Berawal Main TikTok, Berakhir Tragis Jadi Korban Penganiayaan
Orang pencemburu sanggup melakukan kekerasan terhadap orang yang disayanginya. Perasaan yang terlalu dominan membuat seorang pencemburu bisa kehilangan kontrol kognitif, kontrol rasio, dan kontrol moral di dalam diri.
Luka bakar masih menyisakan perih di wajah, bahu, dan lengan EY (27). Selama masa pemulihan, EY hanya dapat beristirahat di rumah kontrakan ibunya. Namun, bukan itu saja yang mengganggu pikiran ibu dua anak ini. Ia trauma dan cemas jika tiba-tiba suaminya datang dan kembali melakukan penganiayaan.
”Saya merasa terancam sebelum dia tertangkap. Sering terbayang dia datang tiba-tiba, lalu berbuat buruk kepada saya,” kata EY di kediaman orangtuanya, Kelurahan Pagambiran Ampalu, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang, Sumatera Barat, Rabu (11/11/2020) siang.
Luka bakar di tubuhnya adalah bekas penganiayaan oleh suaminya, DI (33). Peristiwa itu terjadi di rumah kontrakan mereka di Kelurahan Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Kamis (5/11/2020) pagi.
Kamis itu, sekitar pukul 03.30, EY yang sedang terlelap tiba-tiba merasakan panas di wajah, bahu, dan lengannya. Seketika dia tersentak dan mendapati minyak goreng panas telah membasahi tubuhnya. Seingatnya, tiga kali minyak panas disiramkan ke tubuhnya.
Begitu EY tersadar, DI langsung melarikan diri. Sementara itu, EY dengan bantuan tetangga dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara Padang untuk pengobatan lukanya. Ia pun melaporkan aksi penganiayaan yang dialaminya ke Kepolisian Resor Padang, Kamis siang.
Baca juga : Kasus KDRT Masih Membayangi Perempuan
Main TikTok
EY bercerita, dua hari sebelum penganiayaan itu, ia dan suaminya sempat cekcok. Salah satu pemicunya, DI cemburu karena istrinya sering bermain aplikasi TikTok enam bulan terakhir. Sang suami curiga ada laki-laki lain yang merespons video TikTok yang dibagikan EY di status Whatsapp-nya.
Padahal, EY mengaku bermain TikTok, seperti bernyanyi, untuk mempromosikan pakaian yang dijualnya. TikTok dipilih karena sedang booming di tengah masyarakat. Langkah itu manjur karena banyak pelanggan yang merespons dan membeli pakaian setelah menonton video TikTok-nya.
Akan tetapi, apa yang dilakukannya justru memantik api cemburu sang suami. DI pun semakin protektif. Ia tidak senang istrinya mendapatkan pesan dan telepon serta keluar rumah untuk sekadar mengantarkan pesanan pelanggan.
”Dia cemburu. Padahal, kadang dia main TikTok dengan saya. Ada telepon masuk, dia duluan yang angkat. Setiap malam HP saya diperiksa. Saya berikan saja, toh memang tidak ada apa-apa,” tutur EY.
Cemburu buta sang suami akhirnya membuat EY kesal. Apalagi dia berjualan pakaian dan bermain TikTok untuk membantu perekonomian keluarga. Enam bulan terakhir, DI yang bekerja sebagai penjual ikan laut kesulitan berdagang karena pandemi Covid-19.
Selama 1,5 bulan terakhir, bahkan EY yang menjadi tulang punggung keluarga karena suaminya tidak berdagang sama sekali. DI sering melarang istrinya keluar rumah meskipun dia tidak memberi nafkah sama sekali.
”Anak minta makan, dia diam saja. Saya mana mungkin diam. Tapi saya malah dilarang keluar rumah. Itu yang membuat cekcok setiap hari,” kata EY.
Tak tahan dengan kelakuan suaminya, EY pun minggat ke rumah kontrakan ibunya bersama sang putra yang berusia 5 tahun, Rabu (4/11/2020) pagi. Sementara sang suami membawa putri mereka yang berusia 7 tahun ke rumah mertua di Kelurahan Alang Laweh, Padang Selatan, Padang.
Anak minta makan, dia diam saja. Saya mana mungkin diam. Tapi saya malah dilarang keluar rumah. Itu yang membuat cekcok setiap hari. (EY)
Rabu malam, DI menjemput EY untuk pulang ke rumah kontrakan mereka. Ketika tiba di rumah, EY heran dengan perilaku suaminya. Malam itu suasana tenang dan langsung tidur bersama sang putra setiba di rumah. Biasanya, sehabis minggat, suami-istri itu kembali bertengkar.
Sejak menikah delapan tahun lalu, EY mengaku sering cekcok dengan suaminya. Tak jarang ia mendapat tindak kekerasan dari suaminya, mulai dari pukulan, tendangan, hingga ancaman pembunuhan. Pangkal masalahnya, menurut EY, DI gampang cemburu. Belakangan intensitas cekcok semakin sering, hampir setiap pekan.
Direncanakan
EY yang curiga dengan perilaku suaminya Rabu malam itu lantas menyembunyikan semua pisau yang ada di rumah. Ia khawatir suaminya benar-benar membunuhnya.
”Saya tidak kepikiran minyak panas jadi alat buat dia untuk menganiaya saya. Kalau ada pisau, mungkin saya sudah dibunuh,” kata EY.
EY menduga tindakan suaminya sudah direncanakan. Sebab, minyak panas itu bukan minyak bekas, melainkan minyak baru yang sengaja dipanaskan. Untuk mengecek tingkat kepanasan minyak, DI sempat memasukkan beberapa kerupuk ke dalam kuali berisi minyak.
