Sejumlah Warga di Zona Bahaya Erupsi Merapi Masih Beraktivitas Normal
Kendati sudah ditetapkan sebagai kawasan rawan terdampak erupsi, aktivitas sebagian warga di Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jateng, normal. Kendati demikian, hal itu tidak mengurangi kewaspadaan.
Oleh
KRISTI UTAMI/REGINA RUKMORINI
·5 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sebagian warga yang masih bertahan di beberapa desa zona bahaya erupsi Gunung Merapi di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (8/11/2020), tetap beraktivitas normal. Meski demikian, mereka sudah menyiapkan sejumlah barang yang akan dibawa jika kondisi semakin membahayakan.
Di Kecamatan Dukun ada tiga desa yang sebagian wilayahnya diperkirakan terdampak erupsi Merapi, yakni Desa Ngargomulyo, Krinjing, dan Paten. Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), sebagian kawasan tersebut berpotensi besar dilanda awan panas atau aliran piroklastika, aliran lava, guguran batu (pijar), gas beracun, dan lontaran batu (pijar). Evakuasi warga di tiga desa tersebut dinilai mendesak.
Wilayah Desa Ngargomulyo yang masuk zona bahaya ialah Dusun Batur Ngisor, Gemer, Ngandong, dan Karanganyar. Adapun di Desa Krinjing, zona bahaya berada di Dusun Trono, Pugeran, dan Trayem. Sementara di Desa Paten, zona bahaya ditetapkan di Dusun Babadan I dan II.
Kendati termasuk kawasan bahaya, belum semua warga sembilan dusun di tiga desa tersebut mengungsi. Jumlah pengungsi bencana erupsi di Kabupaten Magelang saat ini mencapai 767 orang. Pengungsi ini terdiri dari 126 warga Desa Krinjing, 120 warga Desa Ngargomulyo, 389 warga Desa Paten, dan 132 orang berasal dari Desa Keningar. Empat desa asal pengungsi ini semuanya berlokasi di Kecamatan Dukun.
Kendati tidak masuk zona bahaya, warga Dusun Gondangrejo dan Banaran di Desa Keningar masuk Kawasan Rawan Bencana III. Karena warga di Desa Ngargomulyo yang terdekat dengan mereka sudah mengungsi, warga pun berinisiatif ikut mengungsi. Mereka yang mengungsi adalah kelompok rentan, seperti anak balita, warga lansia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas.
Pantauan Kompas, di Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, aktivitas warga masih normal. Sejumlah warga masih berkebun, mengolah tanah, dan mencari pakan ternak, Minggu (8/11/2020). Meskipun khawatir dengan peningkatan status gunung, masyarakat di desa yang berjarak sekitar 6 kilometer dari puncak Merapi itu merasa harus tetap beraktivitas supaya tanaman dan ternak mereka terurus.
”Perasaan khawatir pasti ada, tetapi saya tidak bisa diam begitu saja. Saya punya tanggung jawab untuk mengurus lima kambing di rumah,” kata Sri Sampir (53) di Dukuh Gemer.
Hal lain juga diungkapkan warga lain, Setyo (40). Minggu petang, Setyo masih menyiangi rumput di sekitar tanaman kubis dan cabai miliknya. Hal itu dilakukan agar tanaman yang akan dipanen dua pekan mendatang itu tumbuh subur.
Seminggu belakangan, Setyo sering mendengar suara gemuruh saat dirinya tengah berkebun. Ia juga merasa temperatur di sekitarnya lebih panas dari biasanya. ”Hawanya panas, bikin gerah. Tapi harus ditahan supaya tanamannya tidak kalah sama rumput,” ucap Setyo.
Sembari tetap beraktivitas seperti biasanya, warga mengaku tidak kehilangan kewaspadaan. Sejumlah persiapan untuk mengevakuasi diri sudah mereka lakukan dari jauh-jauh hari.
