Energi Surya Lebih Ideal untuk Mengurangi Penggunaan Energi Fosil di Indonesia
Pembangkit listrik tenaga surya diharapkan bisa menggantikan pembangkit yang menggunakan energi fosil. Bauran energi surya secara nasional saat ini baru 200 megawatt, masih jauh dari target 6.500 megawatt pada 2025.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Pembangkit listrik tenaga surya dinilai lebih ideal dalam pembangkit yang menggunakan energi fosil di Indonesia. Bauran energi surya secara nasional saat ini baru 200 megawatt, masih jauh dari target 6.500 megawatt pada 2025. Pemanfaatan energi surya juga diharapkan bisa meningkatkan bauran energi baru terbarukan secara keseluruhan.
”Potensi energi surya di Indonesia sangat besar terutama dengan memanfaatkan ruang atap rumah dan atap perkantoran,” kata Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia Andhika Prastawa dalam seminar daring bertema ”Membuka Pasar Surya Atap di Sumatera Utara”, Jumat (13/11/2020).
Tersambung dalam seminar itu antara lain Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sumut Parlindungan Purba, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Harris Yahya, serta General Manager PT Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Wilayah Sumut M Irwansyah Putra.
Andhika mengatakan, pemerintah menargetkan bauran energi baru terbarukan (EBT) secara nasional sebesar 23 persen pada 2025. ”Yang paling besar potensinya untuk meningkatkan bauran EBT secara nasional adalah energi surya mengingat pembangunannya yang lebih cepat dan ketersediaan energi yang melimpah di seluruh wilayah Indonesia,” lanjutnya.
Andhika menyebutkan, potensi pasar energi surya kini terus meningkat seiring dengan minat publik yang semakin tinggi sejak Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap dikampanyekan pemerintah pada 2017. Kebijakan energi nasional juga semakin berpihak pada pengembangan EBT.
Pada Oktober 2020, pelanggan PLN yang menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap sudah mencapai 2.556 pelanggan dengan total daya 18,2 megawatt. Jumlah tersebut meningkat pesat dibandingkan tahun 2017 yang masih 268 pelanggan.
Fabby Tumiwa mengatakan, potensi yang paling besar untuk dikembangkan saat ini adalah PLTS atap, khususnya atap rumah. Energi surya di seluruh wilayah Indonesia pun sangat melimpah dengan potensi 1.200 sampai 1.500 kilowatt jam (kWh) per meter persegi per tahun.
Menurut perhitungan IESR, potensi PLTS atap di seluruh Indonesia mencapai 655 gigawatt hanya dari atap rumah. Potensi PLTS di lahan pun diperkirakan mencapai 9.000 gigawatt. ”Kalau melihat potensi ini, Indonesia seharusnya bisa memenuhi kebutuhan energi dari tenaga surya saja,” ucap Fabby.
Parlindungan Purba mengatakan, peningkatan bauran EBT akan membuat minat investasi di Sumut semakin tinggi. Ketersediaan EBT kini menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan investor. ”Energi hijau itu sudah seperti gaya hidup bagi industri,” ujarnya.
Harris menuturkan, permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan energi surya adalah harganya yang mahal dan adanya intermiten (tidak tersedia selama 24 jam). ”Namun, permasalahan itu sudah bisa diatasi dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini,” lanjutnya.
Haris mengatakan, pemerintah menargetkan agar sebagian pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) bisa digantikan PLTS. Saat ini, jumlah PLTD di seluruh Indonesia lebih dari 5.000 unit dengan daya 2.600 megawatt. Transisi energi itu pun diharapkan bisa mengurangi penggunaan energi fosil dan meningkatkan penggunaan energi yang lebih bersih.
Ia menambahkan, dari segi kebijakan, pemerintah juga terus mendukung peningkatan bauran EBT di Indonesia. Saat ini pun sedang disiapkan Rancangan Peraturan Presiden tentang EBT. Aturan itu, antara lain, akan memberi kemudahan dan insentif untuk investasi pembangunan PLTS. ”Salah satu kemudahannya adalah percepatan pengembalian investasi. Pembangunan PLTS di bawah 5 megawatt juga dilakukan dengan penunjukan langsung,” ucapnya.
Irwansyah mengatakan, bauran EBT di Sumut sudah cukup besar, yakni 41,5 persen. PLN sendiri baru mempunyai dua pelanggan yang menggunakan PLTS atap di Sumut.
”Ke depan, kami akan mengembangkan PLTS mengingat potensinya yang sangat besar di Sumut,” katanya.