Banjir dan Longsor Landa Sejumlah Daerah di Jawa Timur
Bencana hidrometeorologi melanda sejumlah kabupaten dan kota di Jatim, memasuki awal musim hujan, Senin (2/11/2020). Tak ada korban jiwa dalam kejadian itu, tapi ratusan rumah warga tergenang dan lalu lintas terkendala.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Bencana hidrometeorologi melanda sejumlah kabupaten dan kota di Jawa Timur, memasuki awal musim hujan, Senin (2/11/2020). Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, tetapi ratusan rumah warga tergenang. Pemerintah daerah dan masyarakat waspada karena bencana yang lebih besar berpotensi terjadi.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim, ada enam kabupaten yang dilanda banjir, antara lain Mojokerto, Sidoarjo, Madiun, Trenggalek, dan Pasuruan. Selain itu, terjadi bencana longsor di Kabupaten Ponorogo dan Pacitan.
Hingga pukul 14.00, banjir masih menggenangi Kecamatan Gempol dan Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, dengan ketinggian air mulai 50 cm hingga 120 cm. Di Kecamatan Gempol, banjir melanda Desa Gempol, Kejapanan, dan Winong. Kondisi terparah terjadi di perumahan Gempol Citra Asri Desa Kejapanan karena ketinggian airnya mencapai 80-90 cm.
BPBD Jatim telah mengirimkan bantuan perahu karet untuk evakuasi warga korban banjir di Pasuruan. Selain itu, juga telah dikirimkan dan didistribusikan bantuan nasi bungkus kepada masyarakat penyintas banjir.
Sementara di Kecamatan Beji, banjir merendam Desa Cangkring, Kedungringin, dan Kedungboto. Kondisi terparah terjadi di Desa Cangkring karena pada lokasi tertentu ketinggian airnya mencapai 120 cm. Akibat banjir di Pasuruan, ratusan rumah warga terendam, tetapi sebagian besar tidak mengungsi.
Selain itu, banjir di Viaduk Gempol menyebabkan jalan raya dari Gempol menuju Bundaran Gempol dan jalan raya Pasuruan-Sidoarjo ditutup sejak pagi. Jalan tak bisa dilewati kendaraan karena tinggi genangan mencapai 50-70 cm. Genangan sempat surut pada sore hari, tetapi ketinggiannya masih 40-50 cm sehingga banyak kendaraan pribadi yang tidak berani melintas.
Koordinasi
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD Jatim Yanuar Rachmadi mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten dan kota terdampak bencana. Selain itu, pemantauan secara berkala terkait perkembangan kondisi di lapangan terus dilakukan sehingga penanganan bisa lebih cepat.
”BPBD Jatim telah mengirimkan bantuan perahu karet untuk evakuasi warga korban banjir di Pasuruan. Selain itu, juga telah dikirimkan dan didistribusikan bantuan nasi bungkus kepada masyarakat penyintas banjir,” ujar Yanuar.
Banjir di Pasuruan disebabkan oleh hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi yang terjadi sejak Minggu (1/11/2020) sore sekitar pukul 15.00-19.00. Kondisi banjir menjadi semakin parah karena bersamaan dengan terjadinya pasang air laut di Selat Madura.
Sementara itu, banjir di Sidoarjo terjadi di Kecamatan Porong dan Tanggulangin. Di Porong, banjir terjadi di Desa Pesawahan, Candi Pari, Kesambi, Pamotan, dan Gedang. Adapun di Tanggulangin, banjir menggenangi Sekolah Menengah Pertama Tanggulangin, SDN Banjarasri, dan puluhan rumah warga.
Kepala BPBD Sidoarjo Dwijo Prawito mengatakan, pendataan terhadap warga terdampak banjir masih berlangsung. Pihaknya juga langsung menggelar rapat dengan instansi terkait, seperti Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Sidoarjo, dinas kesehatan, koramil serta polsek setempat, untuk mempercepat penanganan.
