Sejumlah ”intake” atau sumber air di Kota Jayapura rusak pascahujan deras selama beberapa hari terakhir. Kondisi ini menyebabkan warga di tiga kecamatan kesulitan mendapatkan air bersih.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sejumlah sumber air yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum Jayapura rusak setelah kota itu dilanda hujan deras selama beberapa hari terakhir. Kondisi ini menyebabkan warga di tiga distrik atau kecamatan kesulitan mendapatkan pasokan air bersih sejak Minggu.
Hal ini disampaikan Kepala Perusahaan Daerah Air Minum Jayapura Entis Sutisna saat ditemui di Kota Jayapura, Senin (9/11/2020). Entis memaparkan, intake atau sumber air milik PDAM yang terdampak adalah Intake Kojabu dan Intake Bhayangkara.
Intake Kojabu tidak dapat beroperasi karena alat penyaring atau strainer di pipa tersumbat ranting dan pohon yang dibawa aliran air selama hujan deras. Sementara di Intake Bhayangkara pipanya patah dihantam kayu juga pascahujan dengan intensitas lebat yang mengguyur Kota Jayapura pada Jumat hingga Sabtu (7/11/2020).
”Banyak pelanggan kami di tiga distrik yang terdampak karena dua intake ini tidak beroperasi, yakni Abepura, Jayapura Utara, dan Jayapura Selatan. Saat ini, tim di lapangan sementara mengatasi masalah di dua lokasi ini, ” tutur Entis.
Entis menuturkan, kualitas air di Intake Entrop juga menurun pascahujan deras selama dua hari terakhir. Warna air di lokasi tersebut tidak jernih dan kecoklatan. PDAM Jayapura pun tidak dapat mendistribusikan air tersebut kepada pelanggannya.
Ia menyatakan, masalah yang terjadi di tiga intake bukan hanya faktor alam, melainkan juga akibat terjadinya perambahan hutan dan pembukaan lahan di lokasi sekitar sumber air.
”Kami telah berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi Papua untuk mengatasi masalah penebangan pohon di area sumber air. Hal ini menyebabkan hilangnya fungsi daerah resapan air dan tidak adanya akar pohon sebagai fasilitas penyimpanan air,” tutur Entis.
Kepala Subbidang Pelayanan Jasa Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Ezri Ronsumbre memaparkan, Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan Kabupaten Keerom bagian Utara telah memasuki musim hujan sejak hari ke-20 pada Oktober 2020.
Dalam kondisi ini, kemungkinan terjadinya hujan lebat meningkat dan berdampak pada potensi kejadian bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan banjir bandang.
Kami telah berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi Papua untuk mengatasi masalah penebangan pohon di area sumber air.
”Kami mengimbau warga waspada banjir, pohon tumbang dan longsor. Caranya adalah memperhatikan kondisi lingkungan tempat tinggal, seperti saluran air, pohon-pohon tinggi, juga untuk masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah bantaran sungai, kaki gunung, atau perbukitan,” tutur Ezri.