Hobi menanam bunga yang muncul di tengah pandemi berdampak pada sejumlah usaha, di antaranya pembuatan rak untuk pot bunga. Kondisi itu menjadi penyelamat usaha las saat ekonomi lesu dibekap pandemi.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
Hampir saja St Rohani (55) putus asa dan mengira usahanya akan bangkrut akibat pandemi Covid-19. Namun, pandemi juga yang mendadak menciptakan hobi baru menanam bunga sehingga membuat usaha bengkel lasnya kembali bergeliat. Kini, Rohani justru kewalahan menerima pesanan pembuatan rak-rak besi untuk pot bunga.
Usaha las besi memang menjadi salah satu yang kini paling bergeliat di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, di tengah ancaman resesi. Pembuatan rak berbagai bentuk untuk pot bunga membuat pengusaha las kini kewalahan. Di bengkel las milik Rohani, saat ini antrean pesanan cukup panjang.
Rak berbagai bentuk dijualnya mulai dari Rp 250.000 hingga di atas Rp 2.000.000. Makin banyak ruang untuk pot bunga dan makin rumit modelnya, makin tinggi pula harganya. Sebelum pandemi, usaha bengkel las umumnya hanya mengerjakan pesanan untuk pagar, teralis, dan rangka untuk kompor.
Irfandi (30), pekerja di Bengkel Las Bina Rezky di bilangan Jalan Sungai Saddang, Makassar, Selasa (3/11/2010), mengatakan, saat awal-awal pandemi, mereka sempat putus asa. ”Kadang beberapa hari tidak ada pesanan sama sekali. Kalau ada satu-dua, hanya teralis. Kadang hanya rangka untuk kompor,” katanya.
Lalu, pandemi membuat orang-orang beralih ke hobi baru menanam bunga. Bengkel las pun ketiban untung karena banyak yang memesan rak untuk pot bunga. ”Kini, kami kewalahan dan menolak pesanan jika konsumen mau cepat, sementara pesanan yang kami kerjakan banyak,” kata Irfandi.
Di bengkel las milik Kamariah (47), yang juga berada di Jalan Sungai Saddang, antrean pesanan rak bunga sudah penuh terisi untuk dua minggu ke depan. Pemesan yang datang harus bersabar menunggu. ”Saya terpaksa membatasi pesanan karena yang masuk sekarang sudah banyak,” katanya.
Seperti bengkel las lain, usaha las milik Kamariah juga nyaris tutup akibat sepinya pesanan pagar dan teralis saat awal pandemi. Usahanya tertolong hobi bunga yang sejak beberapa bulan terakhir bergeliat. Dia kini bahkan mendahulukan menyelesaikan pesanan rak pot bunga ketimbang pagar. Omzetnya mencapai jutaan rupiah per hari.
Tak sekadar bertahan, usaha bengkel las kini juga makin kreatif. Biasanya pembeli datang membawa referensi gambar-gambar berbagai bentuk untuk desain rak bunga mereka, sebagian juga langsung menunjukkan gambar lewat gawai.
”Pekerja akhirnya jadi belajar membuat beragam model sesuai keinginan pemesan. Keadaan membuat mereka memaksa diri belajar lebih cepat. Ini juga menguntungkan. Kalau tidak ada keadaan seperti ini, belum tentu pekerja bisa cepat belajar dan beradaptasi,” kata Rohani.
Rezeki usaha las ini sebenarnya tak hanya memberi keuntungan pada bengkel las, tapi juga pedagang rak pot bunga hingga usaha bahan bangunan yang menjual besi. Di bengkel las Rohani, pesanan bisa mencapai 20 rak per hari dengan harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Hal sama di bengkel las milik Kamariah. Bahkan, mereka juga menambah tenaga kerja lepas untuk mengerjakan pesanan. Ini pun menjadi lapangan kerja bagi warga atau pemuda sekitar tempat bengkel las atau kerabat.
Bergeliatnya usaha las sudah dimulai sejak Juni lalu dan hingga kini masih ramai. Hobi baru menanam bunga yang muncul seiring banyaknya aktivitas yang dihabiskan di rumah juga memunculkan pedagang bunga dadakan, di luar yang sudah ada sejak lama. Usaha bunga ini juga membuat toko tani dan beragam perlengkapan untuk media tanam ikut mendulang rezeki.
Setidaknya ada sesuatu yang membuat kami bisa bertahan dan tetap mempekerjakan pekerja.
Di Makassar, penjual bunga dadakan bermunculan di banyak tempat. Sebagian memanfaatkan kendaraan roda empat yang diparkir di tepi jalan. Petani bunga termasuk yang ketiban untung. Pemburu bunga bahkan mau membeli bunga berharga jutaan rupiah.
”Setidaknya ada sesuatu yang membuat kami bisa bertahan dan tetap mempekerjakan pekerja. Saya tidak tahu bagaimana usaha saya jika hobi bunga ini tidak ada dan tidak seantusias sekarang,” kata Rohani.