Cegah Sungai Musi Tercemar, IPAL Berskala Besar Dibangun di Palembang
Pembangunan instalasi pengolahan air limbah di Palembang dimulai, Rabu (4/11/2020). Pembangunan IPAL senilai Rp 1,2 triliun ini diharapkan bisa membenahi sarana sanitasi di Palembang dan mencegah Sungai Musi tercemar.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Beberapa pekerja tengah berdiri di lokasi pembangunan instalasi pengolahan air limbah di Kecamatan Kalidoni, Palembang, Rabu (4/11/2020). Instalasi itu akan mengolah limbah yang memasuki Sungai Musi sehingga aman ketika dibuang ke sungai.
PALEMBANG, KOMPAS — Pembangunan instalasi pengolahan air limbah di Palembang, Sumatera Selatan, dimulai, Rabu (4/11/2020). Pembangunan IPAL senilai Rp 1,2 triliun ini diharapkan menjadi langkah awal pembenahan sarana sanitasi untuk mengurangi pencemaran Sungai Musi.
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) ini terletak di Kelurahan Sei Selincah, Kecamatan Kalidoni, Palembang, Sumatera Selatan, dengan investasi sebesar Rp 1,2 triliun. Investasi proyek itu didapat dari dana hibah Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia melalui pendanaan tiga lembaga, yakni Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Pemerintah Provinsi Sumsel, dan Pemerintah Kota Palembang.
Direktur Jenderal Cipta Karya dari Kementerian PUPR Danis Hidayat Sumadilaga mengungkapkan, pembangunan IPAL untuk limbah rumah tangga dan domestik berkala kota besar itu baru pertama kali diterapkan di Indonesia. Palembang terpilih menjadi kota yang mendapatkan proyek ini karena kota ini memiliki akses sarana air bersih yang terbilang cukup baik.
Akses air besih di kota ini sudah menjangkau 84 persen penduduknya. Angka ini jauh lebih baik dari angka cakupan nasional, yakni 74 persen. ”Jika proyek ini berhasil diterapkan di Palembang, maka akan diimplementasikan ke beberapa kota lainnya di Indonesia,” ucapnya. Tidak hanya untuk perkotaan, pembangunan sanitasi juga akan dikembangkan di daerah pedesaan.
KOMPAS/DENTY PIAWAI NASTITIE
Aktivitas masyarakat di tepi Sungai Musi, Sumsel, Selasa (25/8/2020). Terlihat di kejauhan Jembatan Ampera yang megah dan bersejarah.
IPAL bekerja mengolah limbah cair rumah tangga dan domestik dengan beragam teknologi, mulai dari pemilahan air dengan sampah, penyaringan, dan juga penghilangan kandungan berbahaya limbah rumah tangga. Dengan teknologi pengolahan itu, limbah dipastikan aman saat dibuang ke sungai. ”Dengan cara ini, risiko pencemaran dapat ditekan,’ ujar Danis.
Pembangunan IPAL sebenarnya sudah dimulai sejak 2017 lalu dengan pemasangan pipa utama yang hingga kini sudah mencapai panjang 5.500 meter. Total pipa utama yang akan dipasang mencapai 8.000 meter. Nantinya, lanjut Denis, pipa utama ini akan disambungkan ke rumah 21.700 kepala keluarga di Palembang. ”Sarana IPAL ini ditargetkan tuntas pada 2022 dan bisa menjangkau hingga 100.000 warga Palembang,” kata Danis.
Sarana IPAL ini ditargetkan tuntas pada 2022 dan bisa menjangkau hingga 100.000 warga Palembang. (Danis Hidayat Sumadilaga)
Walau jumlah itu baru mencakup kurang dari 5 persen dari total penduduk Palembang yang berjumlah 1,8 juta jiwa, diharapkan pembangunan infrastruktur ini dapat menjadi tonggak pembangunan sarana sanitasi di kota lain. Denis mengatakan, pembangunan sarana sanitasi merupakan target utama pemerintah untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan.
Jembatan Ampera merupakan ikon Kota Palembang, melintas di atas Sungai Musi mengubungkan wilayah Seberang Ulu dan Seberang Ilir, Rabu (26/08/2020). Kini jembatan megah itu berdampingan dengan Jembatan Lintas Rel Terpadu di Kota Palembang.
Wali Kota Palembang Harnojoyo mengatakan, dari 1,8 juta penduduk Palembang, sekitar 69 persen masih melakukan aktivitas sanitasi di sungai. ”Bahkan, masih banyak warga yang membuang sampah di sungai,” katanya.
Hal ini tentu sangat berbahaya bagi lingkungan terutama bagi sungai. ”Padahal, Sungai Musi berperan penting bagi kehidupan warga Palembang karena merupakan sumber air baku bagi perusahaan daerah air minum (PDAM).
Beragam upaya telah dilakukan untuk mengurangi tingkat pencemaran di Sungai Musi seperti gotong royong membersihkan sungai dari sampah selain pembangunan IPAL itu.
Saat ini, lanjut Harnojoyo, akses sanitasi di Palembang sudah mencakup 64 persen dari total penduduk di Palembang. Namun, dari jumlah tersebut, hanya 30 persen yang laik digunakan. ”Dengan adanya sarana ini, diharapkan kondisi lingkungan di Palembang bisa terjaga,” ucapnya.
Direktur PDAM Tirta Musi Palembang Andi Wijaya menjelaskan, pihaknya sudah membentuk divisi khusus untuk mengelola IPAL itu. Pengolahan limbah yang mengadaptasi teknologi muktahir dari Australia itu diharapkan mampu mengurangi tingkat pencemaran di Sungai Musi.
Andi menjelaskan, setelah air limbah rumah tangga diolah dan dianggap tidak lagi berbahaya, air akan dilepaskan di kawasan hilir Sungai Musi. Terkait air baku, Andi menegaskan, air baku yang diolah oleh PDAM tergolong masih baik karena diambil dari bagian hulu Sungai Musi yang terletak di kawasan Gandus. ”Tentu kondisinya air di hulu jauh lebih baik dibanding di hilir,” katanya.