Pandemi Covid-19 sempat menghentikan denyut pariwisata di kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Namun, saat ini, aktivitas wisata di Borobudur mulai menggeliat lagi. Berkah dari pariwisata pun kembali dinanti.
Oleh
HARIS FIRDAUS/REGINA RUKMORINI/NINO CITRA ANUGRAHANTO/GREGORIUS MAGNUS FINESSO
·5 menit baca
Pandemi menyetop roda pariwisata di destinasi superprioritas, Borobudur. Saat masa normal baru, magnet kawasan mahakarya dunia ini tak pudar. Dengan protokol ketat, denyut turisme coba menyelaraskan ekonomi dan kesehatan.
Kabut pekat menudungi kawasan Punthuk Setumbu, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (4/11/2020) sekitar pukul 06.00. Sinar surya samar membias dari ufuk timur tertutup awan. Belasan pelancong dengan masker menutupi wajah bagian bawah, dibuat gelisah menanti kabut tersibak. Jauh-jauh datang, mereka ingin menyaksikan kemolekan alam lembah Menoreh.
”Kami sudah sembilan bulan di rumah terus, jadi ya ini mau wisata. Tentu kami cari tempat yang aman dan terbuka, bukan di tempat tertutup. Kami juga tetap jaga jarak dan pakai masker,” ujar Yani (63), pelancong asal DKI Jakarta yang datang bersama empat anggota keluarganya.
Syukurlah, harapan Yani dan pengunjung lain terkabul. Saat mentari mulai naik, perlahan kabut tersingkap. Tampaklah pemandangan indah lanskap Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Candi Borobudur, serta kawasan perbukitan Menoreh dari puncak setinggi 375 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut.
Para pelancong tak menyia-nyiakan momen itu untuk berfoto. ”Bagus banget pemandangannya. Puas datang ke sini,” ucap Yani.
Yani menuturkan, meski pandemi Covid-19 masih mengancam, dia dan keluarga memberanikan diri berwisata ke Magelang dan Yogyakarta. Mereka berangkat menggunakan mobil pribadi dari Jakarta. Selain itu, mereka juga memilih berwisata di tempat terbuka.
Yani pun merasa nyaman karena pengelola Punthuk Setumbu cukup baik menerapkan protokol kesehatan. Tempat cuci tangan dan sabun tersedia di banyak lokasi. Terpampang pula sejumlah spanduk berisi imbauan agar wisatawan memakai masker, jaga jarak, dan mencuci tangan. Walakin, tetap saja masih ada segelintir yang hanya menautkan masker di dagu.
Ketua Pengelola Punthuk Setumbu Nuryazid (53) mengatakan, obyek tersebut sempat tutup beberapa bulan akibat pandemi Covid-19. Punthuk Setumbu baru dibuka kembali pada 27 Juli 2020. ”Sebelum buka, kami telah mendapat izin dari pemerintah dan dinyatakan memenuhi syarat protokol kesehatan,” ujarnya.
Pembukaan sejumlah destinasi di sekitar Borobudur dilakukan setelah kompleks wisata candi lebih dulu kembali beroperasi pada akhir Juni. Di Jateng, Borobudur menjadi obyek wisata pertama yang dibuka resmi oleh pemerintah di masa pandemi. Tentu, pembukaannya disertai protokol kesehatan ketat.
Jika pada kondisi normal, candi dibuka pukul 06.00-17.00, kini dibatasi pukul 08.00-16.00. Paket wisata menyaksikan matahari terbit belum dibuka lagi. Kunjungan pelancong juga dibagi menjadi dua sif. Pertama, mulai pagi hingga siang, lalu istirahat. Pelancong dipersilakan meninggalkan lokasi. Saat jeda, petugas membersihkan seluruh kawasan dengan disinfektan. Selanjutnya sif kedua, mulai siang hingga sore.
General Manager Taman Wisata Candi Borobudur I Gusti Putu Ngurah Sedana mengatakan, jumlah wisatawan di Candi Borobudur masih dibatasi 3.500 orang per hari. Sebelum pandemi, pengunjung obyek wisata superprioritas ini bisa mencapai 11.000 orang per hari. ”Selama libur panjang Oktober kemarin, pengunjung yang putar balik dan tidak bisa masuk karena kuota sudah terpenuhi lebih dari 2.000 orang,” kata Putu.
