BI: Ada Tren Kenaikan Kegiatan Dunia Usaha di Malang
Kantor Perwakilan BI Malang melakukan survei kegiatan dunia usaha dan lainnya untuk wilayah Malang Raya dan sekitarnya. Hasilnya, ada tren kegiatan dunia usaha pada triwulan III naik dibandingkan triwulan II.
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Ada tren kenaikan kegiatan dunia usaha di Malang Raya dan sekitarnya pada triwulan III ini. Hal ini tecermin dari nilai saldo bersih tertimbang pada triwulan III sebesar 10,57 persen setelah triwulan II terkontraksi cukup dalam sampai minus 36,67 persen.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang, Azka Subhan A, Rabu (4/11/2020), menjelaskan, proyeksi pertumbuhan dunia usaha tersebut didasarkan pada beberapa hal, di antaranya survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang dilakukannya.
”Jadi tren positif naik meskipun pertumbuhan masih negatif. Optimis,” ujarnya. Azka tak menyebut angka rinci karena data di kabupaten/kota beda dengan provinsi dan nasional yang angkanya tersedia setiap tiga bulan sekali.
Selain SKDU, Kantor Perwakilan BI Malang juga melakukan Survei Penjualan Eceran (SPE) dan Survei Konsumen (SK). Kantor Perwakilan BI Malang membawahkan daerah Malang Raya serta Kabupaten/Kota Pasuruan dan Probolinggo.
Mengacu pada hasil SKDU, menurut Azka, geliat positif dunia usaha pada triwulan III didorong sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 7,18 persen; industri pengolahan 6,7 persen; dan pertanian 2,73 persen.
Membaiknya kegiatan usaha ini tidak lepas dari kebijakan pembatasan sosial yang lebih longgar. ”Peningkatan kegiatan usaha pada triwulan III disebabkan oleh pelonggaran kebijakan pembatasan sosial dan dimulainya masa transisi ke adaptasi kebiasaan baru,” katanya.
Adapun untuk triwulan IV, Azka memperkirakan dunia usaha tetap tumbuh positif, khususnya pada industri pengolahan lantaran permintaan yang relatif baik.
Sebaliknya, sektor lain, seperti pertanian, perkebunan, peternakan, dan perdagangan, diprediksi mengalami kontraksi karena beriringan dengan dimulainya musim tanam dan dampak La Nina yang mengakibatkan curah hujan tinggi.
Sebagai gambaran, tahun 2019 pertumbuhan ekonomi di Kota Malang mencapai 5,73 persen, Kabupaten Malang 5,48 persen, Kota Batu 6,60 persen, Kota Pasuruan 5,51 persen, Kabupaten Pasuruan 5,8 persen, Kota Probolinggo 5,91 persen, dan Kabupaten Probolinggo 4,54 persen.
Peningkatan kegiatan usaha pada triwulan III disebabkan pelonggaran kebijakan pembatasan sosial dan dimulainya masa transisi ke adaptasi kebiasaan baru.
Adapun terkait hasil SPE triwulan III-2020 oleh Kantor Perwakilan BI Malang, juga terdapat kenaikan omzet pedagang besar dan eceran dengan pertumbuhan omzet mencapai 14,70 persen. Angka ini, lanjut Azka, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan omzet triwulan II yang minus 46,4 persen.
Mengenai jenis usaha dengan pertumbuhan omzet tertinggi di triwulan III adalah suku cadang dan aksesori kendaraan (39 persen); kelompok makanan, minuman, dan tembakau (34 persen); disusul kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya (32 persen).
Adapun hasil SE menyatakan, konsumen merasa yakin kondisi ekonomi pada triwulan III terus membaik meski masih berada di zona pesimistis. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan III sebesar 81,92 atau lebih besar dari triwulan II yang hanya 78,6.
”Membaiknya keyakinan konsumen pada triwulan III didorong persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi itu sendiri. Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini cenderung lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya,” katanya.
Sementara itu, perkembangan tenaga kerja pada triwulan III masih dalam fase kontraksi. Penurunan penggunaan tenaga kerja terjadi di seluruh sektor utama dengan penurunan terdalam pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran minus 9,37 persen; industri pengolahan minus 5,47 persen; dan pertanian minus 1,13 persen.
Dihubungi secara terpisah, Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batu Muklas Rofik membenarkan kondisi hotel dan restoran di wilayahnya pada triwulan III lebih baik daripada triwulan II. Tingkat okupansi hotel meningkat meski masih didominasi tamu keluarga, bukan perusahaan.
”Waktu libur panjang akhir Oktober kondisi hotel dan restoran bagus, tingkat hunian hotel nyaris 80 persen. Namun, kami akan melihat bagaimana perkembangannya sampai Desember nanti. Kan, kami, baru bisa menyimpulkan setelah Desember. Karena sejauh ini kunjungan wisatawan belum merata,” ucapnya.
Menurut Rofik untuk melecut geliat dunia usaha, pihaknya yang berada di sektor pariwisata tetap menggencarkan promosi wisata dengan tetap mengedepankan wisata sehat sesuai protokol kesehatan. Untuk mewujudkan hal itu, pihaknya berusaha menjalin sinergi dengan pemangku kepentingan yang ada.