Maluku Catatkan Rekor Kasus Covid-19 Tertinggi pada Oktober
Maluku mencatatkan rekor kasus konfirmasi dan kesembuhan Covid-19 tertinggi di Maluku sepanjang Oktober. Sayangnya, masyarakat semakin sulit dikendalikan. Mereka terkesan sekadar takut dengan razia oleh petugas.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Jumlah kasus Covid-19 di Provinsi Maluku sepanjang Oktober mencatatkan rekor tertinggi. Tercatat, penambahan sebanyak 1.028 kasus atau mencakup 27 persen dari total kasus sejak Maret yang mencapai 3.232 orang. Hal ini, salah satunya dipicu kesadaran warga menjalankan protokol kesehatan yang kian menurun.
Dari catatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku, angka penambahan kasus pada bulan Oktober juga lebih tinggi dibandingkan kondisi September saat terjadi penambahan 967 kasus. Meski demikian, sepanjang Oktober juga tercatat angka kesembuhan sebanyak 1.393 orang yang juga tercatat sebagai angka kesembuhan tertinggi bulanan. Adapun jumlah pasien meninggal sebanyak enam orang.
Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Kasrul Selang, Minggu (1/11/2020), mengatakan, tingginya kasus konfirmasi disebabkan mulai menurunnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. Warga tidak lagi mengenakan masker dan berkerumun tanpa menjaga jarak aman. Bahkan masih ada sebagian orang yang tidak percaya akan adanya penularan Covid-19.
”Ketidakpercayaan masyarakat terhadap Covid-19 disebabkan bias informasi yang diterima, terutama dari media sosial. Selain itu ada juga kesaksian yang diceritakan penyintas, terutama yang dirawat tanpa gejala,” kata Kasrul.
Banyak cerita dari para penyintas tanpa gejala itu yang keliru sehingga justru meracuni pikiran sebagian warga. Yang memprihatinkan, informasi sesat itu justru disampaikan mereka yang berlatar belakang bidang kesehatan.
Kasrul mengatakan, untuk melawan informasi sesat itu, sosialisasi terus dilakukan. Kematian akibat Covid-19 yang mencapai 47 pasien menjadi tanda bahwa virus tersebut berbahaya, terutama bagi kelompok rentan yang memiliki penyakit bawaan. Ia mencontohkan, pada 25 Oktober lalu seorang perempuan berusia 44 tahun dengan inisial AM meninggal. ”Ini yang harus disadari masyarakat,” ujarnya.
Selain sosialisasi, penindakan juga terus dilakukan. Di Kota Ambon, setiap hari digelar operasi yustisi oleh gugus tugas yang didukung TNI dan Polri. Operasi penindakan di beberapa ruas jalan utama itu ditujukan bagi pengendara dan penumpang, baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Khusus angkutan, jumlah penumpang tidak boleh lebih dari separuh kapasitas maksimum.
Kematian akibat Covid-19 yang mencapai 47 pasien menjadi tanda bahwa virus tersebut berbahaya, terutama bagi kelompok rentan yang memiliki penyakit bawaan.
Abdul Fatah Nur (42), warga Kota Ambon, menilai, belakangan, semakin sulit menyadarkan masyarakat yang telanjur termakan bias informasi. Penggunaan masker hanya sebatas di hadapan petugas yang melakukan penertiban. Setelah jauh dari petugas, banyak warga melepas masker. ”Mereka menunjukkan kepatuhan palsu,” ujarnya.
Salah satu langkah yang mungkin dapat dilakukan adalah sosialisasi melalui kelompok ibu-ibu dan anak-anak. Dengan cara itu, mereka bisa menjadi agen bagi keluarga. ”Saya kadang diingatkan anak saya untuk mengenakan masker saat keluar dari rumah. Peringatan dari anak lebih kena di hati ketimbang dari petugas,” kata Abdul.
Secara keseluruhan, di Maluku, jumlah kabupaten/kota yang masuk kategori zona hijau berkurang dari empat menjadi tiga daerah. Kabupaten Buru Selatan telah kembali ke zona oranye setelah ditemukan satu kasus di daerah tersebut. Adapun zona hijau yang tersisa yakni, Seram Bagian Timur, Kepulauan Tanimbar, dan Maluku Barat Daya.
Tingginya kesembuhan menyebabkan jumlah kasus di sejumlah kabupaten/kota terus berkurang dan bergerak menuju zona hijau. Di Kepulauan Aru hanya tersisa 1 kasus, Buru Selatan 1 kasus, Buru sebanyak 12 kasus, dan Seram Bagian Barat tercatat sisa 13 kasus. Kasus tertinggi adalah Kota Ambon. Pasien yang dirawat di Ambon saat ini 472 orang.
Sementara itu, masyarakat di daerah yang menggelar pilkada meminta agar pergerakan orang dari Ambon ke daerah mereka harus melalui pemeriksaan ketat. Jangan sampai pelaku perjalanan membawa virus ke daerah mereka. ”Biasanya menjelang pemilihan ada pergerakan orang secara besar-besaran untuk kepentingan politik. Mereka bisa menularkan virus,” kata Wellem Markus (32), warga Maluku Barat Daya.