mendapat medali dan hadiah Rp 40 juta. Adapun berturut-turut juara kedua dan ketiga mendapat Rp 30 juta dan Rp 20 juta. Pelaksanaan ajang lari ini menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 sangat ketat, mulai dari persiapan hingga selesai acara.
Hasil Borobudur Marathon kategori elite yang digelar pada masa pandemi dengan protokol kesehatan sangat ketat tahun ini di luar dugaan. Pada kategori putra, awalnya, juara bertahan Borobudur Marathon 2019, Asma Bara, diunggulkan memenangi lomba. Ia juga menempati posisi start paling depan.
Namun, sejak awal lomba, Bara selalu tercecer di barisan belakang dari 17 pelari putra. Hingga akhirnya ia mampu mengejar dan menduduki peringkat keenam.
Hasil Borobudur Marathon kategori elite yang digelar di masa pandemi dengan protokol kesehatan sangat ketat tahun ini di luar dugaan.
Sabar
Sementara sang juara, Betmen, menuturkan, raihan catatan waktu yang dia dapat pada Borobudur Marathon kali ini cukup membanggakan. Ia berhasil menyamai catatan waktu terbaiknya. Padahal, ia menambahkan, intensitas latihan menurun sejak pandemi Covid-19. Di samping itu, belakangan ia juga sibuk menjalani tugas kedinasan di satuannya, Yonarmed 10 di Bogor. Oleh karena itu, ia hanya menargetkan finis dengan sehat.
”Dengan latihan yang terbatas ternyata bisa menang. Saya bersyukur. Salah satu kuncinya adalah sabar karena lari 12 putaran lumayan jenuh. Saya sabar sampai akhir agar bisa selesaikan lomba,” katanya.
Kejutan juga terjadi di kategori putri. Sebab, Pretty, sang juara, baru pertama kali turun dalam nomor maraton penuh. Ia mengatakan, selama ini dia lebih banyak berlari di nomor 1.500 meter, 5.000 meter, dan 10.000 meter serta lari halang rintang 3.000 meter. Borobudur Marathon 2020 merupakan pengalaman pertama Pretty berlari di lomba berjarak 42,195 kilometer itu. Atas dasar itu, dia tidak berani memasang target tinggi dalam kejuaraan kali ini.
Sejak awal lomba, Pretty lebih banyak berlari dengan tempo sedang. Bahkan, dirinya baru bisa masuk ke urutan depan pada putaran kedelapan dan berada di dua besar pada putaran kesembilan. Di putaran akhir, dirinya baru berani salip-salipan dengan pelari senior Irma Handayani
”Saya sadar diri bahwa saya tidak pengalaman di nomor maraton. Jadi, saya lebih banyak sabar saja dari awal sampai akhir. Lalu, mungkin karena latihan saya tidak pernah putus walau pandemi, fisik saya lebih siap ketika harus bersaing di akhir-akhir lomba dengan Kak Irma,” kata pelari peraih perunggu halang rintang putri 3.000 meter SEA Games 2019 Filipina itu.
Sementara itu, pelari asal Sijunjung, Sumatera Barat, Hamdan Syafrik Sayuti (33), mengatakan, kunci keberhasilannya menjadi pemenang ketiga karena sabar dan sadar diri dengan kemampuan. Karena paham tidak latihan optimal dan tidak pernah ikut kejuaraan selama pandemi, dirinya tidak pasang target tinggi dalam kejuaraan kali ini.
Bahkan, sepanjang perlombaan, Hamdan lebih banyak berada di baris belakang. Hingga putaran ke-10 lomba, dia masih berada di urutan belasan. Namun, memasuki dua putaran akhir, dirinya baru mencoba merangsek ke depan.
Kesabarannya membuahkan hasil. Pelari lain yang sudah memacu diri sejak awal lomba dan sempat di baris depan justru bertumbangan memasuki dua putaran akhir. Tak pelak, Hamdan yang terus sabar secara bertahap bisa menyodok ke tiga besar dan akhirnya finis ketiga.
”Sejak dapat undangan ikut Borobudur Marathon 2020 ini, saya memang tidak berani pasang target tinggi. Sebab, persiapan hanya satu bulan. Kalau terlalu berani, itu sama saja bunuh diri. Makanya, saya lebih banyak sabar menunggu pelari lain tumbang.
”Beruntungnya, sejumlah pelari tidak paham dengan kondisi diri sehingga bertumbangan setelah terlalu ngegas sehabis start,” ujar mantan pelari pelatnas PB PASI tersebut.
Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo mengatakan, Borobudur Marathon 2020 menjadi percontohan dan pembuktian bahwa di masa pandemi, semua masih bergerak dengan protokol kesehatan ketat. Hal itu dilakukan sebagai adaptasi terhadap keadaan.
Tahun depan, hal serupa, yakni lomba dengan adaptasi kebiasaan baru, juga dapat dilakukan. ”Dipertimbangkan (tetap) dilakukan dalam bentuk virtual dan langsung di Borobudur atau mungkin dalam dua hari dengan target peserta lebih banyak. Masih ada mimpi tahun depan peserta akan lebih banyak,” katanya.