Pemkot Magelang Sediakan Tempat Pengungsian Bencana Gunung Merapi
Menyusul bertambahnya jumlah pengungsi, Pemkot Magelang, Jateng, menyiapkan tempat pengungsian bagi warga Kabupaten Magelang yang terdampak peningkatan aktivitas Merapi. Tempat pengungsian bisa menampung 1.000 orang.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Seiring terus bertambahnya jumlah pengungsi ancaman bencana erupsi Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Pemerintah Kota Magelang membantu menyediakan tempat pengungsian bagi warga Kabupaten Magelang yang terdampak. Tempat pengungsian memanfaatkan, antara lain, sekolah dan gedung pemerintahan.
Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito mengatakan, pihaknya siap membantu menyediakan lokasi pengungsian untuk warga yang terdampak peningkatan status Merapi dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III). Menurut dia, tempat pengungsian yang disediakan meliputi gedung-gedung pemerintahan dan sekolah.
”Silakan saja dipakai untuk lokasi pengungsian, kapan saja dibutuhkan. Kami siap membantu apa pun untuk tugas kemanusiaan,” kata Sigit, Rabu (11/11/2020), di Magelang.
Sigit menyebutkan, pihaknya mampu menampung hingga 1.000 pengungsi di wilayah Kota Magelang. Adapun tahun 2010, sejumlah gedung di Kota Magelang juga turut dijadikan tempat pengungsian, seperti aula Kecamatan Magelang Utara dan aula Kecamatan Magelang Selatan. Kala itu, pengungsi dari Kabupaten Magelang mengungsi selama dua pekan.
Menurut Sekretaris Daerah Kota Magelang Joko Budiyono, koordinasi terkait dengan penyediaan tempat pengungsian tidak butuh waktu lama. ”Begitu ada peningkatan status Awas dan banyak warga mulai turun gunung, kami langsung membuka semua ruang, termasuk aula-aula di kecamatan untuk bisa dipakai sebagai tempat pengungsian,” ujarnya.
Hingga Rabu malam, jumlah pengungsi di Kabupaten Magelang mencapai 839 orang. Jumlah itu lebih banyak dari jumlah pengungsi sehari sebelumnya, yakni 830 orang.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Daerah Inspektur Jendral Ahmad Luthfi saat mengunjungi sejumlah tempat pengungsian bencana Merapi, termasuk di Kabupaten Magelang, menuturkan, Polda Jateng menyediakan 1.000 tempat tidur lipat dan 20 tenda yang bisa digunakan pengungsi. Barang-barang tersebut sudah berada di kantor Polres Magelang.
”Untuk pelayanan kesehatan, kami menyiagakan personel kedokteran dan kesehatan (dokkes) di setiap pengungsian. Dalam memberikan layanan kesehatan, kami akan bekerja sama dengan pemerintah dan dinas kesehatan setempat,” tutur Luthfi.
Saat ditinggal mengungsi, rumah-rumah warga akan dijaga personel gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Menurut Luthfi, pihaknya menyiagakan 270 personel di sejumlah titik, termasuk desa-desa rawan bahaya. Saat ditinggal mengungsi, rumah-rumah warga akan dijaga personel gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Penambangan
Sementara itu, Bupati Magelang Zaenal Arifin juga menegaskan, aktivitas penambangan di radius 0-10 kilometer dari puncak Merapi dihentikan sementara. Selain membahayakan keselamatan petambang, lalu lalang truk pasir di jalur evakuasi dinilai berpotensi menghambat proses evakuasi.
”Pengehentian aktivitas penambangan ini merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Jateng. Tapi, kami sudah menyosialisasikan kepada masyarakat untuk menghentikan sementara aktivitas tersebut,” ujar Zaenal.
Terkait dengan hal ini, Luthfi menjelaskan, lokasi-lokasi penambangan pasir juga sudah dijaga oleh polisi. Hal itu dilakukan untuk mengawasi petambang yang nekat. Luthfi menyebutkan, masyarakat yang nekat menambang pasir dalam radius 0-10 kilometer berpotensi dipidana.