Janji Anak Lebih Baik dari Orangtua
Daniel Mutaqien Syafiuddin adalah anak pasangan suami-istri mantan bupati Indramayu. Ia tidak ingin terbebani sejarah bila memimpin Indramayu. Bagi dia, anak harus lebih baik ketimbang orangtua.
Tulisan ini adalah tiga dari empat kisah para calon bupati Indramayu 2020-2025. Setiap hari akan dituliskan seorang calon bupati berdasarkan nomor urut.
Segala daya upaya sudah dikerahkan Daryati (49) agar anak-anaknya sukses. Namun, apa daya, keturunannya seakan mengikuti jejaknya, putus sekolah dan jadi nelayan. Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, diharapkan mengubah nasib anak mudanya.
Di muara Karangsong, Senin (26/10/2020), Daryati sibuk menyiapkan perbekalan melaut. Tangannya menghitam akibat oli mesin kapal. Anak sulungnya ikut mengangkut es dan umpan ikan, sedangkan anak bungsunya yang baru taman kanak-kanak asyik bermain di kapal.
Sebenarnya, Daryati tidak ingin anak-anaknya ikut melaut di kapalnya yang hanya berukuran 3 gros ton. Apalagi, ombak dan angin kencang mengancam. Namun, mereka tidak punya pilihan. Belum satu pun anaknya menyentuh bangku kuliah. Pendidikan tinggi menjadi asing bagi keluarganya.
Anak pertamanya hanya lulusan sekolah dasar. Anak keduanya lulusan sekolah menengah atas, sedangkan anak ketiganya berhenti di bangku sekolah menengah pertama. ”Dia kalau malam enggak bisa tidur. Apa itu penyakitnya? Insomnia. Jadi, dia baru tidur kalau pagi,” kata Daryati, yang tidak lulus SD.
Menurut dia, menjadi nelayan tidak hanya berisiko, tetapi juga rentan terjebak dalam kemiskinan. ”Nelayan itu selalu terjerat utang. Penghasilannya enggak pasti. Apalagi, sekarang, ada korona (Covid-19). Harga ikan anjlok,” ungkapnya.
Jika begini terus, katanya, Indramayu yang menjadi salah satu sentra perikanan Jabar bisa terpuruk. Impiannya menguliahkan anaknya kian sulit. Anak bungsunya saja kini belum belajar sepenuhnya karena pandemi Covid-19. Ia lebih banyak menghabiskan waku bermain di muara dengan sampah berserakan.
Daryati hanyalah sedikit bukti sulitnya pembangunan manusia di daerah lumbung ikan dan padi itu.
Pada 2019, indeks pembangunan manusia (IPM) Indramayu tercatat 66,97 poin atau terendah kelima di antara 27 kabupaten/kota di Jabar. Soal kemiskinan, daerah berpenduduk 1,7 juta jiwa ini menjadi daerah ketiga termiskin di Jabar dengan 11,11 persen.
Janji meningkatkan IPM Indramayu kini mulai terdengar lagi jelang Pilkada 2020 yang diikuti empat pasangan calon. Mereka adalah Muhamad Sholihin-Ratnawati yang diusung PKB, Demokrat, Hanura, dan PKS, Toto Sucartono-Deis Handika (perseorangan), Daniel Mutaqien Syafiuddin-Taufik Hidayat (Golkar), serta Nina Agustina-Lucky Hakim (PDI-P, Gerindra, dan Nasdem).
Bahkan, Daniel dan Taufik mengangkat pembangunan sumber daya manusia dalam visi-misinya. ”Kami menjaga ritme untuk meningkatkan IPM (indeks pembangunan manusia) di Indramayu,” ucap Daniel (39), yang terpilih sebagai anggota DPR RI dua periode.
Menurut Daniel, kepala daerah sebelumnya yang merupakan orangtuanya, telah berjuang meningkatkan IPM hampir 20 tahun. Ayahnya, Irianto MS Syafiuddin atau Yance, berkuasa pada 2000-2010. Mendiang Yance pernah terlibat perkara korupsi pembebasan lahan pembangkit tenaga uap di Desa Sumuradem, Kecamatan Sukra, tahun anggaran 2004 yang merugikan negara Rp 4,1 miliar.
Baca Juga : Tetap Maju karena Indramayu Mundur
Isu dinasti
Istri Yance, Anna Sophanah, melanjutkan jabatan bupati untuk periode 2010-2020. Namun, Anna mengundurkan akhir 2018. Ada yang menganggap pengunduran diri tersebut sebagai modus membuka jalan bagi kerabatnya untuk mencalonkan diri pada Pilkada 2020.
UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota mengatur, calon kepala daerah tidak boleh punya konflik kepentingan dengan petahana, seperti punya hubungan darah atau perkawinan ke bawah, ke atas, dan ke samping. Kerabat petahana baru bisa mencalonkan diri dalam pilkada jika sudah ada jeda satu periode.
