Simpul Ekonomi Baru Utara-Selatan Berporos di Borobudur
Candi Borobudur telah menjadi magnet pembangunan di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Seiring pembangunan prasarana pendukung, diyakini tercipta koridor ekonomi utara-selatan berporos di Borobudur.
Oleh
HARIS FIRDAUS/REGINA RUKMORINI/GREGORIUS M FINESSO
·4 menit baca
Mualif (26) tak kecewa membuka usaha jasa wisata tempat outbond dan kemah di tepi Sungai Tinalah, tak jauh dari Jalan Nanggulan-Mendut, pada Oktober 2019. Walau sepi sejak disapu pandemi Covid-19, dia justru membuka usaha tambahan kedai kopi, meyakini tempat wisatanya makin ramai begitu pandemi usai.
“Waktu dulu membuka tempat ini, kami ingin menangkap peluang setelah berdirinya Bandara Internasional Yogyakarta. Jalur ini kan jadi penghubung bandara menuju Borobudur,” kata Mualif, pengelola Onokaline River Park, Rabu (4/11/2020).
Onokaline River Park berlokasi di Dusun Semaken, Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo. Tempat itu tak jauh dari Jalan Nanggulan-Mendut yang merupakan jalur penghubung Bandara Internasional Yogyakarta (BIY) dan Candi Borobudur.
Jalur itu mulai ramai satu hingga dua tahun belakangan. Obyek wisata, rumah makan, dan kedai kopi mulai tumbuh. Mualif menyebut, selama beberapa bulan awal, Onokaline River Park cukup ramai. Banyak rombongan datang. Namun, pandemi memukul usaha itu hingga mesti tutup.
Masih meyakini potensi ekonomi di jalur tersebut, Mualif dan pengelola Onokaline River Park lain memutuskan membuka kedai kopi di dekat lokasi outbond sejak Agustus 2020. Mereka berharap, kedai kopi akan jadi alternatif jujugan pelancong.
Jalur penghubung BIY ke Candi Borobudur melalui Kulon Progo sepanjang sekitar 60 kilometer (km). Jalur ini melintasi sejumlah wilayah Kulon Progo, seperti Wates, Sentolo, Nanggulan, Dekso, dan Klangon. Sebagian jalur melalui wilayah perbukitan dengan pemandangan indah.
Potensi itu pula yang dilirik Biwara (57). Bersama beberapa saudaranya, dia mendirikan Warung Soto Kemepyar dan Kedai Kopi Mbok Kasiyah di Dusun Ngrojo, Desa Kembang, Kecamatan Nanggulan, Kulon Progo. Rumah makan yang buka sejak Oktober 2019 itu persis di pinggir jalur penghubung BIY-Candi Borobudur.
“Tempat ini dulunya rumah peninggalan orangtua. Tahun lalu, kami putuskan untuk dibuat warung makan saja. Kami ingin njagani (mengantisipasi) kalau wilayah ini jadi ramai setelah bandara beroperasi,” ujar Biwara.
Meski begitu, Biwara mengakui, belum banyak wisatawan dari BIY singgah di rumah makannya. Namun, itu dimaklumi karena jumlah penumpang di BIY belum optimal akibat pandemi Covid-19. Apalagi BIY baru beroperasi penuh 29 Maret 2020. Namun, setelah pandemi terkendali, bandara itu diharapkan bisa mendongkrak perekonomian wilayah sekitarnya, termasuk daerah-daerah di sekitar jalur penghubung BIY-Candi Borobudur.
Jika BIY menjadi jalur penghubung dari wilayah selatan, dari sisi sebaliknya, pembangunan jalan tol Bawen-Magelang-Yogyakarta sepanjang 75 kilometer akan menghubungkan urat nadi pantura ke Borobudur. Jalur dengan investasi Rp 17 triliun ini termasuk ruas prioritas yang rencananya memulai tahap konstruksi akhir 2020. Jalur ini akan terhubung dengan Tol Trans Jawa yang menyambungkan Jakarta dan Surabaya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, akan mempercepat progres pembangunan tol tersebut. Sebab, jalur ini dinilai akan semakin membuka potensi wisata Borobudur melalui jalur pantura.
Ruang ekonomi baru pun diprediksi tumbuh di wilayah Bawen, Kabupaten Semarang. Selain industri, satu per satu tempat wisata mulai menyemarakkan wilayah yang berada di antara Kota Salatiga dan Ungaran tersebut. Sebut saja, wahana permainan Saloka di Tuntang, Dusun Semilir, Cimory, Eling Bening, hingga Kampoeng Kopi Banaran.
Tio Handoko, Direktur PTPN IX, selaku induk perusahaan Kampoeng Kopi Banaran, meyakini pembangunan tol Bawen-Magelang-Yogyakarta membuat posisi Bawen sangat strategis. Untuk itu, pihaknya serius mengembangkan Kampoeng Kopi Banaran menggandeng pihak swasta yakni PT Dyandra Promosindo.
Selain industri, satu per satu tempat wisata mulai menyemarakkan Bawen, yang berada di antara Kota Salatiga dan Ungaran tersebut.
Sugiyono (53), warga Desa Asinan, Kecamatan Bawen mengakui, banyak tanah di sekitar Bawen mulai diincar investor. Bahkan, kebun-kebun sempit milik warga yang terletak hingga 500 meter dari jalan raya, sudah ditawar dengan harga hingga Rp 1,2 juta per meter persegi.
“Karena pandemi ini saja, yang tanya-tanya tanah relatif sepi. Sebelumnya, hampir tiap minggu ada saja orang Jakarta atau Semarang yang berburu tanah di daerah Bawen,” tuturnya.
Jalur tol Bawen-Magelang-Yogyakarta ini, rencananya akan memiliki pintu keluar langsung menuju kawasan Candi Borobudur di Palbapang, Kabupaten Magelang. Rencana itu mulai mendorong warga mendirikan usaha di sepanjang jalur Palbapang-Borobudur.
Salah satunya Rumah Makan Soto Kopi di Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, yang baru dibuka tiga bulan lalu. Manager Rumah Makan Soto Kopi, Dimas Adnan Widodo, mengatakan, usahanya hanya sepi pada dua bulan pertama. “Menginjak bulan ketiga, rata-rata pembeli 200-300 orang per hari. Pada akhir pekan bahkan mencapai 1.000 orang per hari,” tuturnya.
Ia meyakini usaha rumah makannya itu prospektif. Dimas pun berkolaborasi dengan para pelaku wisata di kawasan Borobudur dengan membuka penyewaan sepeda serta menyiapkan lahan khusus bagi lapak-lapak pelaku UMKM.
Sebagai destinasi super prioritas, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serius mempercantik Borobudur. berit, misalnya tengah membangun empat gerbang utama masuk KSPN Borobudur. Gerbang Klangon di Kulon Progo, Gerbang Blondo pintu masuk dari arah Semarang, Gerbang Palbapang sebagai pintu masuk dari arah Yogyakarta, dan Gerbang Kembanglimus untuk pintu masuk dari arah Purworejo. Di sekitar empat gerbang identitas, akan dibangun area rehat sekaligus pusat kuliner dan toko suvenir, etalase potensi unggulan desa-desa di kawasan Borobudur.
Berbagai kegiatan, termasuk Borobudur Marathon 2020 powered by Bank Jateng juga menjadi bukti, kawasan ini jadi salah satu kiblat penyelenggaraan perhelatan bertaraf internasional. Meski digelar tak semeriah biasanya mengikuti protokol kesehatan di masa pandemi, Borobudur terus membuka ruang-ruang ekonomi baru di Jateng dan DIY.