Tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Adagium itu relevan dengan roda bisnis perminyakan di negeri ini. Tanpa adaptasi mengikuti perubahan, pelaku bisnis seperti menggali kuburannya.
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·4 menit baca
Tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Adagium itu sepertinya relevan dengan roda bisnis perminyakan di negeri ini. Tanpa adaptasi mengikuti perubahan, pelaku bisnis seperti menggali kuburannya sendiri.
”Pelaku, waktu, dan aturan bisnis perminyakan bisa berubah. Siapa mengira kita akan bersaing dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan AKR (Corporindo)? Perusahaan yang tidak adaptif akan kalah,” tutur General Manager Pertamina Refinery Unit VI Balongan Hendri Agustian, Selasa (3/11/2020).
Hendri menyampaikan pesan itu saat meresmikan steam line di PT Pertamina EP Asset 3 Main Gathering Station (MGS) Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. GM Pertamina Exploration Production Asset 3 Wisnu Hindadari dan pejabat Pertamina setempat turut hadir dalam kegiatan itu.
Steam line berukuran 12 inci itu merupakan pipa jalur aliran uap. Pipa membentang 2,9 kilometer dari stasiun utama pengumpul minyak di MGS Balongan ke tempat pengolahan minyak mentah Pertamina RU VI Balongan.
Melalui pipa tersebut, Pertamina RU VI Balongan menyalurkan uap sisa dengan kapasitas 14 ton per jam. Selama ini, uap itu tidak digunakan dan hanya dibuang ke atmosfer. Padahal, uap berfungsi mempercepat pengaturan kandungan sedimen, kadar air, dan kadar garam dalam minyak mentah. Proses ini dilakukan dengan desalter, yakni pembersihan kandungan garam dalam minyak mentah.
Kualitas minyak mentah di Pertamina EP Asset 3 juga ditingkatkan agar sesuai spesifikasi kebutuhan Pertamina RU VI Balongan. Misalnya, kadar sedimen dan air dalam minyak mentah yang dibutuhkan kilang Pertamina RU VI sekitar 0,8 persen, sementara produksi Pertamina EP Asset 3 tercatat 0,5 persen.
Selama ini, Pertamina EP Asset 3 hanya menyalurkan minyak mentah sekitar 6.000 barel per hari ke kilang Pertamina RU VI melalui pipa. Ini setara 5 persen dari kebutuhan kilang. Di Pertamina RU VI Balongan, minyak mentah diolah menjadi produk bahan bakar minyak, non-BBM, dan petrokimia.
Sebaliknya, Pertamina RU VI Balongan lebih banyak menerima minyak dari Riau dan daerah lain. Sementara stasiun pengumpul utama Pertamina EP Asset 3 mengirim hampir seluruh minyaknya ke Pertamina RU V Balikpapan dan Pertamina RU IV Cilacap via kapal. Pengiriman itu menelan waktu berhari-hari.
Dengan kerja sama itu, pihaknya menerima hasil penjualan uap dan pasokan minyak dari Pertamina EP Asset 3. ”Ini menguntungkan karena supply (pasokan) untuk kami lebih terjamin dari tetangga. Kami sedang membangun fleksibilitas kilang sehingga bisa menerima minyak dari tetangga sampai 8 persen,” ungkapnya.
Ini menguntungkan karena supply (pasokan) untuk kami lebih terjamin dari tetangga. Kami sedang membangun fleksibilitas kilang sehingga bisa menerima minyak dari tetangga sampai 8 persen.
Apalagi, kapasitas kilang minyak Pertamina RU VI saat ini belum optimal, hanya berkisar 80 persen dari 125.000 barel per hari. ”Biasanya sampai 100 persen, enggak jauh seperti ini (80 persen). Ini karena permintaan BBM turun karena orang-orang kurang bepergian akibat pandemi Covid-19,” ujarnya.
Bagi Pertamina EP Asset 3, proyek steam line senilai 2,4 juta dollar AS tersebut bisa menghemat biaya produksi hingga belasan juta dollar AS. Sebab, biaya pengiriman minyak mentah via kapal dapat ditekan. ”Kami tidak lagi investasi pompa transfer untuk mengirim minyak ke kapal sehingga menghemat 12,4 juta dollar AS,” kata Wisnu.
Adapun biaya pengiriman minyak melalui kapal dapat dihemat 200.000 dollar AS per bulan. ”Ini kalau dibagikan ke bonus kita, lumayan,” ucap Wisnu diiringi senyum.
Pengiriman uap dari Pertamina RU VI juga bisa menghemat biaya investasi boiler bertekanan rendah sebesar 7,9 juta dollar AS dan biaya operasi selama 10 tahun yang mencapai 6 juta dollar AS. Februari 2019, boiler yang beroperasi sejak 1973 di stasiun utama pengumpul Pertamina EP Asset 3 itu terbakar.
Wisnu mengatakan, penghematan bisa lebih besar jika produksi minyak mentah Pertamina EP Asset 3 sebesar 400.000 barel per bulan dapat dikirim seluruhnya ke Pertamina RU VI. Tidak ada lagi pengiriman via kapal. Namun, impian itu masih butuh kajian khusus. Proyek steam line yang dicanangkan 2019 saja baru terwujud Oktober tahun ini.
Salah satu kendala proyek steam line adalah penyebaran Covid-19. Pengerjaan sempat terhenti dua pekan karena petugas tidak bisa masuk ke daerah zona merah di Majakerta. Meski demikian, proyek kolaborasi itu menunjukkan langkah adaptasi kedua pihak di tengah resesi.
”Ide-ide itu biasanya memang keluar saat kepepet. Kami terus berinovasi meningkatkan kualitas dan produksi minyak,” ujar Manager Oill dan Gas Transport (OGT) Pertamina EP Asset 3 Almuayat Librata.
Salah satu kendala proyek steam line adalah penyebaran Covid-19. Pengerjaan sempat terhenti dua pekan karena petugas tidak bisa masuk ke daerah zona merah di Majakerta.
Ferdy Hasiman, peneliti pada Alpha Research Database, dalam artikelnya di Kompas (9/9/2020), mengatakan, saat ini, PT Pertamina (Persero) dihantam triple shock. Tiga guncangan itu adalah kejatuhan harga minyak global, penurunan komsumsi domestik akibat Covid-19, dan fluktuasi kurs.
Perusahaan tulang punggung negara dalam mengamankan energi nasional itu pun merugi Rp 11,13 triliun pada semester I tahun ini. Ferdy menyarankan Pertamina melakukan pembenahan internal, memotong rantai birokrasi, meremajakan kilang minyak, hingga diversifikasi bisnis ke petrokimia. Inilah bentuk adaptif.
Pertamina EP Asset 3 dan Pertamina RU VI Balongan di Indramayu sudah mencobanya. Tidak ada salahnya jika anak, cucu, dan cicit usaha Pertamina mengikuti langkah tersebut. Jika tidak, perusahaan itu hanya menanti kematian sendiri.