Pelajar Diminta Bawa Buku Pelajaran ke Pengungsian
Sejulah orang tua pelajar khawatir anaknya tidak bisa belajar selama di pengungsian. Pemerintah setempat berkomitmen akan menyediakan layanan pendidikan bagi pelajar yang mengungsi.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sejumlah orangtua pelajar yang mengungsi akibat peningkatan status Gunung Merapi khawatir anak-anak mereka tidak bisa belajar dengan maksimal selama di pengungsian. Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah mengimbau pelajar untuk membawa buku pelajaran dan alat tulis ke pengungsian serta berkomitmen akan mendampingi pembelajaran pelajar yang mengungsi.
Seiring dengan adanya peningkatan status Gunung Merapi dari Waspada menjadi Siaga, warga yang berada di kawasan yang berpotensi terdampak terpaksa mengungsi. Namun sebagian orangtua siswa khawatir proses pembelajaran anak-anaknya di pengungsian tidak maksimal.
"Saya berharap nanti ada guru yang datang ke pengungsian untuk mengajar anak saya. Supaya anak saya tidak ketinggalan pelajaran," kata Yuliati (26), warga Desa Krinjing, Kecamatan Dukun yang mengungsi di Balai Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Senin (9/11/2020).
Yuliati khawatir pada anaknya, Asyifa (8) yang sudah tidak belajar sejak tiba di pengungsian, Jumat (6/11/2020). Siswa kelas 2 SD itu lebih sering bermain bersama anak-anak yang lain dan menolak untuk belajar mandiri.
Kegelisahan yang sama juga dirasakan Wati (31) pengungsi asal Desa Ngargomulyo. Anaknya, Fani (10) terus merengek meminta untuk kembali ke desanya agar bisa belajar. Sebab, buku pelajaran dan alat tulis Fani tertinggal di rumah.
Saya berharap nanti ada guru yang datang ke pengungsian untuk mengajar anak saya. Supaya anak saya tidak ketinggalan pelajaran
"Kemarin buru-buru, tidak sempat membawa buku pelajaran dan alat tulis. Padahal, anak saya baru senang-senangnya belajar," ujar Wati.
Bupati Magelang Zaenal Arifin mengatakan, pihaknya akan menyiapkan semua pelayanan terhadap pengungsi, termasuk layanan pendidikan. "Kita akan siapkan layanan pendidikan berikut pemulihan trauma untuk menghibur anak-anak," kata Zaenal.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Magelang Aziz Amin Mujahidin menuturkan, pihaknya telah mengimbau seluruh pelajar yang akan mengungsi untuk membawa buku pelajaran dan alat tulis. Imbauan ini disampaikan melalui pemerintah desa.
Menurut Aziz, dinas pendidikan juga akan menyiapkan sejumlah petugas untuk melakukan pelayanan pendidikan termasuk, mendampingi kegiatan belajar anak-anak di pengungsian. Pelayanan tersebut mulai dilakukan Senin pagi.
"Sementara ini, kami memang belum mengarahkan anak-anak untuk langsung belajar sesuai dengan materi pembelajaran. Fokus kami saat ini adalah membuat anak-anak merasa nyaman, kalau sudah nyaman, pelan-pelan masuk ke materi pelajaran," ucap Aziz.
Kegiatan pelayanan pendidikan pada Senin diisi dengan permainan, olahraga kecil, dan menonton film bersama. Di akhir kegiatan, petugas dari dinas pendidikan mengajak anak-anak mendengarkan siaran radio terkait materi pembelajaran.
Aziz menambahkan, saat ini pihaknya juga tengah mengkaji kondisi sejumlah titik pengungsian. Di pengungsian yang masih memiliki tempat kosong akan dibuat tempat tersendiri yang dikhususkan untuk pembelajaran para pelajar. "Kalau misalnya tempat pengungsiannya kecil dan sudah tidak ada tempat, pelayanan pendidikannya kami pusatkan di balai desa terdekat dari lokasi pengungsian," imbuhnya.
Kepala Desa Desa Krinjing, Kecamatan Dukun Ismail mengatakan, sejumlah pemerintah desa telah berkoordinasi dengan dinas pendidikan terkait pembelajaran anak saat di pengungsian. Pihaknya juga telah menyosialisasikan kepada orang tua pelajar yang akan mengungsi untuk menyiapkan buku pelajaran dan alat tulis anak-anak mereka. Sehingga, proses pembelajaran anak di pengungsian bisa tetap berjalan.