Lahan Masih Terbakar, Siaga Darurat Karhutla di Sumsel Diperpanjang
Sumatera Selatan memperpanjang status siaga darurat kebakaran lahan hingga 30 November 2020 karena kebakaran lahan masih terjadi di sejumlah wilayah.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS — Siaga darurat kebakaran lahan di Sumatera Selatan diperpanjang hingga 30 November 2020 karena masih banyak daerah mengalami kebakaran lahan. Delapan helikopter bom air dan dua helikopter patroli masih disiagakan.
Hal ini mengemuka dalam rapat evaluasi satgas penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karthula) Sumsel di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan, Senin (2/11/2020), di Palembang.
Kepala Pelaksana BPBD Sumatera Selatan Iriansyah mengatakan, meski telah diguyur hujan, beberapa daerah masih terpantau mengalami kebakaran lahan. Daerah tersebut adalah Muara Enim, Banyuasin, dan Penukal Abab Lematang Ilir. ”Namun, kebakaran bersifat sporadis dan dengan luas lahan terbakar tergolong kecil,” ucapnya.
Menurut dia, kebakaran itu disebabkan masih adanya warga yang berupaya membuka lahan dengan cara membakar. Dalam beberapa kasus ditemukan juga warga yang membuka lahan dengan membakar jerami. ”Tentu hal ini harus menjadi perhatian karena bisa saja kebakaran menyebar,” ucapnya.
Melihat kondisi itu, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan memutuskan untuk memperpanjang status siaga darurat karhutla di Sumsel sampai 30 November 2020. Keputusan itu tertuang dalam Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 573/KPTS/BPBD-SS/2020 tentang Perpanjangan Penetapan Status Siaga Darurat Bencana Asap akibat Karhutla.
Menurut dia, dengan memperpanjang status siaga darurat karhutla, koordinasi dan sinergitas di antara pemangku kepentingan akan lebih lancar. ”Selain itu, semua kekuatan untuk pemadaman juga masih disiagakan,” ucapnya.
Sampai kini, lanjut Iriansyah, delapan helikopter bom air dan dua helikopter patroli bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih disiagakan di Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara Sri Mulyono Herlambang (SMH) Palembang. Patroli secara rutin juga terus dilakukan.
Selain pengamanan, petugas juga terus mengedukasi warga agar tidak membuka lahan dengan cara membakar. Pemantauan di lapangan, warga yang membuka lahan dengan cara membakar adalah mereka yang tidak tergabung dalam kelompok tani.
Sepanjang tahun 2020, ucap Iriansyah, total peristiwa kebakaran lahan di Sumsel sebanyak 1.296 kejadian dengan luas lahan terbakar 268,6 hektar. Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan kebakaran hutan dan lahan tahun sebelumnya yang seluas 400.000 hektar.
Sepanjang tahun 2020 total peristiwa kebakaran lahan di Sumsel sebanyak 1.296 kejadian dengan luas lahan terbakar 268,6 hektar. (Iriansyah)
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ferdian Krisnanto menuturkan, walau memasuki musim hujan, beberapa wilayah masih berpotensi mengalami kebakaran lahan terutama di kawasan gambut dalam. ”Kawasan itu, antara lain, Cengal dan Pampangan di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Bahkan, tahun lalu kebakaran di wilayah itu bisa sampai Desember,” ucapnya.
Menurut Ferdian, perpanjangan status ini akan sangat membantu, terutama dalam upaya pencegahan. Memang, ujar Ferdian, jumlah luas lahan yang terbakar akibat karhutla di Sumsel sangat kecil karena lahan cenderung lembab lantaran masih diguyur hujan walau sudah memasuki puncak musim kemarau. Namun, nyatanya, kebakaran lahan masih saja terjadi.
Penyebabnya, antara lain, masih banyaknya lahan telantar yang tidak dikelola pemilik lahan sehingga luput dari pengawasan. Hal ini terjadi di Kabupaten Ogan Ilir. Kebakaran membuat asap membubung, bahkan menutupi jalan tol. Penyebab lainnya adalah masih adanya kebiasaan masyarakat yang membuka lahan dengan cara membakar karena dinilai biayanya lebih murah.
Kepala Dinas Kehutanan Sumatera Selatan Pandji Tjahjanto mengatakan, sebenarnya langkah paling efektif untuk menanggulangi kebakaran lahan adalah dengan menjaga gambut tetap basah. Hal ini terbukti efektif di salah satu perusahaan yang tahun ini lahannya tidak terbakar sama sekali padahal tahun lalu luas lahan terbakar bisa ribuan hektar. Upaya menjaga kadar air di lahan gambut itu akan terus dilakukan sehingga saat musim kemarau tiba lahan tersebut tidak terbakar.
Komandan Korem 044/Garuda Dempo Brigadir Jenderal TNI Jauhari Agus Suraji mengatakan, yang terpenting saat ini adalah terus mengedukasi masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. Selain itu, pihak yang berwenang harus menyediakan alat atau memberikan bimbingan agar petani dapat membuka lahan tanpa membakar. ”Misalnya perusahaan meminjamkan alatnya sementara bagi petani untuk membuka lahan sehingga tidak ada lagi niat untuk membakar,” ucapnya.
Perusahaan pun harus menyediakan sarana dan prasarana pemadaman yang memadai. Masih ada beberapa perusahaan yang belum menyediakan sarana dan prasarana secara optimal. Hal ini berbahaya jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran.