Pencarian 4 Korban Hilang di Banggai Laut Belum Membuahkan Hasil
Pencarian hari kedua terhadap empat korban kecelakaan perahu cepat di Kabupaten Banggai Laut, Sulteng, masih belum membuahkan hasil.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
PALU, KOMPAS — Pencarian terhadap empat korban kecelakaan perahu motor cepat di perairan Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah, pada hari kedua belum membuahkan hasil. Pencarian masih akan terus dilakukan selama lima hari ke depan sesuai ketentuan pencarian dan penyelamatan orang dalam bencana. Kejadian itu menjadi pelajaran berharga akan keselamatan dalam pelayaran.
Kepala Seksi Operasi Basarnas Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu Andi Sultan, di Palu, menyatakan, pencarian pada Senin (3/11/2020) tak membuahkan hasil. ”Pada pagi hari cuaca sempat menjadi kendala pencarian, tetapi siang hingga sore cuaca tak menjadi kendala lagi,” katanya.
Pencarian dipusatkan di sekitar perairan Pulau Sonit dan Pulau Kasuari atau sekitar lokasi kecelakaan. Pencarian dilakukan dengan KN Bhisma dan satu perahu motor cepat (speedboat). Tim perahu motor cepat menyisir pesisir Pulau Sonit. Total personel yang terlibat dalam pencarian 40 orang yang terdiri dari personel SAR Pos Luwuk, anggota TNI, Polri, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banggai Laut, dan nelayan setempat.
Kepala Basarnas Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu Andrias H Johannes menyatakan, operasi dilanjutkan pada Rabu (4/11/2020) dengan memperluas daerah pencarian. Area pencarian mengarah ke wilayah perairan Banggai Laut bagian barat sesuai dengan pergerakan arus laut. Pergerakan arus itu mengacu pada petunjuk Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Kecelakaan perahu motor cepat terjadi di perairan Banggai Laut di dekat Pulau Sonit, Kecamatan Bokang Kepulauan, di perbatasan Provinsi Sulteng dan Maluku Utara, Senin (2/11/2020). Rombongan untuk kampanye pilkada yang berjumlah 11 orang itu berangkat dari Pulau Kasuari ke Pulau Sonit. Kecelakaan diperkirakan terjadi pada pukul 08.00 Wita. Perahu motor cepat tersebut terbalik dan tenggelam dihantam ombak.
Empat orang berhasil dievakuasi nelayan setempat, termasuk calon bupati Banggai Laut, Rusli Banun. Tiga orang lainnya ditemukan meninggal, termasuk calon wakil bupati, Asgar B Badalia. Sebanyak empat korban lain, dua di antaranya anggota Polri yang mengawal pasangan calon itu, belum ditemukan.
Selain KN Bhisma, operasi hari kedua rencananya melibatkan helikopter Polda Sulteng. Tim helikopter dipimpin langsung oleh Direktur Polisi Air dan Udara Polda Sulteng Komisaris Besar Indra Rathana bersama enam personel.
Namun, kata Kepala Subbagian Penerangan Masyarakat Bidang Humas Polda Sulteng Komisaris Sugeng Lestari, helikopter tersebut praktis tak bisa dioperasikan untuk pencarian karena cuaca belum mendukung. Langit di sekitar lokasi kejadian berawan dan juga hujan. ”Untuk sementara, helikopter masih berada di Bandara Luwuk. Kalau cuaca mendukung, helikopter siap diterbangkan untuk pencarian,” katanya.
Sesuai dengan ketentuan operasi, pencarian terhadap empat korban tersebut dilakukan selama tujuh hari terhitung sejak Senin (2/11/2020). Artinya, pencarian masih dilakukan hingga Minggu (8/11/2020). Jika dimungkinkan, operasi bisa bertambah tiga hari lagi dari ketentuan tersebut.
Kecelakaan di perairan Banggai Laut bukan kali ini saja terjadi. Tahun lalu, dua kapal tenggelam masing-masing pada akhir Mei dan jelang akhir Agustus. Total korban meninggal 25 orang, di antaranya ada yang tak ditemukan. Pada pertengahan September 2018, insiden serupa terjadi yang diawali kebakaran kapal penumpang. Sebanyak 13 orang tewas, 7 orang di antaranya tak ditemukan.
Pengamat kebijakan publik yang juga dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Tadulako, Palu, Slamet Riyadi Cante, menyatakan, perhatian pemerintah terhadap sektor perhubungan laut selama ini sangat minim. Aspek keselamatan pelayaran, seperti keharusan penggunaan alat keselamatan (pelampung), tak diperhatikan dengan serius.
Padahal, standar operasi transportasi laut jelas, yakni keharusan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan. ”Ini perlu dipertegas lagi. Kecelakaan tersebut menjadi pembelajaran besar untuk memperhatikan aspek keselamatan perhubungan laut,” katanya.
Berdasarkan video dan foto yang beredar di grup percakapan setelah kejadian tersebut, anggota rombongan tak terlihat menggunakan pelampung (life jacket). Korban yang dievakuasi dan selamat baru menggunakan pelampung yang diberikan oleh regu pencarian.
Transportasi laut untuk wilayah timur Sulteng masih menjadi andalan mobilitas masyarakat. Mobilitas orang dan barang di Banggai, Banggai Kepulauan, Banggai Laut, Tojo Una-Una, sebagian Morowali Utara dan Morowali, masih bergantung pada kapal motor rakyat (kayu), perahu, dan perahu motor cepat.
Berdasarkan pengalaman pada awal Maret 2018 saat menumpang kapal motor kayu dari Kolonodale, ibu kota Morowali Utara, menuju Soyojaya, salah satu kecamatan di daerah itu, pengelola kapal tak menyediakan alat keselamatan. Pelampung tak dibagikan kepada penumpang dalam pelayaran dua jam itu.
Tak terlihat juga pelampung digantung pada tiang di kapal. Yang ada hanya sejumlah ban bekas mobil yang bisa dipakai sebagai pelampung saat kapal menghadapi situasi darurat, misalnya tenggelam.