Badan Penanggulangan Bencana Daerah sejumlah kabupaten di Kalimantan Barat yang rawan banjir telah mengantisipasi kemungkinan dampak La Nina. Kesiapsiagaan desa ditingkatkan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah di sejumlah kabupaten di Kalimantan Barat mulai mengantisipasi kemungkinan dampak La Nina. Daerah yang kini tengah siaga itu, di antaranya, Sekadau, Melawi dan Sanggau. Kesiapsiagaan desa ditingkatkan hingga mengerahkan sukarelawan tangguh bencana.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sekadau Matius Jon, Kamis (12/11/2020), menjelaskan, BPBD telah menyiarkan peringatan dini dalam surat edaran yang disampaikan kepada camat dan kepala desa. Hal itu dilakukan agar masyarakat mewaspadai kemungkinan efek La Nina.
”La Nina berpotensi menimbulkan curah hujan tinggi. Daerah yang rawan banjir perlu mengantisipasi segala kemungkinan,” kata Matius.
Masyarakat juga sudah diminta mengurangi aktivitas di daerah aliran sungai, terutama sungai yang alirannya deras saat hujan. Sungai yang memiliki aliran deras, di antaranya, Sungai Sekadau dan anak-anaknya, yakni Sungai Menterap, Taman, Mentukak dan Koman.
”Apabila hujan berdurasi agak lama, dipastikan akan terjadi banjir. Oleh karena itu, jika ada hujan deras, masyarakat hendaknya mulai mempersiapkan evakuasi barang,” kata Matius.
Sukarelawan tangguh bencana juga telah diminta meningkatkan kesiagaan. Ada lima desa yang sudah memiliki sukarelawan tangguh bencana dari 87 desa yang ada di Sekadau. Namun, secara informal setiap desa sudah ada sukarelawan tangguh bencana, hanya belum dikukuhkan karena kendala Covid-19. Sukarelawan tangguh bencana dalam satu desa terdiri atas 45-60 orang.
Di Sekadau ada sejumlah kecamatan yang rawan banjir, yaitu Kecamatan Sekadau Hilir, Sekadau Hulu, Nanga Taman, Nanga Mahap dan Belitang. Kecamatan-kecamatan itu selalu menjadi langganan banjir saat musim hujan.
Terakhir banjir di daerah itu terjadi pada Agustus. Banjir tepatnya melanda Desa Belitang 1 dan Belitang 2, Kecamatan Belitang. Desa Tanjung, Kecamatan Sekadau Hilir, juga sudah dua kali dilanda banjir setinggi 60 cm - 120 cm di tahun ini.
Kesiapsiagaan juga dilakukan BPBD Kabupaten Melawi. Kepala BPBD Kabupaten Melawi Syafarudin menuturkan, apel kesiapsiagaan sudah dilakukan. Komunikasi dengan TNI-Polri, kecamatan, hingga desa diintensifkan untuk memantau perkembangan wilayah.
”Kami berharap tidak terjadi banjir lagi di Melawi. Sebab, di daerah sedang menghadapi pandemi Covid-19,” katanya.
Dengan kemampuan yang ada, pihaknya akan berupaya mengantisipasi dampak La Nina seoptimal mungkin. Namun, sejauh ini kondisi di Melawi masih aman. Belum ada wilayah yang banjir.
Catatan Kompas, Melawi sudah beberapa kali diterjang banjir tahun ini, antara lain pada Juli dan September. Banjir pada Juli setinggi 2 meter merendam setidaknya dua kecamatan. Jumlah rumah yang terendam 14.790 rumah atau 12.652 keluarga.
Selain itu, 193 fasilitas umum terdampak banjir karena luapan Sungai Melawi dan Pinoh. Total kerugian yang ditimbulkan akibat banjir pada bulan Juli ditaksir mencapai Rp 1,9 miliar.
Banjir pada bulan September juga tidak jauh berbeda. Ribuan keluarga terdampak. Mereka mengungsi di sejumlah tempat di Nanga Pihoh, antara lain, di gedung sekolah, gedung serbaguna, dan gereja.
Demikian juga dengan Kabupaten Sanggau. Kepala BPBD Kabupaten Sanggau Siron, menuturkan, semua lini terkait telah diminta meningkatkan kesiagaan disiagakan. Tim reaksi cepat, dari kabupaten, kecamatan dan desa sudah disiagakan terutama di kecamatan yang rawan banjir.
Kecamatan yang rawan banjir, antara lain, Kecamatan Entikong, Sekayam, dan Meliau. Kecamatan Mukok juga rawan banjir. Namun, sejauh ini curah hujan belum mengakibatkan banjir di daerah-daerah itu.
Provinsi Kalbar juga telah menggelar apel siaga La Nina, Jumat pagi. Sekretaris Daerah Provinsi Kalbar AL Leysandri menjelaskan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Kalbar, akan terdampak La Nina. Hal itu diperkirakan pada November 2020-Januari 2021 curah hujan intensitas tinggi di sebagian besar wilayah Kalbar.
”Dampak La Nina ini curah hujan tinggi sehingga berpotensi terjadinya bencana hidrometeorologi, antara lain banjir, puting beliung, dan tanah longsor,” kata Leysandri.
Dengan apel tersebut, kata Leysandri, sebagai bentuk informasi kepada masyarakat bahwa seluruh komponen negara siap memberikan rasa aman kepada masyarakat. Pemangku kebijakan juga siap hadir di tengah masyarakat, baik dalam bentuk pencegahan, kesiapsiagaan, maupun mitigasi.