Ruwet (50), misalnya, mengaku sudah menyiapkan sejumlah dokumen penting dan perlengkapan untuk mengungsi sejak Kamis (5/11/2020) malam. Dokumen-dokumen dan perlengkapan itu dimasukkan ke dalam tas jinjing.
”Begitu ada arahan untuk turun, tinggal berangkat saja, tidak perlu lagi berkemas. Karena sudah sering mengungsi, saya sudah hapal,” ujar Ruwet.
Di sejumlah jalur evakuasi, sejumlah kendaraan bak terbuka terpantau diparkir di pinggir jalan yang merupakan jalur evakuasi. Menurut penuturan warga, kendaraan itu akan digunakan untuk mengevakuasi warga jika sewaktu-waktu ada peningkatan status Merapi.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Magelang David Rudiyanto mengatakan, jalur evakuasi warga di tiga desa yang masuk kawasan rawan bencana sudah siap digunakan. Jalur evakuasi rata-rata diaspal atau dibeton.
”Memang, di sebagian kecil wilayah ada jalan yang aspalnya terkelupas karena sering dilewati truk pengangkut pasir. Tetapi, secara keseluruhan, kondisi jalan di jalur evakuasi memadai,” tutur David.
Pengungsi bertambah
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, di luar jumlah pengungsi yang kini sudah ditempatkan di lokasi pengungsian tersebut, hingga saat ini, dia pun masih terus menerima laporan tentang kecemasan terhadap bahaya erupsi dan permintaan warga untuk mengungsi.
”Peristiwa erupsi besar tahun 2010 memang menyisakan ketakutan dan trauma mendalam bagi banyak warga di lereng Gunung Merapi,” ujarnya, Minggu (8/11/2020).
Menyikapi hal itu, Edy mengatakan, pihaknya pun intens melakukan sosialisasi, memberikan pengarahan, agar segenap warga selalu tenang. Hingga saat ini, berdasarkan rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), wilayah yang berpotensi terdampak erupsi hanya yang berada dalam radius 5 kilometer dari Merapi, di mana wilayah tersebut hanya terdiri dari sembilan dusun yang tersebar di tiga desa di Kecamatan Dukun.
Kepala Desa Keningar, Kecamatan Dukun, Rohmat Sayidin mengatakan, Desa Keningar sebenarnya berjarak sekitar 7 kilometer dari Gunung Merapi. Namun, setelah Gunung Merapi ditetapkan berstatus Siaga, dan sebagian dusun tetangga di Desa Ngargomulyo ditetapkan sebagai daerah yang wajib mengungsikan warganya, warga sejumlah dusun di Desa Keningar pun mulai gelisah.
Sebagian warga gelisah karena dusun-dusun tetangga di Desa Ngargomulyo itu berada sejajar dan berjarak kurang dari satu kilometer dari rumah mereka. Mereka khawatir bahaya erupsi juga akan berdampak ke wilayah tempat tinggal mereka. Namun, mereka pun tidak tahu harus melakukan antisipasi seperti apa.
Dari sejumlah dusun yang berdekatan dengan Ngargomulyo tersebut, sebelumnya terdata ada 200 warga Keningar yang termasuk kelompok rentan dan harus diungsikan. Namun, karena ketidakpastian tentang risiko bencana tersebut, sebagian orang kemudian membatalkan niat mengungsi sehingga pada Minggu (8/11/2020), jumlah warga Desa Keningar yang mengungsi ke Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, hanya terdata 132 orang.
”Warga lanjut usia juga masih ada yang berada di desa dan menjalankan aktivitas bertani seperti biasa,” ujarnya.
Total jumlah warga di Desa Keningar mencapai 600 orang. Kepada warganya yang masih tinggal di rumah, Rohmat meminta agar mereka terus waspada. Sejak Merapi ditetapkan berstatus Siaga, Desa Keningar terus menjalankan kegiatan ronda malam setiap hari.