Pasien Covid-19 dengan penyakit penyerta diimbau taat pada terapi yang diberikan rumah sakit untuk menunjang proses kesembuhan. Ketidakpercayaan dan ketidaktahuan pada Covid-19 menyebabkan pasien menolak perawatan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Margono Soekarjo Purwokerto Rachmad Aji Saksana mengimbau para pasien Covid-19 serta yang memiliki penyakit penyerta untuk menaati proses terapi dari rumah sakit demi pemulihan kesehatan. Jika pasien tidak menurut atau menolak, proses penyembuhan cenderung lambat, bahkan berisiko kematian.
”Ikuti prosesnya saja, misalnya ada kecurigaan positif, ya, sudah jalani prosesnya. Toh, kalau sudah negatif, ya, tenang. Ada juga yang dites usap kemudian positif, lalu minta pulang atas permintaan sendiri. Keluarganya mengintimidasi petugas, kami tidak bisa menahan,” kata Rachmad, di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (6/11/2020).
Rachmad menyampaikan, pasien yang sudah datang ke RSUD Margono adalah pasien rujukan dari sejumlah wilayah, seperti puskesmas atau rumah sakit-rumah sakit swasta di Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara. Bahkan, sejumlah pasien datang dari Wonosobo, Pemalang, Brebes, dan Ciamis (Jawa Barat). Pasien rujukan umumnya kondisinya sudah cukup buruk dan butuh perawatan intensif.
”Cenderungnya sekarang masih banyak yang tidak percaya (Covid-19) meski sudah berjalan sekian bulan dan korbannya sekian banyak,” tuturnya.
Menurut Rachmad, ada salah satu pasien laki-laki berusia sekitar 50 tahun dari Bumiayu (Brebes). Di sana, yang bersangkutan sebenarnya sudah menjalani tes usap dan hasilnya positif, tetapi dia tidak mengaku saat datang ke RSUD Margono.
”Kondisinya jelek. Saturasi (oksigen) 85, idealnya 99. Dengan keluarganya lalu pulang. Merasa baik. Dua hari kemudian kami dapat kabar bahwa pasien ini meninggal,” papar Rachmad.
Setelah hasilnya keluar dan dinyatakan positif, pihak rumah sakit memberi kabar kepada keluarga, tetapi justru ditolak.
Dia menyampaikan, ada pula pasien yang menunjukkan tanda-tanda Covid-19. Sembari menunggu hasil tes usap, pasien tersebut disarankan karantina mandiri. Setelah hasilnya keluar dan dinyatakan positif, pihak rumah sakit memberi kabar kepada keluarga, tetapi justru ditolak.
”Malam hari hasilnya keluar dan diberikan info bahwa positif. Bukannya terima kasih, tetapi malah marah. Kami diskusi baik-baik, kami sarankan untuk mondok (opname). Tapi tidak mau. Sang anak tidak mau ibunya ’dicovid-covidkan’. Banyak beredar isu rumah sakit ’mengcovid-covidkan’,” ujar Rachmad.
Sebaliknya, lanjut Rachmad, jika pasien menurut dan taat pada proses terapi dari rumah sakit, peluang kesembuhan lebih besar. Ia tidak menyampaikan berapa hari rata-rata pasien Covid-19 sembuh karena masing-masing kondisi tubuh pasien berbeda. Namun, butuh waktu mengedukasi dan mengajak pasien untuk menurut mengikuti terapi.
”Saya bilang ke pasien, kami friend (kawan). Kami tidak butuh apa-apa. Kami hanya butuh ibu di sini, dirawat. Kepuasan kami hanya Anda sehat. Sudah,” tutur Rachmad mengulang nasihatnya kepada pasien.
Pasien yang menuruti proses terapi dari rumah sakit, kesehatannya cenderung lebih cepat pulih. (Tri Kuncoro)
Direktur RSUD Margono Tri Kuncoro juga menegaskan, pasien yang menuruti proses terapi dari rumah sakit, kesehatannya cenderung lebih cepat pulih. Bahkan, ada pasien seorang nenek berusia 72 tahun sangat bersemangat untuk sembuh, taat minum obat dan menghabiskan makanan, lalu setelah dirawat sekitar 32 hari dinyatakan negatif dan kini sehat.
Hingga saat ini, lanjut Tri, RSUD Margono telah merawat 220 pasien terkonfirmasi positif Covid-19 dan untuk suspect (terduga) ada 172 orang. ”Saat ini ada 79 tempat tidur untuk isolasi Covid-19. Untuk ICU ada 10 tempat tidur. Dari 79 ini, kini terisi 31 pasien terkonfirmasi Covid-19,” kata Tri.
Dokter gigi positif
Secara terpisah, Kepala Subbagian Humas dan Protokoler Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Hermawan Prasojo menyampaikan, ada dua dokter gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Unsoed yang terkonfirmasi positif Covid-19. ”Keduanya tanpa gejala dan saat ini dalam keadaan sehat dan baik,” kata Hermawan.
Dia menambahkan, RSGM segera mengambil langkah penelusuran kotak kepada seluruh pegawai. ”Dengan peristiwa ini, RSGM untuk sementara tidak memberikan layanan rawat jalan sembari menunggu hasil tes,” tuturnya.
Hingga kini, di Kabupaten Banyumas terdapat total 856 pasien terpapar positif Covid-19. Dari jumlah itu, 183 orang masih menjalani perawatan dan karantina, 647 orang sembuh, dan 26 orang meninggal.