Hadapi Resesi, Sulsel Maksimalkan Pertanian dan Perikanan
Dalam beberapa kali krisis ekonomi di Indonesia, Sulsel selalu bertahan dengan bertumpu pada pertanian, perkebunan, hingga perikanan. Ancaman resesi sebagai dampak pandemi masih akan dihadapi dengan sektor unggulan ini.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Sulawesi Selatan masih optimistis menghadapi ancaman resesi sebagai dampak pandemi. Kekuatan pada sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan dijadikan penopang menghadapi resesi. Komoditas sektor penopang ini akan dikelola agar bernilai lebih dan bisa menciptakan lapangan kerja.
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengatakan, sejauh ini di tengah berbagai sektor yang tumbuh minus, pertanian, perkebunan, dan perikanan masih tumbuh positif. Tak hanya berdampak pada nilai tukar petani, tapi juga pada ekspor yang tetap meningkat. Ekspor Sulsel juga ditopang Pelabuhan Makassar yang sudah melakukan ekspor langsung ke negara-negara.
”Menghadapi resesi ini, kita bertumpu pada sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan untuk bertahan. Sektor ini dalam beberapa kali krisis ekonomi di Indonesia terbukti bisa membuat daerah ini bertahan dan tidak terlalu terdampak. Sejak awal pandemi, saya sudah membuat program penanganan Covid-19 terpusat di Makassar agar sektor penopang ekonomi ini tidak terganggu,” kata Nurdin Abdullah, Selasa (3/11/2020).
Nurdin mengatakan, untuk membuat sektor ini memiliki nilai lebih dan bisa menyerap tenaga kerja, pemerintah akan mengupayakan hilirisasi. Caranya dengan mendorong pengembangan UMKM, menarik investor dengan birokrasi yang ramah investasi, serta memperbanyak belanja pemerintah pada sektor ini.
”Selama ini, komoditas pertanian asal Sulsel diperdagangkan ke 27 provinsi. Sebagian menjadi bahan baku industri yang sebagian besar di luar Sulawesi. Maka, kami akan mendorong UMKM ikut terlibat lebih banyak dalam pengolahan. Kami juga telah menjajaki kerja sama, bahkan meneken MoU dengan beberapa investor yang akan masuk dalam industri pengolahan dan budidaya. Dengan cara ini, kami berharap produksi sektor unggulan ini bisa bernilai lebih dan menyerap tenaga kerja,” kata Nurdin.
Nurdin mengatakan, sebelum pandemi Pemprov Sulsel telah melakukan kerja sama dengan beberapa investor asal Jepang. Bahkan Pemprov Sulsel juga menandatangani MoU provinsi dan kota kembar dengan beberapa wilayah di Jepang.
Kerja sama ini, antara lain, untuk budidaya tuna dan pengolahan sushi beku. Sejumlah pemuda asal Sulsel sudah berada di Jepang mengikuti pelatihan sejak tahun lalu. Saat mereka kembali, bukan hanya akan membawa pengetahuan dan keterampilan, tapi juga teknologi yang sudah dijanjikan Jepang.
”Di hulu, kami juga punya program peningkatan produksi dengan pemanfaatan bibit yang baik. Sejumlah bendungan juga sedang dalam penyelesaian. Danau Tempe yang airnya melimpah sedang dirancang untuk mengairi hingga 70.000 hektar sawah. Bendungan Karaloe di Jeneponto juga akan mengairi 30.000 hektar sawah. Lalu ada juga bendungan Pamukulu. Intinya, sektor penopang ini dibenahi dari hulu ke hilir,” kata Nurdin.
Di luar sektor ini, Sulsel juga masih mendapat pemasukan dari ekspor nikel. Dua perusahaan besar berada di daerah ini, yakni PT Vale di Luwu Timur dan PT Huadi di Bantaeng.
Sebelum pandemi, Pemprov Sulsel telah melakukan kerja sama dengan beberapa investor asal Jepang. Bahkan Pemprov Sulsel juga menandatangani MoU provinsi dan kota kembar dengan beberapa wilayah di Jepang. (Nurdin Abdullah)
Agustus lalu, BPS Sulsel merilis data perekonomian, di antaranya, nilai tukar petani (NTP) gabungan sebesar 96,58 atau naik 0,56 persen dibandingkan dengan NTP Juli sebesar 96,04. Dari angka ini, NTP subsektor tanaman pangan tercatat 95,69, subsektor tanaman hortikultura 103,36, subsektor tanaman perkebunan rakyat 94,68, subsektor peternakan 101,29, dan subsektor perikanan 98,29.
Tercatat, NTP mengalami kenaikan pada tiga subsektor, yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan. Kenaikan terbesar terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, yakni 3,52 persen.
Pada komoditas ekspor, nilai ekspor yang dikirim melalui pelabuhan Sulsel pada Juli lalu tercatat 104,04 juta dollar AS. Angka ini mengalami peningkatan 11,69 persen dibandingkan nilai ekspor Juni yang mencapai 93,15 juta dollar AS. Angka Juli ini juga tercatat mengalami peningkatan 10,4 persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya yang berkisar 94,24 juta dollar AS.
Ada lima komoditas utama yang diekspor pada Juli 2020, yaitu nikel, biji-bijian berminyak, dan tanaman obat. Selain itu, kakao, ikan, udang, dan hewan air tidak bertulang belakang lainnya. Termasuk dalam komoditas ekspor ini juga garam, belerang, kapur dengan distribusi persentase masing-masing 61,51 persen, 7,68 persen, 7,50 persen, 4,58 persen, dan 3,69 persen.