Kerusakan Ekosistem Rawa Bayangi Kepunahan Ikan Endemik Sumatera
Hasil penelitian menunjukkan eksploitasi berlebih pada ikan-ikan endemik di Sumatera bagian tengah. Butuh perlindungan yang kuat agar keragaman spesies di sana tak punah.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Perubahan iklim diperparah aktivitas manusia semakin mengancam keanekaragaman spesies ikan rawa di Sumatera. Tanpa kebijakan dan penegakan hukum yang kuat, ikan-ikan endemik dapat segera menghilang dari perairan di wilayah itu.
Perubahan iklim yang dipicu oleh kerusakan lingkungan mengakibatkan rawa-rawa gambut Sumatera lebih cepat kering. Perubahan yang intens tersebut, kata dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Eko Prianto, menyebabkan ikan-ikan sulit bertahan.
Kondisi itu diperparah lagi oleh pembukaan monokultur dan pembangunan kanal berakibat menutup rawa. ”Akibatnya, ikan-ikan kehilangan tempat untuk memijah,” ujarnya dalam webinar Pengelolaan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Rawa Gambut dan Terumbu Karang yang diselenggarakan Masyarakat Iktiologi Indonesia, Sabtu (7/11/2020).
Padahal, Sumatera selama ini dikenal memiliki keragaman spesies yang tinggi. Terlebih lagi, dari 30 spesies endemik di Sumatera bagian tengah, 23 spesies di antaranya spesies di habitat rawa banjiran. Namun, keragaman spesies itu berada dalam ancaman besar.
Akibatnya, ikan-ikan kehilangan tempat untuk memijah.
Tiga spesies di antaranya telah masuk dalam status genting, yakni Betta miniopinna, Betta spilotogena, dan Parosphromenus bintan, sedangkan 20 spesies lainnya belum dievaluasi.
Hasil penelitiannya menunjukkan status pemanfaatan sumber daya ikan di Sungai Kampar di Riau dan Sungai Batanghari di Jambi dalam kondisi mengkhawatirkan. Statusnya mencapai eksploitasi berlebih (over exploited) sehingga makin mengancam kepunahan. Status tersebut didapati pada ikan baung, lais, tambakan, belida, dan sepat siam.
Eko melanjutkan, pada sebagian wilayah yang dibuka menjadi perkebunan sawit atau hutan tanaman industri kerap didapati daerah itu menjadi daerah mati karena kehilangan populasi ikan.
Senada dengan itu, iktiologis dan Wakil Dekan I Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi, Tedjo Sukmono, mengatakan, sangat disayangkan jika keragaman ikan yang dimiliki Sumatera harus punah. Padahal, selama ini, Sumatera bagian tengah dikenal sebagai surganya beragam spesies ikan. ”Mulai dari ikan terkecil hingga ikan terbesar, ada di Sumatera bagian tengah,” katanya.
Ikan terkecil di dunia, berukuran jauh lebih kecil dari ikan teri, adalah Paedocypris progenetica ditemukan di Sungai Kumpeh, Jambi. Sementara ikan tawar terbesar di Indonesia ditemukan pula di Jambi, yakni Wallago leerii alias ikan Tapah.
Dampak kebakaran gambut selain menimbulkan kerugian ekonomi yang besar juga merusak habitat ikan air tawar. Kondisi itu diperparah lagi oleh masifnya introduksi ikan dari luar. Di sisi lain, ikan lokal malah diminati dan dipasok ke luar Jambi.
Untuk memulihkan rawa gambut, menurut dia, sederhananya cukup dengan membiarkan gambut pulih dengan sendirinya. Selain itu, masyarakat yang hidup di atas rawa gambut juga dapat menjadi agen restorasi. ”Ketika habitatnya terjadi, masyarakat hidup tercukupi, maka gambut akan tetap terjaga,” kataya.
Moratorium
Deputi Penelitian dan Pengembangan Badan Restorasi Gambut (BRG) Haris Gunawan mengatakan, demi melindungi rawa gambut tersisa, sebenarnya telah dibuat kebijakan moratorium pembukaan gambut untuk perkebunan sawit. Namun, masih saja dijumpai terjadi pembukaan gambut. ”Masih saja ada orang sembunyi-sembunyi membuka dan membakar gambut,” ujarnya.
Dalam upaya pemulihan ekosistem gambut, pihaknya memprioritaskan berlangsung tiga aksi, yakni pembasahan, penanaman, dan revitalisasi di atas gambut. Ditambahkan, restorasi gambut akan berdampak pada pemulihan konservasi ikan dan lebih jauh lagi membawa manfaat ekonomi bagi nelayan.
Dosen Biologi Universitas Andalas, Indra Junaidi, mendorong agar penegakan hukum diperkuat untuk upaya konservasi ikan dan habitatnya. Tak hanya di perairan tawar, tetapi juga di kawasan pesisir. Termasuk pula dalam upaya menjaga kelestarian terumbu karang sebagai tempat ikan bernaung.