Langkah Anna juga dinilai untuk menghindari kasus korupsi. Pada September 2016, Anna sempat diperiksa KPK sebagai saksi kasus tindak pidana pencucian uang dengan tersangka mantan panitera Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Rohadi.
Akan tetapi, dalam beberapa kesempatan, alumnus Universitas Islam Indonesia ini menolak berbagai spekulasi itu. Menurut Daniel, ibunya mundur karena ingin fokus mengurus keluarga.
Supendi yang sebelumnya wakil bupati lalu menggantikan posisi Anna. Akan tetapi, delapan bulan menjabat, Supendi ditangkap KPK terkait perkara korupsi proyek infrastruktur pada pertengahan Oktober tahun lalu. Wakil Supendi, Taufik Hidayat, kemudian menjadi pelaksana tugas bupati.
Kini, Taufik mendampingi Daniel. Keduanya berupaya meneruskan kepemimpinan Golkar yang berlangsung 20 tahun terakhir, bahkan boleh dikatakan lebih lama lagi karena partai ”Pohon Beringin” itu juga berkuasa selama Orde Baru.
Daniel menolak anggapan dirinya menyuburkan politik dinasti setelah kedua orangtuanya menjabat bupati. Sebab, ada proses demokrasi yang berjalan, seperti seleksi di internal partai hingga pemilihan oleh rakyat nantinya. Kehadirannya dalam kontestasi Pilkada Indramayu, lanjutnya, merupakan upaya menjaga pertumbuhan indeks IPM daerah.
Kehadiran saya dalam kontestasi Pilkada Indramayu merupakan upaya menjaga pertumbuhan indeks IPM daerah.
”Ketika permasalahan IPM menjadi konsumsi lawan, faktanya, lonjakan kenaikan IPM kita terbesar ketiga setelah Kota Bandung dan Kota Bekasi,” ungkapnya.
Indeks IPM Indramayu memang melonjak dari 64,36 poin pada 2015 menjadi 66,97 poin tahun lalu. Namun, ini masih lebih rendah dibandingkan indeks IPM pada 2009 yang mencapai 68,64 poin. Dalam skala Jabar, IPM Indramayu tergolong berada di deretan bawah.
”Kita ini, kan, lagi maraton menjaga ritme (peningkatan IPM) sampai ujung finis, mungkin satu dekade ke depan untuk keberlanjutan pembangunan,” ujarnya. Daniel memprediksi peningkatan IPM Indramayu membutuhkan waktu 10 tahun atau dua periode jabatan bupati.
”Kalau di DPR itu ada keterbatasan kewenangan (membangun Indramayu). DPR hanya mengurusi masalah legislasi, bujet, dan pengawasan yang enggak spesifik bicara satu wilayah, Indramayu saja,” ujar Daniel, yang sempat menjadi anggota DPRD Provinsi Jabar 2009-2014.
Baca Juga: Semestinya Uang Bukan Jaminan untuk Menang
Pengalaman menjadi wakil rakyat tingkat provinsi hingga pusat menjadi bekal Daniel. Di atas kertas, ia mendapat dukungan 22 kursi di DPRD Indramayu dari Golkar. Akan tetapi, internal ”Pohon Beringin” Indramayu sempat goyang antara kubu Syaefudin, Ketua DPRD Indramayu, dengan kubu Daniel. Belum lagi kubu Supendi yang isunya sakit hati terhadap Yance.
”Di Indramayu enggak ada isu pecah. Golkar solid,” ucap Daniel. Mesin partai, katanya, sibuk turun ke masyarakat untuk kampanye. Sehari, ia bisa mendatangi enam sampai tujuh titik. Organisasinya, Pemuda Pancasila, turut mengawalnya. Daniel blusukan dengan berjalan kaki saat berkunjung ke belakang Pasar Kertasemaya.
Model turun ke bawah tersebut serupa dengan kiprah mendiang ayahnya, Yance, yang memiliki basis massa militan hingga ke kampung-kampung. Di tingkat provinsi dan nasional, Yance sangat kuat. Ridwan Kamil, misalnya, sempat menemui Yance di Lapas Indramayu sebelum mencalonkan gubernur Jabar 2018 lalu.
Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 2015 bersaksi untuk kasus korupsi di Pengadilan Tipikor Bandung. Kalla bahkan tidak tahu bahwa negara dirugikan dalam kasus Yance (Kompas, 14/4/2015).
Daniel tidak merasa ”kebesaran” ayahnya sebagai beban. Ia menilai, perjalanan kedua orangtuanya sebagai motivasi menjadi lebih baik jika terpilih nantinya. Sebagai anak muda, ia akan memanfaatkan teknologi informasi dalam tata kelola pemerintahan, termasuk anggaran, sehingga bisa diakses langsung masyarakat.
”Pak Yance dan Bu Anna sudah melakukan yang terbaik. Kok saya enggak bisa lebih baik? Anak pasti ingin lebih baik dari orangtuanya,” ujar Daniel sambil berlalu mengendarai sepeda motor untuk kembali blusukan.