Libur Panjang Berakhir, Pelaku Wisata Jadi Sasaran Tes Usap
Kunjungan wisatawan meningkat signifikan dalam libur panjang akhir Oktober, di DIY. Pemprov DIY merencanakan pengambilan tes usap kepada para pelaku wisata dari destinasi yang ada di daerah tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pelaku wisata menjadi sasaran pengambilan sampel usap setelah berakhirnya libur panjang akhir Oktober ini. Hal itu dilakukan untuk mengetahui kondisi penularan dari sektor tersebut. Terjadi peningkatan kunjungan wisatawan yang signifikan selama masa liburan tersebut.
Sekretaris Provinsi Daerah Istimewa Yogyakata (DIY) Kadarmanta Baskara Aji menyampaikan, pihaknya berencana memfokuskan pengambilan sampel usap kepada para pelaku wisata. Rencana itu berkaitan dengan momen libur panjang akhir Oktober yang baru saja selesai. Banyak destinasi wisata yang dipadati pengunjung selama liburan tersebut.
”Kita baru saja ada libur panjang. Destinasi wisatanya juga dipenuhi pengunjung. Maka, (pengambilan) sampel itu tidak akan dilakukan random, atau acak. Tetapi, akan menggunakan sampel-sampel proporsional untuk destinasi-destinasi wisata,” kata Aji, dalam telekonferensi yang digelar, di Yogyakarta, Minggu (1/11/2020).
Aji menyampaikan, laporan pelanggaran protokol kesehatan dari satpol PP menjadi patokan lokasi pengambilan sampel usap. Destinasi yang paling banyak terjadi pelanggaran protokol kesehatan diutamakan, terlebih, destinasi yang tingkat kepadatannya tinggi selama liburan tersebut.
Secara terpisah, Kepala Satpol PP DIY Noviar Rahmad menyampaikan, destinasi yang paling banyak dipadati wisatawan, selama libur panjang lalu, adalah kawasan Malioboro, di Kota Yogyakarta. Tak dimungkiri jaga jarak fisik sulit diterapkan. Masih ditemukan pula pengunjung yang enggan mengenakan masker.
”Protokol kesehatan yang paling sering dilanggar adalah mengenakan masker. Sejak dimulainya libur panjang Rabu (28/10/2020), rata-rata ada 300 pelanggar setiap hari. Pakai masker masih sulit. Sanksinya berupa sanksi sosial, seperti menyapu jalan,” kata Noviar.
Lebih lanjut, Aji mengungkapkan, pelaku wisata yang menjadi sasaran pengambilan sampel itu berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari penyedia jasa transportasi, biro wisata, penjual kuliner pendukung, perajin kerajinan tangan, hingga pemandu wisata. Dikhawatirkan, kunjungan warga dari luar DIY juga meningkatkan risiko terjadinya penularan Covid-19. Terlebih bagi para warga yang berasal dari daerah zona merah penularan. Sebab, tak semua wisatawan patuh terhadap protokol kesehatan.
”Kalau kita lihat, memang sebagian besar yang datang ke Yogyakarta masih menggunakan masker. Protokol kesehatan juga diterapkan. Namun, di sisi lain, ada juga yang mengabaikan,” kata Aji.
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengungkapkan hal serupa. Pelanggaran protokol kesehatan yang paling banyak ditemukan adalah tidak dikenakannya masker. Ada pula yang tidak membawa masker. Wisatawan yang tidak membawa masker tidak diperbolehkan masuk ke destinasi tersebut.
Selanjutnya, Heroe menyatakan, tingkat kunjungan wisatawan ke kawasan Malioboro meningkat signifikan dalam masa liburan ini. Menurut laporan dari pemindaian QR Code, di destinasi tersebut, tingkat kunjungannya meningkat 3-4 kali lipat dibandingkan kunjungan pada hari biasa.
”Kamis (29/10/2020) dan Jumat (30/10/2020) kemarin, kunjungannya mencapai 4.400 orang yang tercatat dalam QR Code, di lima zona Malioboro. Pada hari biasa pengunjung yang tercatat hanya berjumlah 1.000-2.000 orang,” kata Heroe.
Aji menjelaskan, selama ini, Pemerintah DIY telah melakukan pengambilan sampel rutin. Ia mengklaim, terdapat 700-900 sampel usap yang diperiksa laboratorium per hari. Kelompok yang diperiksa sampelnya itu terdiri dari tenaga kesehatan (nakes) dan penelusuran kontak erat dari suatu kluster, atau kasus positif Covid-19.
”Kemarin, kami lebih banyak mengambil sampel dari para nakes atau daerah yang ada kluster penularan. Untuk menanggulangi agar tidak terjadi kluster pariwisata, pengambilan sampel itu akan kami pindahkan ke destinasi-destinasi wisata itu. Ini hanya diubah metodenya,” kata Aji.
Aji menyampaikan, jumlah pasti sampel yang akan diambil belum dapat ditentukannya. Pihaknya masih harus melihat kondisi lapangan. Mempertimbangkan dari kemampuan tenaga pengambil sampel dan pengujian laboratorium, diperkirakan ada 700-900 sampel yang bakal diambil. Pengambilan sampel usap bakal dilaksanakan sesegera mungkin.