Waspadai Penularan Demam Berdarah di Tengah Pandemi
Memasuki musim hujan, selain ancaman penularan Covid-19, masyarakat NTB juga diimbau mewaspadai penyakit menular lain, seperti demam berdarah. Kewaspadaan penting agar tidak memperburuk kondisi akibat pandemi.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Selain penularan Covid-19, masyarakat Nusa Tenggara Barat diimbau untuk mewaspadai demam berdarah menyusul mulai masuknya musim hujan. Kewaspadaan terhadap demam berdarah penting agar tidak memperburuk kondisi di tengah belum terkendalinya Covid-19 di daerah tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Nurhandini Eka Dewi di Mataram, Rabu (4/11/2020), mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan demam berdarah mulai meningkat pada saat musim hujan adalah sisa-sisa genangan air hujan. Genangan-genangan itu banyak terdapat di rumah-rumah sehingga menjadi tempat bagi nyamuk untuk bertelur dan menetaskan jentiknya.
”Oleh karena itu, di tengah pandemi, masyarakat harus waspada terhadap demam berdarah. Apalagi demam berdarah menjadi penyakit yang mengkhawatikan banyak pihak,” kata Eka.
Menurut Eka, masyaraat di NTB harus mewaspadai munculnya demam berdarah. Terutama di empat kabupaten yang selama ini menjadi daerah utama dengan kasus demam berdarah tertinggi, yakni Lombok Barat, Kota Mataram, Lombok Timur, dan Sumbawa.
Eka menambahkan, berbeda dengan Covid-19, pembawa virus demam berdarah adalah nyamuk. ”Itu (nyamuk) bisa diberantas dengan menerapkan 3M, yakni menguras bak atau tempat air bergenang, menutup tempat penampungan air, dan menimbun sampah-sampah yang dapat menimbulkan genangan air,” ujarnya.
Cukup banyak kasus demam berdarah. Oleh karena itu, semua harus komitmen menjaga kebersihan dan menerapkan 3M. Jangan sampai keadaan saat pandemi Covid-19 memperburuk atau menambah beban dengan penyakit menular lain, yakni demam berdarah.
”Bedanya demam berdarah dengan Covid-19, pembawa virus dari demam berdarah adalah nyamuk. Itu bisa diberantas dengan menguras bak mandi atau tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan menimbun sampah-sampah,” kata Eka.
Selain itu, kata Eka, masyarakat juga harus tetap menjaga kebersihan. Dengan begitu, risiko tertular demam berdarah bisa dikurangi.
Eka mengatakan, demam berdarah menjadi perhatian mengingat saat ini kasusnya di NTB termasuk tinggi. Hingga Oktober 2020, jumlah pasien demam berdarah di NTB mencapai 4.351 orang. Dari jumlah itu, 13 orang meninggal.
”Cukup banyak kasus demam berdarah. Oleh karena itu, semua harus komitmen menjaga kebersihan dan menerapkan 3M. Jangan sampai keadaan saat pandemi Covid-19 memperburuk atau menambah beban dengan penyakit menular lain, yakni demam berdarah,” kata Eka.
Lebih dari 4.000 warga
Hingga Rabu sore, lebih dari 4.000 warga NTB terpapar Covid-19. Menurut Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB Lalu Gita Ariadi, total pasien positif di NTB mencapai 4.036 orang.
Dari jumlah itu, 3.359 orang sembuh, 224 orang meninggal, dan 453 orang masih dirawat. Selain itu, masih ada 284 orang suspek yang masih diisolasi dan 2.113 orang yang memiliki riwayat kontak erat masih dikarantina.
Selain itu, kata Gita, jumlah kabupaten kota yang masuk zona kuning (risiko rendah) terus bertambah. Hingga saat ini, dari sepuluh kabupaten kota, tujuh wilayah termasuk tiga wilayah dengan kasus terbesar, yakni Mataram, Lombok Barat, dan Lombok Timur berada dalam zona kuning. Tiga wilayah lain masih oranye (risiko sedang), yakni Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Dompu.
Meski sebagian besar wilayah telah berada di zona kuning, penambahan kasus masih terus berlangsung. Selasa kemarin, kasus baru tercatat mencapai 26 orang.
Menurut Eka, kondisi itu memperlihatkan bahwa transmisi lokal masih terus berjalan di seluruh wilayah NTB. Padahal, saat ini sudah menjelang akhir tahun. Menurut Eka, mencegah dan menghentikan penyebaran Covid-19 harus dilakukan bersama-sama, terutama dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.