Batam menjadi episentrum pandemi di Kepulauan Riau dengan total 2.933 kasus dan 67 kematian. Untuk mempercepat deteksi kasus baru, Pemkot Batam diminta segera membangun laboratorium PCR mandiri.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Angka kematian akibat Covid-19 di Kepulauan Riau telah mencapai 96 orang. Sebanyak 67 kematian di antaranya terjadi di Batam. Hal itu membuat kota ini menjadi episentrum pandemi dengan 2.933 kasus. Untuk mempercepat deteksi kasus baru, Pemerintah Kota Batam diminta segera membangun laboratorium reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) mandiri.
Pejabat Sementara Gubernur Kepri Bahtiar, Senin (3/11/2020), mengatakan, Pemkot Batam tidak boleh bergantung terus kepada Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit dan Rumah Sakit Khusus Infeksi Pulau Galang untuk melakukan tes PCR. Pemkot Batam dinilai mampu membangun laboratorium PCR sendiri.
”Butuh Rp 5 miliar untuk membangun laboratorium PCR mandiri. Nilai APBD Batam rasanya cukup digunakan untuk hal itu. Jangan sampai untuk seperti ini masih bergantung kepada bantuan swasta,” kata Bahtiar.
Ia meminta Sekretaris Daerah Kepri Arif Fadillah untuk menganalisis anggaran Kota Batam. Apabila alokasi dana untuk penanganan Covid-19 tak dicantumkan, ia minta Arif untuk tak menyetujui RAPBD yang diajukan.
Menanggapi hal itu, Pejabat Sementara Wali Kota Batam Syamsul Bahrum mengatakan, pembuatan laboratorium PCR terkendala karena APBD 2020 telah terpakai dan Rancangan APBD 2021 masih dalam proses. ”Sekarang kami sedang berupaya untuk mendapat dulu alat PCR yang dibutuhkan lalu dibayar kemudian,” ujarnya.
Butuh Rp 5 miliar untuk membangun laboratorium PCR mandiri. Nilai APBD Batam rasanya cukup digunakan untuk hal itu.
Syamsul juga telah meminta Himpunan Kawasan Industri (HKI) untuk membeli alat PCR. Hal itu menindaklanjuti temuan ratusan karyawan yang terpapar Covid-19 di Kawasan Industri Batamindo dan Panbil. HKI diharapkan bisa melakukan pengetesan mandiri untuk mencegah kluster industri makin meluas.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat, pada 2 November terdapat 31 kasus baru sehingga total kasus positif mencapai 2.933 di Batam. Adapun jumlah pasien yang dirawat dan diisolasi jumlahnya mencapai 598 orang. Sejak 31 Oktober, Pemkot Batam memfungsikan sejumlah gedung tambahan untuk menampung pasien baru.
”Saya meminta Pemkot Batam untuk menyediakan fasilitas karantina untuk pasien tanpa gejala supaya rumah sakit tidak penuh. Rumah susun dan hotel dapat difungsikan untuk keperluan tersebut,” kata Bahtiar.
Menjadi perhatian
Menurut Bahtiar, pemerintah pusat menaruh perhatian khusus kepada penanganan Covid-19 di Batam. Kota ini menjadi tolok ukur penanganan Covid-19 Indonesia di mata negara tetangga. Pada 26 Oktober lalu, Singapura mulai membuka perbatasan dan diharapkan hal itu juga akan diikuti oleh Malaysia dalam waktu dekat ini.
”Penutupan perbatasan antara Batam, Singapura, dan Malaysia dampaknya luar biasa. Yang terganggu bukan hanya perekonomian, melainkan juga sosial budaya. Dari dulu interaksi warga di tiga wilayah ini sangat erat,” ujar Bahtiar.
Namun, sebelum perbatasan kembali dibuka, negara tetangga perlu diyakinkan bahwa Batam bisa menekan angka penularan Covid-19. Oleh karena itu, ia meminta warga untuk melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat. Pusat keramaian, seperti pasar dan kawasan industri, menjadi dua lokasi yang paling diawasi.
”Kalau sudah diberi ajakan dan sosialisasi tetap tidak mau mematuhi, dengan terpaksa hukum harus ditegakkan. Kegiatan ekonomi harus dihentikan daripada menjadi sumber penularan baru,” ujar Bahtiar.