Kemunculan Harimau Tidak Selalu Menjadi Ancaman bagi Manusia
Munculnya konflik harimau di suatu daerah umumnya bukan karena masyarakat asli di sana, tetapi karena masyarakat pendatang.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
KOMPAS/YOLA SASTRA
Harimau sumatera ditangkap di kebun karet di Jorong Beringin, Nagari Gantuang Ciri, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Senin (29/6/2020) pagi. Harimau itu masuk perangkap pada Minggu (28/6) pagi dan baru dapat dievakuasi sehari kemudian.
PADANG, KOMPAS — Kemunculan harimau sumatera di sekitar permukiman tidak selalu menjadi ancaman bagi manusia dan dikatakan sebagai konflik. Terkadang harimau cuma melintasi daerah jelajahnya untuk mencari pasangan ataupun makanan. Adapun konflik harimau manusia umumnya terjadi karena habitat harimau terganggu.
Hal tersebut menjadi salah satu poin yang dibahas di dalam webinar ”Pencegahan dan Penanggulangan Konflik Manusia-Satwa Liar”, Kamis (5/11/2020). Webinar diadakan Forum Harimau Kita. Narasumbernya, antara lain, dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), dan Forum Konservasi Leuser (FKL).
Kepala BBKSDA Sumut Hotmauli Sianturi mengatakan, kemunculan harimau tidak selalu menjadi masalah bagi manusia. Harimau melintas di sekitar permukiman dekat hutan adalah hal wajar. Yang penting, masyarakat tidak mengganggu harimau sehingga ia tidak menyerang manusia.
”Kadang manusia melihat harimau, lalu dipanggil temannya satu kampung, ’Ada harimau di sana,’ ramai-ramai diserang. Otomatis harimaunya akan mempertahankan diri. Kalau dia melintas, silakan melintas, memang dia harus lewat mencari pasangannya. Daya jelajahnya ratusan hektar. Jangan diganggu. Kalau kita lihat dia duluan, diam saja, dia akan pergi sendiri,” kata Hotmauli.
Harimau sumatera Sri Nabilla dilepasliarkan di Kappi, kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di Gayo Lues, Selasa, (3/11/2020).
Hotmauli melanjutkan, konflik harimau umumnya terjadi karena habitatnya terganggu baik karena alih fungsi lahan maupun aktivitas lainnya. Kasus paling sering ditemukan adalah harimau keluar dari habitatnya karena sakit terkena jerat atau racun. Karena sakit, harimau kemudian keluar mendekati permukiman untuk mencari mangsa yang mudah ditangkap, seperti ternak.
Faktor lainnya adalah adanya aktivitas manusia di dalam hutan yang membuat harimau merasa terganggu. Adanya aktivitas pembalakan liar ataupun pertambangan liar di dalam hutan membuat harimau terganggu. ”Kita harus mengurangi gangguan itu untuk mengurangi kasus konflik harimau,” kata Hotmauli.
Kita harus mengurangi gangguan itu untuk mengurangi kasus konflik harimau. (Hotmauli Sianturi)
Kekurangan pakan karena mangsa harimau diburu manusia mungkin pula turut memengaruhi terjadinya konflik harimau manusia. Begitu pula halnya kebiasaan masyarakat yang tidak mengandangkan ternaknya sehingga memancing harimau untuk datang.
BBKSDA Sumut mencatat, konflik harimau merupakan konflik satwa liar paling banyak terjadi dalam tahun 2020 di Sumut dengan total 13 konflik. Konflik tersebut, antara lain, harimau menyerang ternak dan harimau diracun. Konflik satwa lainnya yang terjadi di Sumut selama 2020 adalah konflik orangutan 5 kasus, konflik buaya 3 kasus, dan konflik gajah 2 kasus.
Sadmoko Kusumo, dokter hewan TWNC, berpendapat, kemunculan harimau dengan frekuensi sedikit atau sekadar melintas memang bukan ancaman terhadap manusia. Namun, apabila sering, penyebabnya harus dicari tahu. Upaya pencegahan konflik harus dilakukan agar tidak timbul korban di pihak harimau ataupun manusia.
Menurut Sadmoko, mengamankan habitat harimau adalah langkah paling utama yang harus dilakukan. Aktivitas ilegal manusia di dalam kawasan habitat harimau dapat memicu harimau keluar. Habitat yang terjaga selain mengurangi gangguan terhadap harimau, juga akan berdampak terhadap ketersediaan pakannya. ”Mangsa akan cukup dengan kawasan yang kita jaga sebaik-baiknya,” ujar Sadmoko.
KOMPAS/YOLA SASTRA
Petugas dan warga mengevakuasi harimau sumatera yang ditangkap di kebun karet di Jorong Beringin, Nagari Gantuang Ciri, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Senin (29/6/2020) pagi. Harimau itu masuk perangkap pada Minggu (28/6) pagi dan baru dapat dievakuasi sehari kemudian. Harimau dievakuasi ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya di Kabupaten Dharmasraya.
Sementara itu, Anhar Lubis, dokter hewan FKL, berpendapat, kemunculan harimau di dekat permukiman juga mesti ditinjau dari lokasi permukiman tersebut. Bisa saja justru permukiman itu sudah masuk ke kawasan hutan lindung atau hutan produksi. Frekuensi kemunculan harimau dan daerah jelajah harimau juga mesti dikaji. Jika sudah membahayakan, harimau mesti dievakuasi.
Menurut Anhar, masyarakat sebenarnya sudah punya kearifan lokal terkait bagaimana bisa hidup berdampingan dengan harimau. Dalam beberapa kasus yang ditemui Anhar, masyarakat yang turun-temurun tinggal di tempat kemunculan harimau sudah biasa dengan kehadiran harimau.
Munculnya konflik di suatu daerah umumnya bukan karena masyarakat asli di sana, tetapi karena masyarakat pendatang. (Anhar Lubis)
”Munculnya konflik di suatu daerah umumnya bukan karena masyarakat asli di sana, tetapi karena masyarakat pendatang (yang tidak tahu dengan kearifan lokal),” kata Anhar.
Ditambahkan Anhar, edukasi terhadap masyarakat asli ataupun pendatang harus dilakukan untuk mencegah konflik harimau dan manusia.
BKSDA ACEH
Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh mengevakuasi seekor harimau sumatera di Kabupaten Aceh Selatan , Aceh, Senin (15/6/2020).
Direktur Konservasi Keanekaragamanhayati Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Indra Exploitasia mengatakan, akar permasalahan konflik harimau dan manusia adalah permasalahan ruang. Oleh sebab itu, ruang hidup harimau dan manusia harus diseimbangkan.
”Satwa karnivora ini merupakan predator teratas yang membutuhkan mangsa di ekosistemnya. Yang perlu kita siapkan adalah keseimbangan ekosistem. Harimau sebagai top predator dan ketersediaan prey sebagai pakan,” kata Indra saat membuka webinar. Selama 2020, Ditjen KSDAE melalui BBKSDA dan BKSDA telah melakukan upaya penyelamatan terhadap sepuluh harimau sumatera.