”Bencana ini baru permulaan. Berdasarkan prediksi BMKG, curah hujan lebih tinggi dari normal akan terjadi pada November hingga Desember. Oleh karena itu, semua upaya dikerahkan untuk menangani bencana,” kata Dwijo.
Debit air meningkat
Anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Madiun, Parji, mengatakan, hujan deras sejak Senin malam meningkatkan debit air di Sungai Jerohan, Desa Glonggong. Sungai tak mampu lagi menampung aliran air sehingga meluber ke jalan desa dan permukiman penduduk.
”Ada empat desa terdampak, yakni Banjarsari, Kedung Maron, Balerejo, dan Klumutan. Akses jalan desa sempat tergenang setinggi 60 cm,” ujarnya.
Adapun di Kabupaten Mojokerto, banjir yang melanda Desa Wunut, Kecamatan Mojoanyar, mengakibatkan 100 rumah warga di RT 004 dan RT 005 RW 001 terdampak. Selain itu, jalan desa tergenang dan 11 hektar sawah terendam. Tanaman petani terancam membusuk hingga gagal panen.
Sementara itu, di Kabupaten Trenggalek, hujan deras menyebabkan bencana longsor di Desa Sumurup, Kecamatan Bendungan. Material longsor mengenai dua rumah warga. Meski demikian, tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu.
Sebelumnya, tebing setinggi 20 meter di Desa Mentoro, Kabupaten Pacitan, longsor, Minggu (1/11/2020) malam. Material longsoran berupa tanah menimpa sebagian badan jalan utama yang menghubungkan Pacitan dengan Trenggalek. Hal itu mengakibatkan jalan tak bisa dilalui kendaraan sehingga arus lalu lintas tersendat.
Kepala BMKG Tanjung Perak Taufiq Hermawan mengatakan, bencana hidrometeorologi di sejumlah daerah di Jatim terjadi karena anomali iklim La Nina yang menyebabkan musim hujan datang lebih awal. Curah hujan juga meningkat diatas normal sebesar 25-40 persen.
Selain itu, terdapat beberapa gangguan atmosfer yang memengaruhi peningkatan curah hujan, seperti Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang ekuator Rossby, serta pertemuan massa udara (konvergensi).
BMKG memprediksi, sedikitnya ada 22 daerah yang rawan terhadap bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang, longsor, angin kencang, sambaran petir, hingga gelombang tinggi.
”Gelombang setinggi lebih dari 3,5 meter diprediksi melanda perairan selatan Jatim dan Samudra Hindia selatan Jatim,” kata Taufiq.
Menurut Taufiq, cuaca buruk akan terjadi di wilayah Laut Jawa bagian utara Bawean, Laut Jawa bagian selatan Bawean, perairan Tuban dan Lamongan, perairan Gresik dan Surabaya, serta perairan di Kepulauan Sapudi dan Kangean. Gelombang tinggi dan cuaca buruk di wilayah perairan akan berdampak besar pada aktivitas nelayan tradisional.
Sementara banjir yang melanda Desa Wunut, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto sejak Sabtu (31/10/2020) mendorong warag setempat kerja bakti membersihkan saluran yang tersumbat sampah. Sampah ranting pepohonan hingga akar besar membuat saluran air tersumbat sehingga banjir menggenangi permukiman.
Melihat peristiwa tersebut, masyarakat sekitar bersama BPBD, Dinas PU Kabupaten Mojokerto, TNI, dan Polri serta sukarelawan bergotong royong membersihkan tumpukan sampah di dua dam air di Desa Ngarjo dan Desa Sadar Tengah, Kecamatan Mojoanyar, Mojokerto. Adapun pemerintah desa setempat mengerahkan alat berat untuk membersihkan tumpukan sampah di sungai.
Kepala Desa Sadar Tengah Sholihin Arif mengatakan, pembersihan sampah yang menutup dam air dilakukan untuk menanggulangi banjir, seperti yang terjadi di Desa Wunut. Tersumbatnya dam air Sungai Sadar biasanya juga berimbas pada tiga desa di Kecamatan Mojoanyar.