NTB memasuki awal musim hujan. Oleh karena itu, masyarakat diminta mewaspadai potensi terjadi bencana alam, seperti banjir dan longsor.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Nusa Tenggara Barat telah memasuki awal musim hujan. Oleh karena itu, masyarakat diminta waspada terhadap dampak yang ditimbulkan, terutama bencana alam, antara lain banjir dan longsor.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Lombok Barat, Made Budi Setyawan, Rabu (11/11/2020), menjelaskan, curah hujan pada dasarian (sepuluh hari) pertama November 2020 berada pada kategori yang bervariasi, yaitu hujan rendah hinga menengah yang tersebar merata di seluruh wilayah NTB.
Sementara untuk curah hujan tinggi, kata Made, terjadi di pos hujan Narmada, Lombok Barat.
”Sifat hujan pada dasarian pertama November di wilayah NTB bersifat bawah normal hingga normal. Meski demikian, ada beberapa wilayah yang sifat hujannya atas normal, yaitu Pulau Lombok bagian barat, Sumbawa bagian barat, serta Bima bagian barat,” kata Made.
Sementara untuk dasarian kedua bulan November, peluang curah hujan dengan kategori lebih besar 20 milimeter per dasarian termasuk tinggi dan terjadi hampir di seluruh wilayah NTB.
Untuk peluang curah hujan lebih besar dari 50 milimeter per dasarian, sekitar 20-60 persen. Itu diperkirakan terjadi di sebagian wilayah Lombok Timur bagian utara, sebagian wilayah Sumbawa Barat bagian utara, dan sebagian wilayah Bima.
Kami mengimbau kepada masyarakat agar meningkatkan kewaspadaannya dan lebih memperhatikan faktor keselamatan saat berada di tempat-tempat yang rentan, atau berisiko tinggi terjadi bencana.
Oleh karena itu, memasuki awal musim hujan di NTB, kata Made, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama terhadap perubahan cuaca secara tiba-tiba, seperti ada potensi hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang.
”Termasuk dampak yang dapat ditimbulkan, seperti banjir, longsor, genangan air, dan pohon tumbang,” kata Made.
Hubungan Masyarakat Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Mataram I Gusti Lanang Wiswananda menyampaikan hal serupa.
”Kami mengimbau kepada masyarakat agar meningkatkan kewaspadaannya dan lebih memperhatikan faktor keselamatan saat berada di tempat-tempat yang rentan, atau berisiko tinggi terjadi bencana,” kata Gusti.
Di luar rumah
Menurut Gusti, kewaspadaan itu sangat penting untuk menghindari timbulnya korban jiwa. ”Sebelum bepergian, ada baiknya mengecek prediksi cuaca dari BMKG. Itu perlu sebagai acuan sebelum beraktivitas di luar rumah, termasuk ke tempat wisata,” kata Gusti.
Menurut data Kantor SAR Mataram, kejadian bencana di NTB sudah merenggut korban jiwa. Pada akhir Oktober lalu, dua santri di salah satu pondok pesantren di Praya, Lombok Tengah, meninggal dunia setelah terserat arus deras di Air Terjun Tibu Atas, Narmada, Lombok Barat.
Potensi bencana seiring masuknya musim hujan turut menjadi perhatian pemerintah daerah, termasuk di obyek-obyek wisata.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat Saepul Ahkam, pada Selasa kemarin banjir terjadi di kawasan Senggigi. Tidak ada korban jiwa, tetapi kejadian itu sempat menutup sebagian jalan sehingga mengganggu arus lalu lintas. Air berasal dari kawasan perbukitan yang sudah dibangun permukiman dan villa.
Untuk mengantisipasi kejadian serupa, kata Saepul, Bupati Lombok Barat sudah meminta Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk melakukan penanganan jangka pendek, yakni normalisasi selokan dan gorong-gorong.
Ahkam menambahkan, selain pada obyek-obyek wisata, antisipasi terhadap bencana juga dilakukan di seluruh wilayah NTB. Itu dilakukan bersama pihak terkait penanganan kebencanaan. ”Tadi kami juga sudah menggelar apel siaga untuk hal itu,” kata Ahkam.