Selain itu, sebelum kabur, DI sudah membawa dan menitipkan putri sulung mereka ke ibu DI. Sepeda motor Honda Scoopy hasil jerih keringat EY juga dibawa kabur sehari sebelumnya. Adapun ketika kejadian, DI melarikan diri dengan sepeda motor Honda Beat mereka dan uang Rp 13 juta hasil pinjaman dana KUR atas nama EY dan uang tabungan EY.
Selain merasa terancam oleh DI, EY juga khawatir dengan nasib putrinya. Sekolah sang putri terbengkalai dan banyak tugas yang tidak dikumpulkan. Sampai saat ini, EY belum bertemu dengan putrinya itu. Sang mertua tidak mau menyerahkan sang putri kepada siapa pun sesuai permintaan DI.
”Saya ingin anak saya kembali. Dia masih dalam masa belajar. Meskipun belajar daring, dia tidak bisa belajar dan mengumpulkan tugas karena biasanya menggunakan ponsel saya,” ujar EY.
AZ (44), ibu EY, tidak terima anaknya diperlakukan seperti itu oleh menantunya. Selama ini, ia mengetahui bahwa DI sering melakukan KDRT kepada anaknya, bahkan sebelum pasangan itu punya anak. Namun, AZ tidak tega memisahkan mereka karena anaknya masih mau bersuamikan DI.
”Sekarang saya tidak bisa terima. Siapa yang rela anaknya dianiaya seperti itu. Saya minta tolong kepada polisi untuk segera menangkapnya,” kata AZ dengan mata berkaca-kaca.
AZ pun menyesal membiarkan EY pulang pada Rabu malam itu. Sebagai seorang ibu, ia punya firasat buruk terhadap anaknya. Selama beberapa kali EY minggat, baru kali itu hati AZ tidak tenang. Ia sudah meminta anaknya untuk tidak pulang, tetapi tidak diikuti. Akhirnya, apa yang dikhawatirkan terjadi.
Baca juga : Kekerasan Rumah Tangga Saat Pandemi Covid-19
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Padang Komisaris Rico Fernanda mengatakan, pihaknya telah menerima laporan dari EY pada Kamis (5/11/2020). Polisi masih berupaya memburu DI.
”Kami sedang mengejar pelaku,” kata Rico.
Menurut Rico, pelaku penganiayaan terhadap EY dapat dikenai Pasal 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Pelaku terancam hukuman maksimal sepuluh tahun penjara.
Cemburu
Psikolog Zera Mendoza berpendapat, seseorang menjadi cemburu karena adanya rasa tidak aman di dalam dirinya. Cemburu itu bisa jadi muncul karena berhubungan dengan harga dirinya ataupun sesuatu yang menjadi miliknya.
Pertama, berhubungan dengan harga diri, cemburu muncul karena merasa tidak percaya diri. Bisa jadi karena ia tidak bisa memenuhi kewajiban sebagai suami ataupun mungkin juga punya masalah lain di luar rumah yang berkaitan dengan harga diri sehingga membuat seseorang gampang menuduh pasangannya tidak setia.
Kedua, seseorang cemburu karena takut kehilangan apa yang sudah menjadi miliknya. Ia tidak mau apa yang menjadi miliknya diambil orang lain atau berbagi dengan orang lain. Ini rasa sayang yang terlalu posesif, mengekang, dan membatasi.
”Pada kasus ini, karena tidak melakukan pemeriksaan, saya tidak bisa mengatakan lebih detail tentang kondisi si pelaku itu,” kata Zera, yang juga Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Wilayah Sumbar.
Terkait kekerasan yang dilakukan orang cemburu terhadap pasangannya, Zera menjelaskan, itu terjadi karena perasaan yang terlalu dominan sehingga menghilangkan kontrol kognitif, kontrol rasio, dan kontrol moral di dalam diri. Orang yang cemburu mempunyai tuduhan dan prasangka serta ketakutan yang berkecamuk sedemikian rupa yang tidak terkendali sehingga memengaruhi kontrol rasional di dalam otak.
”Ketika orang mengalami—ada istilahnya cemburu buta—rasionalnya kalah oleh rasa cemburu itu. Orang bisa melakukan apa pun ketika berada pada tahap itu,” ujar Zera.
Menurut Zera, percaya adalah kata kunci dalam mengatasi rasa cemburu yang berlebihan. Ketika kepercayaan itu menjadi terganggu oleh hal-hal lain, seseorang harus kembali belajar untuk memercayai sampai benar-benar terbukti yang dituduhkan kepada pasangan, apakah benar atau cuma perasaan saja.
Hubungan pertemanan, persaudaraan, apalagi hubungan suami-istri, kata Zera, dasarnya adalah bagaimana menitipkan kepercayaan kepada orang yang disayangi. Kalau kepercayaan itu tidak lagi utuh, terbukti atau tidaknya tuduhan itu seseorang pasti bakal merasakan kesengsaraan.
Sementara itu, dalam menghadapi pasangan pencemburu, seseorang mesti memahami karakter pasangannya itu. Seorang pencemburu adalah orang yang sangat menyayangi pasangannya, bahkan tidak mau berbagi sedikit pun dengan orang lain.
”Beri kesempatan pasangan untuk memberikan kepedulian itu dengan cara dia dan coba hargai itu. Hubungan itu bagaimana memahami pasangan kita. Kalau memahami, kita akan melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang kita pahami untuk membahagiakan pasangan,” papar Zera.