Contoh Batuan di Situs Candi Langlang Singosari Diujikan ke Balai Konservasi Borobudur
Contoh batuan yang ditemukan di Situs Candi Langlang, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, diujikan ke Balai Konservasi Borobudur. Hal itu bertujuan untuk mencari tahu kepastian periode muasal batuan itu.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Contoh batuan yang ditemukan di Situs Candi Langlang, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, diujikan ke Balai Konservasi Borobudur. Pengujian ditujukan untuk mencari tahu kepastian periode muasal batuan tersebut.
”Sampel batuan akan kami ujikan ke laboratorium Balai Konservasi Borobudur di Jawa Tengah untuk mengetahui kepastian periode asal batu bata itu dari mana. Sebab, batu bata yang ditemukan di sini lebih tua bila dibandingkan dengan era Majapahit,” kata Muhammad Ichwan, Ketua Tim Eskavasi Situs Langlang dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Sabtu (7/11/2020), di Malang.
Tim BPCB Jawa Timur, menurut Ichwan, sudah melakukan survei eskavasi penyelamatan benda cagar budaya di lokasi Situs Langlang tersebut sejak 4 November 2020. Pada eskavasi hari terakhir itu, mereka menemukan struktur kuno dari batu bata yang diduga merupakan fondasi atau sisa bangunan kaki candi.
Candi tersebut memiliki tiga sudut, yaitu timur laut, barat laut, dan barat daya. Setelah direkonstruksi, bangunan tersebut semula berbentuk bujur sangkar berukuran 6 meter x 6 meter. Struktur itu ditemukan pada posisi penggalian tidak terlalu dalam, hanya berkisar 20 sentimeter-30 cm.
”Trap tangga candi, dari penampilannya, mengarah ke sisi Barat Laut. Sementara orientasi candinya diduga mengarah ke Gunung Semeru, ke arah Tenggara,” kata Ichwan. Candi, menurut dia, selama ini berfungsi sebagai tempat suci dan ritual keagamaan.
Hingga saat ini, Ichwan mengatakan, timnya belum menemukan pertanggalan mutlak terkait situs tersebut, baik mendapati prasasti maupun angka tahun.
”Dari material batu batanya, diduga lebih lama dari zaman Majapahit. Batu bata yang kami temukan ini ukuran panjangnya 40 cm-42 cm dengan lebar 30 cm-31cm serta ketebalan 9 cm-12 cm. Ini lebih tua daripada masa Majapahit. Butuh data tambahan untuk mengetahui kepastian asal era candi tersebut. Sebab, di Malang merupakan wilayah multimasa. Bahkan era Mataram Kuno pun juga ada di Malang. Buktinya tampak pada prasasti Turen,” tutur Ichwan.
Dari material batu batanya, diduga lebih lama daripada zaman Majapahit.
Roni (42), pemilik lahan tempat Situs Langlang tersebut ditemukan, mengaku bahwa selama ini ia menemukan banyak batu bata kuno tersebut berserakan di lahannya. ”Saat menggali lahan pun kadang mengenai batu bata. Tidak ditemukan ada benda-benda peninggalan lain,” katanya.
Sejak menemukan banyak batuan yang diduga kuno itu, Roni melapor kepada pemerintah desa, dan oleh kepala desa diteruskan ke BPCB Jawa Timur. Laporan itu sekitar Juli 2020.
Warga Desa Langlang RT 009 RW 001 tersebut mengatakan bahwa lahannya tersebut saat ini ditanami kacang tanah. Lahan kering di belakang area pemakaman desa itu, menurut Roni, sudah menjadi miliknya sejak lama. Lokasi lahan sekitar 5 kilometer dari jalan utama Surabaya-Malang. ”Lokasi ini juga dekat dengan sumber air Pakis Uceng. Lokasi sumber airnya sekitar 100 meter dari sini,” kata Roni. Lahan tempat sumber air itu juga merupakan tanah milik Roni.
Roni berharap, dengan temuan struktur kuno tersebut, lahannya bisa dimanfaatkan untuk wisata desa. ”Semoga bisa dilindungi dan dijadikan tempat wisata,” katanya.