Kasus Covid-19 Tinggi, Belajar Tatap Muka di Karawang Masih Dilarang
Pembelajaran tatap muka di Karawang, Jawa Barat, belum boleh dilakukan karena kasus harian Covid-19 terus meningkat. Langkah ini guna mencegah terbentuknya kluster penularan baru dari kegiatan pendidikan.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS— Pembelajaran tatap muka bagi para siswa sekolah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, belum bisa dilakukan karena kasus penularan Covid-19 di wilayah tersebut masih tinggi. Kebijakan ini dipilih untuk mencegah terbentuknya kluster penularan baru dari kegiatan pendidikan.
Jumlah pasien Covid-19 di Karawang hingga Jumat (6/11/2020) pukul 16.00, sebanyak 1.655 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 316 orang dirawat, 1.271 orang sembuh, dan 68 orang meninggal. Dalam seperkan terakhir, penambahan pasien rata-rata dalam sehari lebih dari 25 orang. Kemunculan kasus dari beragam kluster, antara lain kluster perayaan hari ulang tahun, kawasan industri, pondok pesantren, dan keluarga.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang Asep Junaedi, mengatakan, berdasarkan hasil evaluasi bersama tim gugus tugas, kegiatan belajar tatap muka di sekolah belum bisa dilaksanakan hingga penelitian vaksin Covid-19 selesai. Kegiatan belajar tatap muka baru dinilai aman dijalankan setelah ada vaksin.
Keselamatan guru dan siswa menjadi prioritas agar tidak menimbulkan kluster penyebaran baru. “Saat ini, pembelajaran siswa SD dan SMP dilakukan melalui daring dan belajar kelompok. Ke depan, pembelajaran di tingkat SMP akan ditambah dengan media radio,” kata dia.
Ketua Komisi IV DPRD Karawang Asep Syaripudin sebelumnya menyampaikan, tidak semua siswa bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh secara daring karena keterbatasan gawai, sinyal, dan kuota internet. Dia mendukung penerapan pembelajaran jarak jauh lewat radio di seluruh kecamatan.
Penyampaian materi lewat radio, dinilai Asep, meringankan orang tua siswa karena tidak perlu membeli kuota internet dan gawai android. “Terlebih lembaga radio yang bekerjasama juga dikelola oleh Pemkab Karawang melalui Diskominfo,” ucap dia.
Penyampaian materi lewat radio, dinilai Asep, meringankan orang tua siswa karena tidak perlu membeli kuota internet dan gawai android.
Sejumlah lokasi kegiatan pernah menjadi sumber penularan Covid-19 di Karawang, yakni dua kali terjadi di pondok pesantren, puluhan perusahaan, komunitas senam, dan acara seminar. Terbaru adalah kluster acara perayaan ulang tahun komunitas tari modern, ada 26 orang terkonfirmasi dari acara kumpul bersama.
Kegiatan acara yang melibatkan banyak orang di suatu lokasi berisiko cepat menularkan virus karena adanya kerumunan. Sebagian mungkin tidak sadar untuk menerapkan protokol kesehatan ketat, misalnya menurunkan masker di bawah hidung atau menggantungkan di leher saat berbicara dengan yang lain. Kekhawatiran kian besar karena ada peluang peserta acara membawa virus tapi tidak menunjukkan gejala khusus.
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Karawang Fitra Hergyana menambahkan, sebagian besar pasien yang dirawat tidak memiliki gejala spesifik (OTG). Kemungkinan mereka tertular dari kegiatan yang sifatnya ramai dan berkerumun dengan kolega atau teman. Penularan dari satu orang ini bisa menyebar cepat ke beberapa orang lain di lingkungan keluarga, tetangga, dan kantor.
Dia mencontohkan, penyebaran cepat terjadi pada kluster perayaan ulang tahun. Apalagi, pihaknya sempat dipersulit oleh tim panitia dalam melacak kontak erat pasien. Mereka tidak mau terbuka memberikan data. Penelusuran pun berdasarkan dokumentasi foto, nama, dan nomor telepon. Data tersebut sangat penting untuk penanganan agar virus tidak menyebar luas.