Meski Masih Kontraksi, Sinyal Pemulihan Ekonomi Papua Mulai Tampak
Meski secara year-on-year pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua pada triwulan III 2020 minus 2,61 persen, sinyal pemulihan mulai tampak dari tumbuhnya ekonomi sebesar 6,09 persen dibanding triwulan II 2020.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Meski secara year-on-year pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua pada triwulan III-2020 minus 2,61 persen, sinyal pemulihan mulai tampak dari tumbuhnya ekonomi sebesar 6,09 persen dibandingkan dengan triwulan II-2020. Sebanyak 15 dari 17 sektor perekonomian daerah pun mencatatkan pertumbuhan positif.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Adriana Helena Carolina, di Jayapura, Kamis (5/11/2020). Adriana mengatakan, lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan III tahun 2020 adalah lapangan usaha transportasi dan pergudangan, yakni 15,56 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, semua komponen mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi berada pada komponen ekspor luar negeri sebesar 59,57 persen.
Ia memaparkan, pertumbuhan positif tersebut terjadi karena selama triwulan III 2020 mulai dilakukan relaksasi aktivitas ekonomi di mana pembatasan jam aktivitas operasional tempat-tempat usaha mulai dilonggarkan. Kebijakan ini berdampak positif pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan sehingga bisa mencatatkan pertumbuhan 15,56 persen.
”Tingginya usaha transportasi dan pergudangan di triwulan III karena mulai dilonggarkannya akses pelabuhan dan peningkatan aktivitas jasa angkutan laut dan darat. Penerbangan di beberapa bandara kabupaten dan kota juga mulai normal sehingga arus penumpang mengalami peningkatan,” papar Adriana.
Ia menuturkan, lapangan usaha lain yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi adalah pertambangan dan penggalian, yakni sebesar 11,90 persen dan jasa keuangan yang tumbuh 8,44 persen. ”Peningkatan pada kategori pertambangan dan penggalian disebabkan kenaikan produksi emas dan tembaga selama triwulan III-2020 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,” ujar Adriana.
Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Papua Sugianto menambahkan, sejumlah lapangan usaha mampu merespons situasi yang terjadi dengan tumbuh positif selama triwulan III-2020. Lapangan usaha tersebut adalah jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 2,98 persen serta informasi dan komunikasi sebanyak 2,87 persen.
Ia berpendapat, pemerintah dengan kemampuan APBD harus segera menjalankan program yang bisa meningkatkan produktivitas kerja masyarakat. Hal itu, misalnya, dengan pemberian bantuan modal usaha, pembangunan infrastruktur, pemberlakuan jam aktivitas warga yang lebih panjang, dan akses transportasi udara yang diperluas.
"Pertumbuhan ekonomi di Papua bisa terus meningkat asalkan pemerintah terus berupaya menghidupkan kegiatan ekonomi. Namun, hal ini juga harus mengutamakan protokol kesehatan,” kata Sugianto.
Inspektur Provinsi Papua Anggiat Situmorang mengatakan, Gubernur Lukas Enembe telah memerintahkan semua instansi agar meningkatkan serapan anggaran hingga tuntas pada akhir Desember mendatang. Upaya ini dengan melakukan tender-tender, baik dalam pengadaan barang/jasa, belanja, dan program lainnya yang bisa menggerakkan aktivitas ekonomi di Papua.
Berdasarkan data Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Papua, penyerapan anggaran Pemprov Papua hingga triwulan III 2020 baru mencapai 68 persen. Total APBD Papua pada tahun ini mencapai Rp 14 triliun.
”Pelaksanaan program atau tender yang disiapkan setiap instansi akan berdampak besar bagi perekonomian masyarakat. Upaya ini akan membuka lapangan pekerjaan baru dan juga berdampak pada sektor lainnya, seperti konsumsi,” tutur Anggiat, yang juga anggota tim Satgas Pemulihan Ekonomi Provinsi Papua.