Beruntung, pilihan wisata di kawasan Borobudur beberapa tahun terakhir kian banyak karena destinasi baru di sekitarnya terus bermunculan. Pengunjung punya banyak pilihan. Salah satunya restoran Enam Langit by Plataran. Restoran di kawasan perbukitan setinggi 700 mdpl ini menyajikan sensasi kuliner dipadu kecantikan lanskap alam. Sembari sarapan, pengunjung bisa menikmati panorama Gunung Sumbing, Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, dan Bukit Tidar.
”Di tempat kami, juga bisa melihat pemandangan Candi Borobudur, sunrise (matahari terbit) dan sunset (matahari tenggelam) juga kelihatan setiap waktu,” kata Operational Manager Enam Langit by Plataran Anton Saputra.
Pilihan wisata di kawasan Borobudur beberapa tahun terakhir kian banyak karena destinasi baru di sekitarnya terus bermunculan. Pengunjung punya banyak pilihan.
Resmi dibuka pada Desember 2019, tempat ini mesti tutup akibat pandemi dan baru beroperasi lagi pada Juli. Kini, restoran yang berjarak sekitar 7 km di tenggara Candi Borobudur itu mulai ramai. Pengelola menawarkan sejumlah paket, seperti sarapan, makan siang, dan makan malam. Ada juga paket aktivitas yoga bersama sembari melihat mentari terbit.
Untuk menekan risiko penularan Covid-19, manajemen Enam Langit menerapkan protokol kesehatan ketat. Semua pegawai yang memasak dan menyajikan makanan wajib memakai masker dan sarung tangan. Seluruh alat makan juga disterilkan lebih dulu lalu dimasukkan ke dalam amplop khusus sebelum dipakai konsumen. ”Semua pegawai juga harus menjalani rapid test setiap 10 hari sekali,” kata Anton.
Ada pula destinasi yang dibuka di tengah pandemi. Salah satunya Svargabhumi, sekitar 1 kilometer tepat di selatan candi. Obyek ini menarik karena memanfaatkan lahan sawah tadah hujan milik petani lalu dialiri irigasi dan diberi sejumlah bangunan instagramable.
Sebanyak 22 spot foto modern dibangun di tengah lahan sawah seluas sekitar 3 hektar yang disewa dari petani. Semua spot dikelir putih sehingga kontras dengan warna hijau tanaman padi. Ada ayunan, kursi gantung, area bean bag (kantong kacang), ranjang jaring, hingga kolam estetik. Agar sawah tidak terinjak-injak, wisatawan bisa melintasi jalan yang dibuat dari papan kayu. Obyek ini dibuka 8 Agustus 2020. ”Kunjungan pada hari biasa, bisa lebih dari 200 pengunjung dan weekend (akhir pekan) bisa berlipat,” kata pengelola Svargabumi, Pungki Cahyono.
Di pintu masuk juga disediakan air dan sabun cair untuk cuci tangan. Para pengunjung juga selalu diingatkan tidak berkerumum di dalam lokasi. (Pungki Cahyono)
Pungki mengaku berkomitmen menjalankan protokol kesehatan. ”Kami menjaga jumlah pengunjung tidak melebihi 50 persen kapasitas,” ungkapnya.
Pungki juga mewajibkan pengunjung diukur suhu tubuhnya dengan thermogun serta memakai masker di area wisata. Di pintu masuk juga disediakan air dan sabun cair untuk cuci tangan. Para pengunjung juga selalu diingatkan untuk tidak berkerumun di dalam lokasi.
Terseoknya sektor turisme di masa pandemi, diakui Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Magelang Iwan Sutiarso, mengganggu perekonomian lokal. Data Pemkab Magelang menyebutkan, dari pendapatan asli daerah Rp 400 miliar, sekitar 20 persen ditopang sektor pariwisata.
Iwan mengatakan, hingga awal Oktober sudah ada 53 obyek wisata dibuka. Meski sudah dibuka, semua lokasi itu tetap dipantau dan dievaluasi. Dia menegaskan, semua pengelola wisata mesti paham bahwa protokol kesehatan tidak bisa ditawar.
Kala Covid-19 masih bisa menjangkiti siapa pun dan di mana pun, semua pihak dituntut bijak. Pun pengelola dan pengunjung wisata. Demi kemaslahatan bersama, jangan kendur menjalankan protokol kesehatan, termasuk membatasi kerumunan yang biasanya paling sulit dilakukan.